«

»

Rendang Padang Mendunia

24 Desember 2017

Pada 14 Desember 2017 lalu saya menandatangani nota kesepahaman (MoU) antara Pemprov Sumbar dengan Batan (Batan Tenaga Nuklir Nasional) yang dihadiri langsung oleh Prof. Dr. Djarot S. Wisnubroto selaku Kepala Batan. Selain itu juga dilakukan penandatanganan MoU antara Pemko Payakumbuh dengan Batan. Kerjasama dengan Batan ini menitikberatkan pada bidang kesehatan, pangan, dan pertanian dengan menggunakan aplikasi yang dihasilkan Batan.

Dari beberapa poin yang akan ditindaklajuti kelak, ada satu hal menarik untuk diaplikasikan di bidang pangan yaitu pengawetan pangan. Di mana dengan teknologi yang dibuat Batan, pengawetan pangan bisa mencapai 18 bulan lamanya. Teknologi ini insya Allah akan digunakan untuk mengawetkan rendang. Dan aplikasi teknologi pengawetan ini aman serta tidak  menimbulkan dampak negatif. Batan sendiri telah menjamin hal ini.  Dan pada 18 Desember 2017 siang, saya bersama staf berkunjung ke kantor Batan di Jakarta, secara khusus melihat mesin iradiator untuk pengawetan rendang dan kripik yang siap untuk ekspor.

Teknologi pengawetan ini sangat bermanfaat bagi Sumbar, khususnya pelaku UMKM yang menyediakan rendang sebagai jualannya. Karena dengan adanya aplikasi teknologi pengawetan akan menjadikan rendang bisa dijual di luar negeri dan juga di wilayah Indonesia sehingga bisa masuk ke pasar swalayan dan mini market. Fasilitas teknologi pengawetan Batan ini baru saja diresmikan oleh Wapres Bpk. Jusuf Kalla pada 15 November 2017 lalu yaitu Iradiator Gamma Merah Putih. Dengan menggunakan iradiator, bakteri pembusuk pada makanan akan mati sehingga memperpanjang masa penyimpanan.

Sebelumnya kanal berita CNN dari hasil surveynya menjadikan rendang sebagai makanan terlezat di dunia. Survey yang diikuti oleh berbagai macam ragam orang ini adalah sebuah promosi gratis rendang ke seluruh dunia. Setidaknya bahasan tentang rendang sebagai makanan terlezat di dunia sudah dua kali diposting oleh CNN, yaitu pada tahun 2011 dan 2017. Namun “iklan gratis” tetang rendang yang dibuat CNN ini belum bisa dimanfaatkan untuk perluasan penjualan ke mancanegara karena daya tahan rendang yang hanya sekitar dua bulan paling lama sehingga belum memenuhi kecukupan waktu untuk melalui berbagai proses untuk dijual ke mancanegara.

Jika rendang ingin mendunia, dijual ke mancanegara, maka minimal harus punya daya tahan minimal selama satu tahun. Karena untuk bisa menembus mancanegara harus melewati berbagai proses dan tempat yang membutuhkan waktu tidak sebentar. Jika daya tahannya bisa minimal satu tahun maka rendang bisa dijual ke mancanegara.

Mengapa prospek rendang sangat bagus bila dijual di mancanegara? Karena bagi orang luar, seperti orang Barat, rendang dianggap sebagaimana halnya steak yang sudah biasa dimakan oleh orang Barat. Rendang tinggal  dicomot oleh mereka dan memiliki cita rasa berbeda dengan steak. Proses pemasakan rendang yang cukup lama menjadikan rasanya sampai ke dalam (seluruh) daging sehingga oleh orang Barat kelezatan rendang dirasakan ini jauh lebih nikmat dari steak yang menjadi nikmat karena ada saus yang ditaburi di daging steak. Dan rendang pun dibuat dari berbagai bumbu yang memang memiliki aroma yang memikat namun tetap sehat.

Dengan adanya teknologi pengawetan hingga 18 bulan untuk rendang ini maka peluang masyarakat Sumbar untuk berjualan rendang ke mancanegara terbuka lebar. Dan kita patut bersyukur bahwa kemampuan dan keunggulan komparatif maupun kompetitif dalam membuat rendang sangat besar kemungkinannya hanya dimiliki oleh masyarakat Sumbar atau orang Minang. Jikapun ada orang luar yang mampu membuat rendang dengan baik, jumlahnya tidak banyak.

Mengapa demikian? Karena memasak rendang butuh waktu berjam-jam. Orang Minang sudah terbiasa melakukannya secara turun-temurun hingga kini. Dan bumbunya, jauh lebih unggul dengan bahan-bahan yang tersedia di alam Sumbar sendiri. Dan konsumen tidak perlu khawatir akan masalah kesehatan seperti kolesterol dan lainnya. Karena penelitian dari seorang guru besar Fakultas Kedokteran Unand, Prof. Nur Indrawaty Liputo menyimpulkan bahwa rendang adalah makanan yang lezat juga sehat. Tinggal memperbaiki tampilan kemasan sehingga tampilannya menarik konsumen mancanegara untuk membeli.

Maka, dengan modal yang sudah ada di masyarakat atau pelaku UMKM dan juga didukung ketersediaan bahan yang baik insya Allah rendang bisa diproduksi oleh banyak UMKM di Padang. Pihak Kementerian Perdagangan RI telah menyatakan siap membantu produk rendang untuk dijual ke luar negeri dengan melalui mekanisme perdagangan internasional yang melewati beberapa tahap. Pada tahap awal mungkin pihak yang menjual rendang atau UMKM akan mengalami kendala atau merasakan beratnya mengurus prosedur untuk dijual ke luar negeri. Namun untuk berikutnya insya Allah akan terasa lebih mudah karena sudah memiliki pengalaman.

Sementara itu Kota Payakumbuh berencana mempersiapkan industri rendang atau sentra rendang. Saya pun berharap kota dan kabupaten lain akan mengikuti langkah Payakumbuh ini karena potensi besar yang ada di UMKM dan masyarakat Sumbar dalam membuat rendang nantinya akan bisa memenuhi permintaan konsumen mancanegara.

Ketika melakukan kunjungan kerja ke luar negeri saya kerap bertemu pihak-pihak yang menyatakan siap memasarkan rendang di negara tempat mereka tinggal. Salah satunya adalah bu Suli, demikian saya memanggilnya, yang berprofesi sebagai importir makanan asal Indonesia di Sydney, Australia. Bu Suli menyatakan bahwa permintaan rendang cukup tinggi di sana karena rasanya yang sangat enak di lidah orang Australia, namun belum ada yang bisa diimpor, karena salah satu syarat untuk mengimpor adalah produk tersebut tahan lama, minimal satu tahun. Jika rendang yang diimpor memiliki daya tahan selama minimal satu tahun, maka bu Suli siap memasarkan di Australia.

Maka, saya mengajak seluruh komponen di Sumbar dan juga rantau, untuk menyambut rendang sebagai makanan masyarakat dunia, di mana orang luar sering menyebutnya “Rendang Padang”. Insya Allah jika pelaku industri rendang serius, sungguh-sungguh, dan mampu meningkatkan serta menjaga kualitas rendang, baik rasa maupun tampilan kemasan, maka perlahan-lahan akan mengangkat harkat, martabat dan juga kesejahteraan masyarakat Sumbar yang memang diberikan rahmat oleh Allah SWT sebagai pemasak makanan terlezat di dunia. ***

Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar

Padang Ekspres, 20 Desember 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>