«

»

Mengubah Mindset Berpuasa

28 Juni 2014

Kita tentu pernah mendengar dialog sebagai berikut : “Kenapa telat masuk kantor Pak, Buk?”. Jawabannya: “Maklum Pak, ini kan bulan puasa.”

Hal seperti ini lumrah dan sering kita dengar. Telat masuk kantor, telat ke sekolah, kesiangan dan berbagai aktivitas tertunda dengan alasan bulan puasa atau sedang berpuasa. Puasa dijadikan alasan (kambing hitam?) untuk menutup dan melegalkan berbagai kesalahan.

Puasa seolah-olah menjadi sebuah alasan yang legal yang bisa diterima semua orang atas semua tindakan kontra produktif yang kita lakukan. Tindakan-tindakan itu di antaranya adalah, 1. Terlambat masuk kerja atau terlambat ke sekolah bagi pelajar dan mahasiswa, 2. Tidur berlebihan, sehingga sebagian besar waktu yang seharusnya digunakan untuk kegiatan produktif menjadi berkurang, 3. Tak bertenaga alias loyo, sehingga terkesan cenderung bermalas-malasan. Semua kondisi itu dilegalkan dengan alasan sedang berpuasa.

Namun kalau kita lihat kisah perjalanan kehidupan Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat beliau, tidak ada alasan bahwa puasa membuat aktivitas beliau menjadi terhambat. Juga tidak ada keterangan bahwa waktu di bulan puasa digunakan untuk bersantai-santai.

Keterangan yang ada adalah bahwa pada bulan Ramadhan, Nabi dan para sahabat memperbanyak kegiatan ibadah, tadarus, shalat malam dan iktikaf. Kegiatan rutin sehari-hari berjalan seperti biasa.

Malah banyak peristiwa-peristiwa penting dan bersejarah terjadi di bulan Ramadhan. Perang Badar misalnya, perang pertama di zaman Rasulullah ini terjadi pada Jumat tanggal 2 Ramadhan tahun 2 Hijriah. Perang ini melibatkan tentara Islam sebanyak 313 orang berhadapan dengan 1.000 tentara musyrikin Mekkah yang bersenjata lengkap. Namun, dengan izin Tuhan, perang ini berhasil dimenangkan oleh laskar Islam. Padahal, saat itu Nabi beserta seluruh pasukan sedang berpuasa.

Bisa kita bayangkan betapa beratnya perjuangan Nabi saat itu, dalam keadaan berpuasa, berperang di gurun pasir yang tandus di bawah terik matahari.

Banyak peristiwa-peristiwa bersejarah lainnya yang kadangkala sulit diterima akal, justru terjadi di bulan Ramadhan. Khalid bin Walid menaklukkan kota Mekkah dan menghancurkan patung Al Uzza yang saat itu dipuja sebagai Tuhan oleh masyarakat jahiliyah terjadi pada bulan Ramadhan tahun 9 H. Islam masuk ke Yaman pada bulan Ramadhan tahun 10 H, begitu juga masuknya Islam ke Spanyol, Andalusia, Portugal dan Mongol, semua terjadi di bulan Ramadhan. Al Quran juga diturunkan di bulan Ramadhan.

Lalu kenapa kita merasa lemas dan loyo di saat berpuasa di bulan Ramadhan? Jawabannya, kita tidak berusaha mengubah mindset. Rasa lapar itu berasal dari pikiran kita, dari kebiasaan kita, terbiasa makan setiap pagi dan siang. Padahal kalau ditinjau dari aspek kesehatan, masih tetap tersedia energi dalam tubuh kita untuk melakukan aktivitas sehari-hari, meski sedang berpuasa. Energi yang berasal dari makan malam bisa digunakan untuk melakukan aktivitas dari pagi sampai siang. Sedangkan energi yang berasal dari makan sahur bisa digunakan untuk beraktivitas dari siang hingga menjelang berbuka.

Sudah banyak analisa ahli kesehatan menyatakan dan menemukan fakta, bahwa berpuasa itu adalah baik untuk kesehatan.

Aspek pikiran bisa juga dibuktikan, jika kita asyik melakukan pekerjaan atau melakukan sesuatu di saat berpuasa siang hari, tanpa kita sadari, sore hari telah terlewati, tanpa merasa lapar dan lelah. Ini adalah bukti bahwa rasa lapar dan lelah itu berasal dari pikiran, jika pikiran bisa dialihkan dan puasa dilakukan karena ikhlas, maka rasa lelah, lapar dan loyo tidak akan muncul. Biasanya setelah melewati hari ke-10 Ramadhan, puasa tidak terasa berat lagi, kita sudah menjadi terbiasa. Apalagi bagi mereka yang terbiasa puasa Senin dan Kamis di bulan-bulan selain Ramadhan, lelah dan lapar saat berpuasa makin tak terasa.

Niat dan keikhlasan juga penting dalam berpuasa. Ada yang berpuasa karena anak-anak, istri dan keluarga di rumah semua berpuasa, ia terpaksa ikut berpuasa karena malu ketahuan tidak puasa. Juga ada yang terpaksa berpuasa karena toh sulit mencari tempat makan siang, karena selama bulan puasa, warung makan tutup semua. Bagi mereka yang termasuk kelompok ini tentu berpuasa sangat menyiksa baginya dan membuat ia sangat lelah, letih dan loyo.

Karena itu mari kita ubah mindset dalam melaksanakan puasa tahun ini, serta perbaiki niat dan keikhlasan berpuasa. Bulan puasa bukanlah alasan untuk mengurangi aktivitas, malah merupakan bulan rahmat di mana doa dan upaya kita diberkati oleh Allah. Bukankah Allah berjanji akan membukakan pintu berkah seluas-luasnya di bulan Ramadhan? Bukankah rahmat kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 juga diberikan di saat bulan Ramadhan?

Jadi tidak ada alasan bermalas-malasan, memperbanyak tidur, lelah dan loyo, karena berpuasa di bulan Ramadhan. Sekolah, bekerja, berusaha, mengurus rumah tangga, jika dilakukan dengan ikhlas karena Allah, semuanya akan menjadi ibadah, diberkati dan dilipat-gandakan pahalanya oleh Allah selama bulan Ramadhan. Tentu akan sangat rugi kita jika kesempatan itu disia-siakan.

Selamat menunaikan ibadah puasa tahun 1435 H, semoga kita semua bisa memanfaatkan momen puasa tahun ini sebaik-baiknya, kembali fitrah, serta mendapat limpahan berkah yang sebesar-besarnya dari Allah SWT. Amin. (*)

Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar

Padang Ekspres 28 Juni 2014

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>