Alhamdulillah, pilkada yang berlangsung 9 Desember 2020 berjalan lancar. Kami melakukan pemantauan ke beberapa TPS (Tempat Pemungutan Suara) yang ada di Kota Padang, berjalan tertib dan aman, serta mematuhi protokol kesehatan. Kami mengapresiasi dan menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah menyukseskan perhelatan ini. Semoga hingga sampai proses final di KPU semuanya berjalan lancar dan aman.
Dari informasi yang kami peroleh berdasarkan real count cepat, 61,22% pemilih Sumbar berpartisipasi dalam pilkada 2020. Jumlah ini lebih sedikit dari yang ditargetkan secara nasional yaitu 77,5%. Jika dibandingkan pemilu 2019, jumlah partisipasi pemilih Sumbar ternyata lebih besar, yaitu 79,54%. Sebab utama rendahnya partisipasi pemilih adalah covid. Pemilih takut datang ke TPS karena takut tertular covid.
Sementara itu, dari 12.548 TPS sejauh ini berjalan lancar walaupun ada beberapa TPS melaksanakan pemilihan ulang. Sebagian pun sudah berlangsung lancar. Ini patut diapresiasi karena menandakan masyarakat dan penyelenggara pilkada telah bekerja baik dalam pilkada.
Selain itu, kita harapkan tidak muncul klaster Covid di TPS. TPS sudah menjalankan protokol kesehatan yang cukup ketat. Peralatan thermo gun untuk mengukur suhu, tempat mencuci tangan, aturan menjaga jarak, aturan waktu memilih, memperlihatkan ketatnya protokol kesehatan. Bahkan ada beberapa TPS yang menyediakan bilik khusus untuk pemilih yang suhunya di atas ketentuan.
Dari hasil sementara yang terlihat di situs pilkada 2020 KPU, hasil quick count lembaga survei, dan hasil real count cepat, banyak petahana (incumbent) bertumbangan. Sehingga memunculkan pemimpin baru yang memberikan harapan baru bagi masyarakat. Yang dimaksud petahana adalah kandidat yang masih menjabat kepala daerah dan wakil kepala daerah. Petahana yang maju kembali di pilkada ternyata dikalahkan oleh kandidat baru.
Diperkirakan ada 10 petahana yang kalah (dua kepala daerah dan delapan wakil kepala daerah), 3 petahana yang menang/terpilih lagi (dua kepala daerah, dan satu wakil kepala daerah), dan 1 menang melawan kotak kosong. Dari 14 daerah, diperkirakan tiga daerah yang dimenangi petahana. Ini bukan hasil final, tetapi baru pengamatan sementara. Hasil final adalah yang diumumkan resmi oleh KPU nanti.
Fenomena petahana bertumbangan juga terjadi di pilkada 2015 dan 2010. Di pilkada 2010 hanya dua petahana yang menang, dan petahana lainnya kalah. Demikian pula di pilkada 2015, banyak petahana yang bertumbangan. Fenomena ini menjelaskan bagaimana orang Minang memilih pemimpin. Mereka ingin selalu mendapatkan pemimpin yang lebih baik lagi. Orang Minang menetapkan standar kepuasan yang tinggi dan memiliki keinginan akan perubahan.
Maka tak heran jika indeks kebahagiaan masyarakat di Sumbar pernah berada di urutan bawah di antara seluruh provinsi di Indonesia, karena masyarakat memiliki standar kepuasan yang tinggi untuk bahagia. Di antaranya untuk masalah pendidikan dan keterampilan, pekerjaan dan usaha, serta pendapatan rumah tangga. Sebagai contoh, seseorang tidak puas hanya tamat SMA. Ia ingin menamatkan S1. Jika sudah selesai S1, ia ingin lanjut ke S2.
Petahana yang sudah bekerja maksimal, serta meraih berbagai prestasi dan penghargaan, belum tentu bisa memuaskan masyarakat. Masyarakat melihat atau berharap ada calon pemimpin yang bisa lebih baik lagi. Apalagi jika ternyata calon yang baru dianggap bisa memenuhi harapan masyarakat dengan janji perubahan untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Hal demikian menyebabkan prestasi petahana yang sudah sangat baik pun tidak dilihat atau tidak diapresiasi oleh masyarakat.
Salah satu cara agar petahana bisa terpilih kembali di periode kedua adalah bisa memberikan tingkat kepuasan yang tinggi di atas 60% kepada masyarakat di periode pertama. Jika kepuasan masyarakat di bawah 60%, maka mereka akan mencari pemimpin yang baru yang memberikan harapan baru dan perubahan yang lebih baik.
Kandidat yang sudah terlihat bakal menjadi pemimpin baru dari hasil pilkada 2020, akan dinantikan masyarakat kiprahnya dalam membangun daerah. Harapan baru yang ada di pikiran masyarakat harus bisa dipenuhi. Janji-janji yang sudah disampaikan dalam visi-misi dan program harus bisa direalisasikan ketika sudah memimpin.
Sebagai sebuah ajang kompetisi, dalam pilkada ada yang menang dan ada yang kalah. Yang menang harus mempersiapkan dirinya untuk menjalankan amanah yang berat untuk mensejahterakan rakyat. Yang kalah tidak perlu bersedih, karena ada hikmah atau sisi positif yang bisa diambil, di antaranya investasi politik. Yaitu nama mereka sudah ada di dalam sebagian pikiran masyarakat. Sehingga masih bisa mempersiapkan diri di ajang pilkada berikutnya, atau mungkin ajang pemilu. Sementara jika ada permasalahan dalam pilkada, maka bisa menempuh jalur hukum, termasuk membawanya ke Mahkamah Konstitusi.
“Biduak lalu, kiambang batauik”. Ini adalah ungkapan yang menjelaskan bahwa setelah pilkada usai dan KPU mensahkan pemenangnya, kita kembali kepada kehidupan biasa. Tidak ada lagi perseteruan antar pendukung dari kandidat yang ada sehingga menyebabkan perpecahan. Kita kembali ke kehidupan normal yang aman dan nyaman. Karena kita akan dipimpin oleh pemimpin baru di daerah kita masing-masing, yang akan membuktikan janjinya. Mari kita dukung agar janji-janji mereka tersebut bisa dilaksanakan. Sehingga harapan yang diinginkan bisa terwujud. ***
Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Harian Singgalang 15 Desember 2020