«

»

Orang Sumbar Bisa Buat Apa Saja Jadi Uang

25 Februari 2015

PADANG — Meski pada 2015 tidak dapat anggaran pengembangan kawasan industri, Menteri Perindustrian Saleh Husin minta Sumbar lebih banyak mengembangkan industri kreatif. Ini karena orang Sumbar mampu menjual apapun.
“Kita berharap Sumbar lebih banyak mengembangkan industri kreatif, karena orang Sumbar bisa membuat apa saja menjadi uang,” katanya dalam rapat koordinasi Kementerian Perindustrian dengan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota wilayah I 2015 di Gedung Serba Guna PT Semen Padang, Selasa (24/2).
Ditegaskannya, tujuan pembangunan industri 2015-2019 hadirnya industri tangguh dan berdaya saing. Tujuan tersebut akan dicapai melalui penguatan struktur industri nasional, peningkatan nilai tambah di dalam negeri, membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkokoh ketahanan nasional.
Disampaikannya, pembangunan industri nasional hingga saat ini telah mencapai kemajuan yang cukup signifikan. Pertumbuhan industri pengolahan non-migas pada 2014 mencapai 5,34 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi (PDB) pada periode yang sama 5,06 persen. Sektor industri pengolahan non migas juga masih memberikan kontribusi terbesar pada struktur PDB nasional yang mencapai 20,84 persen.
Menperin menegaskan, secara perlahan sektor industri pengolahan non migas mulai bergeser ke luar Pulau Jawa, yaitu dari 24,63 persen pada 2008 menjadi 27,22 persen 2013. Kontribusi wilayah Sumatera dan Kalimantan terhadap nilai tambah sektor industri non-migas nasional relatif cukup besar, yaitu mencapai 23,90 persen.
Namun demikian, kontribusi tersebut lebih banyak diberikan Sumatera 20,63 persen, sedangkan Kalimantan sekitar 3,27 persen. Oleh karena itu, potensi pengembangan industri khusus di wilayah Kalimantan masih sangat besar.
Di samping itu, pertumbuhan sektor industri non migas di luar Jawa memberikan kontribusi 6,56 persen atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di Pulau Jawa 5,99 persen.
“Ke depan, pertumbuhan industri di luar Jawa harus lebih besar agar terjadi percepatan penyebaran dan pemerataan pembangunan industri,” tegas Menperin. Diharapkan, kontribusi wilayah di luar Pulau Jawa terhadap nilai tambah sektor industri dapat terus ditingkatkan dari 27,22 persen pada 2013 menjadi sekitar 40 persen pada 2035. Sementara itu, wilayah Sumatera dan Kalimantan dari 23,90 persen pada 2013 menjadi sekitar 34,07 persen pada 2035.
Sementara itu, terkait tidak masuknya Sumbar dalam kebijakan pengembangan industri nasional 2015, Saleh Husin meminta Pemprov Sumbar tidak berkecil hati. Menurutnya, bantuan pembangunan sentra industri untuk daerah ini bisa dituangkan pada 2016. Untuk itu, Pemprov diminta melakukan koordinasi secara intens dengan Kementerian Perindustrian, sekaligus memberikan usulan tentang potensi industri daerah yang layak dikembangkan.
“Program ini kan bertahap. Bisa nanti Sumbar masuk di tahun berikutnya. Sumbar kan banyak industri kreatif, bisa saja itu yang nantinya dikembangkan. Untuk itu, harus terus berkoordinasi dengan kementerian,”paparnya.
Sementara itu, Gubernur Irwan Prayitno mengakui, Sumbar merupakan daerah yang tidak memiliki industri besar. Akan tetapi, Kementerian Perindustrian diharapkan tetap memberikan perhatian.
“Sesuai dengan karakternya, masyarakat Minang lebih memilih menjadi wiraswasta di sektor industri kreatif dibanding bekerja sebagai buruh pabrik. Dengan kondisi tersebut, tidak mengherankan jika di Sumatera Barat banyak industri kreatif berskala kecil dan menengah, baik di bidang kerajinan dan kuliner. Untuk itu, di tahun mendatang, Kementerian Perindustrian diharapkan memberikan dorongan berupa penguatan industri kreatif di Sumbar, baik berupa pembangunan sentra industri, pembinaan ataupun bantuan alat,” pintanya.
Semen Padang
Pada saat yang sama dijelaskan kepada menteri soal Semen Padang.
Direktur Utama PT Semen Padang, Benny Wendry menjelaskan, perusahaannya menargetkan produksi 15 juta ton semen, ditambah 5 juta ton lagi lewat produksi kerja sama pada 2030.
Pada 2014, kapasitas pabrik 6,5 juta ton dan ditambah 900.000 ton dari pabrik di Dumai. Bila Indarung VI mulai beroperasi pada 2016, total kapasitas produksi mencapai 10,4 juta ton per tahun.
“Tahun lalu, penjualan semen PT Semen Padang menguasai 42,26 persen pasar Sumatera dan 11,26 pasar nasional. Prioritas penjualan Sumatera dan Jawa,” ujar Benny.
Terkait pendapatan persero, pada 2014 tercatat Rp6,4 triliun dengan laba bersih Rp915 miliar. Keuntungan PT Semen Padang naik tajam dibandingkan 2010 yang baru Rp649 miliar.
Menurut Benny, melihat proyeksi kapasitas produksi semen secara nasional di Indonesia, termasuk PT Semen Padang, ia memperkirakan dalam lima tahun ke depan akan terjadi surplus semen.
Pada kesempatan itu, Benny Wendry memberikan bantuan pendidikan Rp4,55 juta. Dana sebesar itu diperuntukkan untuk bantuan rutin bagi sekolah-sekolah Yayasan Igasar, 40 meja – 80 kursi bagi SD 21 Lubuk Kilangan, 40 meja – 80 kursi bagi SMP Lubuk Kilangan, dan 40 meja – 80 kursi untuk SMK 4 Padang. (401)

SInggalang 25 Februari 2015

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>