«

»

Inilah Alasan Irwan Prayitno Tidak Berkantor di Kantor Gubernur

8 September 2015

Oleh Zamri Yahya, SHI

SEBAGAI calon kuat Gubernur Sumatera Barat, bermacam-macam isu dialamatkan kepada H Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa. Isu yang dipolitisir, sehingga isu itu sampai ke masyarakat, tentu saja akan menimbulkan persepsi yang jelek kepada sosok putra Pauh Basa Si Ampek Baleh (Pauh IX dan Pauh V) Kota Padang ini.

Salah satu isu yang sering dihembuskan, selama menjadi Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno hanya masuk kantor selama tiga bulan. Selebihnya, aktivitas sebagai gubernur lebih banyak dijalankan di Istana Gubernur atau rumah dinas. Kebijakan Irwan Prayitno berkantor di rumah dinas ini menjadi sorotan tajam berbagai kalangan.

Tentu saja tidak elok rasanya kita menghakimi Irwan Prayitno yang hanya berkantor selama tiga bulan di sebuah gedung yang berada terpisah di sayap kiri kantor gubernur yang merupakan kantor TP PKK Sumatera Barat. Bangunan yang sempit tersebut hanyalah kantor sementara menjelang gedung escape building rampung dikerjakan. Sebagai seorang gubernur, tentu saja tamu Irwan Prayitno sangat banyak. Gedung yang sempit itu tentu saja sumpek dan tidak layak menerima tamu. Apatah lagi, ruangan untuk tamu tidak memadai, ruangan tunggu pun panas. Bahkan pernah tamu bikin kegaduhan karena merasa tak terlayani dengan baik. Mereka antri dan tidak teratur karena ruangan sempit. Ruangan rapat pun hanya mampu menampung lima orang, lebih dari itu tidak bisa. Alasan inilah yang membuat Irwan Prayitno memilih berkantor di rumah dinas Istana Gubernur Sumatera Barat.

Di rumah dinas gubernuran, Irwan Prayitno bekerja sedikit nyaman. Tak ada surat yang menumpuk, karena selesai ditanda tangani hari itu juga. Walau tidak menempati kantor kecil yang disediakan untuk kantor gubernur sementara, kinerjanya sebagai gubernur tidak terganggu. Dia tetap melayani masyarakat di rumah dinasnya. Menerima staf yang mengurus administrasi pemerintahan dimana saja, tidak hanya di rumah dinas, di kap mobil pun dia tandatangani surat yang disodorkan stafnya setelah dia lihat paraf dan tandatangan pejabat yang bersangkutan sudah lengkap. Yang penting pelayanan dan kinerja tak terganggu, Irwan Prayitno enjoy saja berkantor di rumah dinas dan melaksanakan urusan pemerintahan dimana saja.

Selain itu, yang menyebabkan Irwan Prayitno berkantor di Istana Gubernur atau gubernuran adalah agar dirinya leluasa menerima tamu, delegasi, tamu dari pusat seperti dari kementerian yang mengunjunginya. Rumah dinas bisa dijadikan tempat menerima tamu. Rapat-rapat bisa di ruangan istana, menampung 20 – 40 orang. Rapat-rapat SKPD dilaksanakan di auditorium yang menampung 50-200 orang.

Namun setelah escape building selesai pada tahun 2012 dan diresmikan pemakaiannya pada tahun 2013, Irwan Prayitno tetap tidak mau berkantor di gedung escape building tersebut dan tetap bertahan di Istana Gubernur. Apa alasan Irwan Prayitno? Dalam suatu kesempatan, penulis pernah bertanya kepada penghulu suku Tanjung Kenagarian Pauh IX Kota Padang ini, apa sebab dia tidak mau berkantor di gedung escape building yang megah itu, gedung yang dilengkapi berbagai fasilitas mewah? Sebagai gambaran gedung escape building terdiri dari dua tingkat dengan fasilitas CCTV sebanyak enam unit, fire alarm, fire hydrant, tangga darurat dan AC.

Pada lantai I gedung escape building ini, terdapat dua ruangan lobi dan tamu. Selain itu, juga ada ruangan rapat sekretariat seluas 72 m2, lengkap dengan toiloet pria dan wanita. Sedangkan, pada bagian lantai II, terdiri dari ruangan kantor Wakil Gubernur seluas 68,86 m2 dan ruangan Gubernur seluas 135,06 m2. Selain itu juga terdapat ruang untuk ajudan, ruangan rapat kecil, ruang tamu, teleconference, dan ruang istirahat yang dilengkapi kamar mandi dan toilet.

Sebenarnya, setelah gedung escape building diresmikan, Irwan Prayitno sudah bersiap-siap pindah kantor dari rumah dinas Istana Gubernur ke gedung escape building. Namun, entah kenapa, dirinya melakukan sidak ke aula kantor gubernur lama. Dilihatnya, masih ada sembilan biro yang menempati aula itu sebagai kantor pada tahun 2013. Kondisinya tentu saja tidak layak, satu meja ditempati enam orang, hanya pakai kipas angin tanpa air condition (AC). Ini tentu menyebabkan pegawai berkantor di aula tersebut tidak nyaman bekerja.

“Anda bayangkan, hanya dengan jarak 50 meter, saya menempati kantor mewah, sementara anak buah saya menempati bekerja di aula yang tidak layak sebagai kantor. Saya menempati kantor yang dilengkapi berbagai fasilitas, seperti CCTV, meja besar, kamar tidur, dan bahkan saya lari pun ada pintu rahasia keluar, pintu masuknya ada satpam, ruang rapat, lengkap pokoknya. Tidak bisa, saya tidak jadi pindah. Tiga atau empat dari sembilan biro itu harus dipindahkan ke tempat yang disediakan untuk saya di gedung escape building. Akhirnya, setelah dihitung-hitung, pindahlah tigo biro, yaitu Biro Organisasi dan Biro Hukum dan Perekonomian,” ujar Irwan Prayitno dalam sebuah wawancara dengan penulis.

Karena tidak jadi berkantor di gedung escape building, Irwan Prayitno kembali berkantor di rumah dinas gubernuran atau Istana Gubernur Sumatera Barat. Bagi Irwan Prayitno, kenyamanan bekerja pegawai kantor Gubernur Sumatera Barat adalah segala-galanya. Sebab ini terkait dengan pelayanan prima kepada masyarakat. Kantor yang tidak nyaman tentu akan menyebabkan kinerja pegawai menurun. Irwan Prayitno tidak mau itu terjadi, makanya dia mengurungkan niatnya berkantor di gedung escape building, dan kembali berkantor di rumah dinas.

Nah, sekarang pembaca sudah dapat memahami dengan seksama, alasan Irwan Prayitno tidak mau berkantor gedung escape building. Tuhan memberikan akal dan hati kepada kita untuk memahami persoalan ini. Semoga saja akal dan hati kita tidak tertutup untuk melihat kebenaran yang tersembunyi dibalik isu yang dihembuskan karena faktor kebencian sebagian kalangan kepada Irwan Prayitno dan partainya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Dalam sebuh hadis yang berasal dari Ibn Umar ra, Baginda Nabi Muhammad saw bersabda, “Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal hal yang dipimpinnya. (HR Bukhari wa Muslim).

Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus dalam pemilihan Gubernur Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Amin.

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua FKAN Pauh IX Kecamatan Kuranji

bentengsumbar.com, 8 September 2015

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>