Mentauhidkan Allah SWT adalah inti akidah Islam. Di dalam konsep tauhid ini kita mengesakan Allah dari segi Rububiyah, Mulkiyah dan juga Uluhiyah. Dari segi Rububiyahnya, kita mengesakan Allah sebagai Pencipta yang telah menciptakan segala sesuatu dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Allah-lah yang memberi rezeki dan Allah-lah Raja yang menguasai seluruh alam ini. Pengesaan ini diaplikasikan dalam setiap hari.
Allah bukan saja sekedar Rububiyah, tapi Allah SWT juga disebut sebagai Mulkiyatillaah. Mulkiyah Allah itu adalah milik mutlak Allah SWT yang perlu kita esakan. Mulkiyah Allah ini bermakna Allah-lah sebagai penolong. Sebagaimana tersebut di dalam firman-Nya “Allah (penolong) Wali orang-orang yang beriman”. Allah-lah sebagai Penguasa (Hakim) dan Allah juga sebagai Pemerintah (Amir). Dengan tauhid mulkiyah ini sepatutnya kita menyadari adanya kerajaan Allah di jagat raya ini. Maka dengan demikian wajib bagi kita menolak kepemimpinan, hukum dan otoritas selain Allah dan menjadikan Allah saja sebagai pemimpin, pembuat hukum dan tujuan hidup.
Tauhidullah juga sebagai sarana pemersatu umat Islam sedunia. Dengan kesamaan akidah ini, umat Islam bersatu seperti yang Allah firmankan dalam Q. 3: 103 bahwa bersatulah dalam tali Allah (akidah Islam) dan janganlah berpecah belah. Perbedaan cara ibadah bukan suatu pemecah belah, asalkan perbedaan tersebut masih dalam furu dan tidak dalam prinsip.
Memahami dan meyakini Allah sebagai Rabb akan memudahkan individu memahami Allah sebagai Malik yang kemudian akan mengantarkan kepada kesatuan tujuan. Kesatuan tujuan ini merupakan hasil dari kebersamaan dan kesatuan dalam mengamalkan nilai Allah sebagai Rabb dan Malik yang akhirnya menjadikan Allah sebagai tuhan sembahan (ilahan ma’budan).
Sumber: Buku Kepribadian Muslim