Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta tampil gaul dalam kampanye akbar di Imam Bonjol, Padang, dua hari lalu. Enjoy, ringan dan penuh riang, mungkin juga penuh cinta. Presiden partai termuda itu, memberi ciri, PKS mulai membuka diri, bukan eksklusif lagi.
Gaya Anis Matta saat di Imam Bonjol yang memakai jeans, baju kaos dan sepatu runcing, seperti sedang meliuk ke dunia kelas menengah perkotaan. Di Indonesia kelas menengah saat ini berjumlah 150 juta orang. PKS rupa-rupanya hendak meneguk minuman segar dari “samudera biru” di mana pasar bukan direbut, tapi diciptakan. Karena itu Anis yakin, partai ini akan meraih 4 kursi untuk DPR dari Sumatera Barat. Soal tercapai atau tidak, itu urusan lain.
Di daerah ini, kader PKS, Gubernur Irwan Prayitno, juga lebih renyah. Main drum, menyanyi dan piawai maracak motor balap. Satu sisi seperti aneh, tapi dilihat dari sudut lain justru membuat galinggaman anak-anak muda untuk memacu prestasinya di bidang tersebut. Tentu ada juga yang tak suka.
Waktu kampanye di Imam Bonjol, gubernur memakai kacamata hitam, pake celana jins. Saya suka gaya seperti itu, sebab tidak lagi mengurung diri. Ada niat dari PKS untuk berubah dan lebih menjangkau massa yang lebih luas. Apa memang mau berubah atau tidak, hanya PKS yang tahu dan kelak rakyat akan menyaksikan janji perubahan itu terlaksana atau tidak.
Seperti kata Anis Matta, PKS terbuka bagi siapa saja. Bagi saya ini menarik, jauh lebih menarik ketika partai ini memutihkan Gelora Bung Karno dan di sana mars PKS dibawakan paduan suara dari Gereja Ende, NTT. Disebutkan juga, PKS ingin menguasai Indonesia dan sekarang berusaha menjadi tiga besar. Perspektif PKS ini, seharusnya menjadi bahan kajian bagi partai lain, sebab sudah diumumkannya. Jika partai lain “tidur” maka impian PKS akan terwujud. Satu hal kelebihan PKS yang suka atau tidak langkahnya terukur, karena memang diukur. Partai ini, percaya pada hasil survei, sebuah instrumen di dunia modern.
Ketika kampanye akbar di Imam Bonjol, menurut laporan reporter hadir 50 ribu massa. Materi kampanye pun mengarah pada era baru. Ini merupakan kampanye akbar pertama dan terbesar di musim pemilu 2014 ini, entah kalau ada pada hari-hari menjelang 9 April, mari sama-sama kita lihat. Sejauh itu, baru PKS yang berani masuk ke Imam Bonjol. Partai yang satu ini memang aneh, sebab terjilapak oleh Luthi Hasan Ishaaq, ternyata tidak berkelukuran, malah bangkit. Ini yang oleh Anis disebut gerakan PKS terilhami oleh kisah Kapal Nabi Nuh.
Anis Matta yang 46 tahun, Irwan yang 50 tahun, Mahyeldi yang 47 tahun, merupakan anak muda yang kini menjadi ikon PKS. Di Sumbar, Irwan pun menjadi ikon, karena dia gubernur, sama dengan Ahmad Heryawan di Jawa Barat. Persoalannya adalah apakah PKS bisa membuktikan dirinya tidak ekseklusif?
Saya masih ingat ketika partai ini baru lahir, semua media Jakarta memuji dan kemudian PKS hanyut dalam pujian itu. Lalu muncullah berbagai persoalan yang kemudian merusak citra PKS. Hal serupa juga menimpa semua partai. Bedanya, PKS mencoba cepat bangkit dan mengibarkan kembali benderanya.
Dengan gaya Anis Matta dan Irwan, saya melihat PKS mulai berubah, sesuatu yang mengejutkan sebenarnya. Tapi itu pilihan, karena itu harus dijalani. Hasilnya akan jelas setelah 9 April.
Kita lihat saja. (*)
Khairul Jasmi
Singgalang 27 Maret 2013