Oleh Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Usai shalat subuh, jarum jam di tangan saya menunjukkan pukul 05.15. Kota Padang masih gelap dan sepi, namun cuaca nampaknya sangat bersahabat, tak ada mendung menggantung di langit, angin bertiup pelan, sepoi-sepoi.
Kami bersama ketua DPRD Sumbar Ir. Yulteknil, MM langsung meluncur menuju dermaga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bungus, membelah kegelapan menjelang fajar. Di dermaga TPI ternyata sudah menunggu Bupati Mentawai Yudas Sabagalet, Kakanwil Kemenag Ismail Usman, Kabiro Binsos Jefrinal Arifin, Kabiro Humas Irwan serta sejumlah tamu lainnya.
Dua kapal motor sudah disiapkan, yaitu KM Rimata dan KM TV One (sumbangan dari donatur TV One). Tanpa banyak komentar lagi, kami segera angkat sauh menuju Muara Siberut, Kabupaten Mentawai, sekitar 100 mil dari pulau Sumatera.
Lebih dari 3 jam kami di kapal, perjalanan yang cukup melelahkan. Waktu tiga jam lebih tersebut saya manfaatkan untuk berdiskusi dengan bupati Mentawai tentang berbagai masalah di kabupaten lepas pantai barat Sumatera itu. Banyak hal yang bisa kami bahas dan kami simpulkan. Saat merapat di dermaga Muara Saibi ternyata Bupati Pesisir Selatan Nasrul Abit dan Bupati Tanah Datar M Shadiq Pasadigue telah duluan sampai di sana, mereka datang dengan kapal khusus milik Dinas Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan.
Hari itu memang merupakan hari istimewa bagi kabupaten seluas 6.011,35 km2, berpenduduk 68.097 jiwa ini. Senin, 3 Desember 2012 merupakan hari pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke 4 Kabupaten Mentawai, yang kali ini dipusatkan di Muara Siberut, Ibu Kecamatan Siberut Selatan. Karena itu, meski harus menempuh jarak yang jauh dan melelahkan, saya sendiri, Ketua DPRD Sumbar, Bupati dan Kakanwil Kemenag sejumlah pejabat lainnya hadir langsung pada acara tersebut.
Yang patut diapresiasi dalam peristiwa ini adalah tingginya toleransi beragama masyarakat Mentawai. Mayoritas penduduk Mentawai beragama Katolik dan Bupati Mentawai juga bukan seorang muslim, namun MTQ di Mentawai bisa terlaksana dengan baik. Hal ini tentu saja akibat terbangunnya toleransi dan kerukunan antar umat beragama yang baik.
Ketentraman umat beragama bisa tercabik-cabik akibat hasutan pihak ke tiga. Ambon misalnya, perpecahan bahkan pertumpahan darah yang memilukan terjadi di sana akibat hasutan pihak ke tiga. Hal ini terjadi akibat lemahnya kekompakan umat beragama sehingga bisa dimasuki dan diadu domba oleh pihak ketiga.
Saat pelaksanaan MTQ nasional tahun lalu di Ambon, kerukunan umat beragama itu kembali dijalin. MTQ Nasional di Ambon berjalan sukses dan aman, persatuan antar umat beragama kembali digalang, bahkan sejumlah lagu yang ditampilkan saat acara pembukaan dibawakan oleh paduan suara gereja. Sungguh indah sebuah kebersamaan.
Semua agama bertujuan baik dan mengajarkan hal-hal yang baik kepada semua pemeluknya. Tidak satupun agama yang mengajarkan pemeluknya untuk berbuat kejahatan. Karena itu tidak ada alasan yang menyebabkan terjadinya perpecahan antar umat beragama. Di zaman Nabi Muhammad SAW, zaman kejayaan Islam adalah saat terbangunnya masyarakat madani di Madinah. Masyarakat madani ditandai dengan terjadinya kerukunan dan toleransi yang tinggi antar umat beragama.
Peristiwa MTQ menjadi penting karena MTQ memotivasi masyarakat, khususnya umat Islam, untuk terbiasa dan dekat dengan Al Quran. Setelah terbiasa membaca Al Quran diharapkan mereka berangsur-angsur memahami isi Al Quran. Pada akhirnya setelah mereka paham dengan isi Al Quran, mereka lalu mengamalkan ajaran yang terkandung dalam Al Quran tersebut. Jadi, MTQ tidak selesai hanya sebatas lomba.
Tentu saja sangat aneh dan tidak masuk akal jika ada suatu kontingen yang kasak-kusuk, menghalalkan segala cara agar bisa menjadi juara MTQ. Berita seperti ini sudah sering terdengar terjadi di daerah lain. Nauzubillah bin zalik !!! Kita tentu tidak mengingankan hal memalukan itu juga terjadi di Sumatera Barat.
Alhamdulillah pembukaan MTQ Mentawai berjalan lancar, usai shalat zuhur yang dijamak dengan ashar kami bertolak kembali ke Padang. Menjelang magrib kami merapat di dermaga TPI Bungus. Dalam perjalanan pulang suara azan terdengar berkumandang, saya berbuka puasa di mobil dengan air putih. Dalam hati saya berdoa “Ya Allah semoga perjalan kami hari ini bermanfaat bagi masyarakat Mentawai, Sumbar pada umumnya dan menjadi ibadah bagi kami semua. Amin.” ***
Padang Ekspres 12 Desember 2012
1 comment
No ping yet
Jefri Agustian Sanjaya says:
16 Desember 2012 at 5:34 pm (UTC 7)
semoga …