Pukul tujuh lebih belasan menit. Pesawat Etihad mendarat mulus, di pagi yang berkabut. Semestinya sudah terang, tapi Dusseldorf masih terang-terang kacang.
Pagi itu, Jumat (6/6), setelah empat belas jam lebih membunuh bosan di atas pesawat; tujuh jam dari Jakarta ke Abu Dhabi, dan sekitar tujuh jam pula dari Abu Dhabi ke Dusseldorf, kami menghirup udara Jerman.
Serasa akan berbeda. Tetapi sama saja. Bandara Dusseldorf memang besar, namun jelas tidak lebih mentereng dibanding Soetta. Apalagi dibanding T3 di Soetta.
Kendati baru saja mendarat, dengan membersihkan diri alakadarnya, kami bertukar pakaian. Mengenakan kemeja dan jas, siap untuk agenda pertama; mengunjungi pemerintah propinsi Nordth Rhein Westhalen (NRW) yang berpusat di Dusseldorf. “Agenda kita cukup padat,” kata Gubernur Irwan Prayitno.
Kantor kepariwisataan NRW itu terletak di sisi sungai Rhein yang terkenal itu. Ya, Dusseldorf itu memang juga adalah kota pelabuhan, di samping juga sebagai kota yang memiliki kalender tetap menggelar pekan budaya Jepang. Maklum, di kota ini cukup banyak warga keturunan Jepang bermukim.
Kantor NRW itu, seperti juga kantor dan gedung lainnya di Dusseldorf, tidaklah megah dilihat dari arsitekturnya. Model bangunan di sini cenderung biasa-biasa saja.
Begitu juga para pegawainya. Entah karena memang jumlah pegawainya sedikit, tetapi gedung 21 lantai itu, terlihat lengang. Rupanya, dalam jam kerja, memang sulit melihat mereka berkeliaran. Semuanya asyik bekerja di ruang masing-masing.
Dan kedatangan kami pun menjadi satu-satunya yang membuat ramai gedung itu. Bukan karena jumlah kami yang belasan orang, tapi rupanya orang Jerman ketat soal waktu. Kami datang tigapuluh menit lebih awal dari jadwal pukul 11.00 waktu setempat.
Bukan tidak ramah, tetapi mereka tentu punya jadwal yang lain pula selain menerima kami untuk berkunjung. Jadi, sebelum pertemuan, kami mengisi berswafoto mengabadikan sungai Rhein yang jernih dari lantai 21 gedung itu.
Sambil menunggu, kami pun sempat memotret marawa hitam-merah-kuning. “Sama persis dengan marawa kita,” ujar Afrizal, anggota DPRD Sumbar dari Partai Golkar.
Akhirnya, Karl-Uwe Butof, Direktur Umum jawatan yang mengurusi kepariwisataan, inovasi dan energi di propinsi NRW menyambut kami didampingi dua orang stafnya, di ruang rapat ukuran sedang di lantai 21 itu. Ia cukup ramah untuk pelayanannya yang tidak dibuatbuat. Ia bahkan berkenan menuang kopi untuk Gubernur Irwan Prayitno.
Usai Butof mempresentasikan secara umum perihal propinsi itu, kemudia salah seorang deputinya menceritakan tentang pariwisata, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dengan bahasa inggris yang fasih membungkus diskusi dengan mengajukan ikatan kerjasama propinsi kembar. Beberapa sektor yang paling mungkin, dan perlu fokus yang jelas, akan menjadi kerjasama yang saling menguntungkan, kata Butof merespon. Dikatakan, saat ini pihaknya juga tengah menjalin kerjasama dengan Provinsi Fukusima, Jepang.
Atas peluang tersebut, Gubernur Irwan Prayitno meminta SKPD terkait dan pihak kedutaan bisa menindaklanjutinya. “Cukup beberapa saja fokusnya. Misalnya kepariwisataan dan energy terbarukan,” ujar Irwan.
Seperti diketahui, Gubernur Irwan Prayitno melakukan kunjungan ke Jerman dalam rangka undangan Kementerian Perindustrian untuk menghadiri sekaligus berpidato pada pembukaan pameran makanan olahan yang digelar di Koln Messe, 6 – 13 Oktober 2017.
Ikut pula dalam rombongan sejumlah pejabat Pemprov Sumbar. Antara lain Kepala Dinas Pariwisata Oni Yulfian, Kepala Dinas Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal Maswar Dedi, Kepala Dinas Perindag Asben Hendri, Kepala Bappeda Hansastri, Kepala Bakeuda Zainuddin, Kepala Dinas Kebudayaan Taufik Effendi dan tiga legislator dari DPRD Sumbar; Aftizal, Ismunandar dan Nofrizal.
Selain menyambut baik ajakan untuk mengikat kerjasama “propinsi kembar” itu, pihak NRW juga mempresentasikan pembangunan kepariwisataannya. Kepala unit kepariwisataan NRW Frank Butenhoff, mengatakan pihaknya mengawali pembangariwisataan dengan menyusun grand design yang jelas. “Kami juga mengalokasikan anggaran promosi sebesar 7 miliar euro lebih per tahun,” katanya.
Singgalang, 7 Oktober 2017