Selama masa pandemi, sekolah nonasrama ditutup untuk pembelajaran tatap muka guna mencegah penularan Covid-19. Sedangkan sekolah atau pendidikan berasrama sebagian tetap berjalan. Namun yang berjalan ternyata terjadi penularan Covid-19 di sekolah berasrama. Jumlah yang positif Covid-19 pun cukup banyak, sehingga menjadi klaster baru. Di antaranya adalah, 1.262 orang positif Covid-19 di Sekolah Calon Perwira TNI Angkatan Darat (Secapa AD) Bandung. Kemudian 300 orang positif Covid-19 di Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol) Sukabumi.
Selain itu, di pesantren yang juga sekolah berasrama juga terjadi penularan Covid-19 sehingga memunculkan klaster pesantren. Seperti yang terjadi di beberapa pesantren yang ada di Padang Panjang, Cilacap, Cianjur, Banyumas, dan Banyuwangi. Munculnya klaster pesantren turut membuat cemas para orang tua santri dan juga pemerintah setempat. Karena penyebarannya cukup cepat dan jumlah yang terkena cukup banyak.
Meskipun di sekolah berasrama seperti pesantren banyak diberitakan terjadi penularan Covid-19 dan memunculkan klaster baru, ternyata masih banyak sekolah berasrama yang tidak terkena Covid-19. Kunci utamanya adalah disiplin melaksanakan protokol kesehatan.
Ada beberapa pesantren yang kami ketahui proses pembelajaran tatap mukanya tetap berjalan baik dan tidak memunculkan klaster Covid-19. Caranya adalah dengan menjalankan protokol kesehatan secara ketat. Seperti melakukan seleksi atau penyaringan ketat (screening) orang yang mau masuk ke pesantren. Misalnya guru yang tinggal bersama keluarganya di luar pesantren. Setiap kali masuk pesantren guru tersebut harus mengikuti proses protokol kesehatan yang ketat. Demikian pula santri yang sebelumnya dari rumah mau masuk ke pesantren, harus mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Dan juga mereka yang sehari-hari bekerja dan beraktivitas di pesantren, harus mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Pesantren menerapkan karantina untuk santri dan guru serta pegawai yang baru masuk pesantren dan dilakukan tes swab. Setelah menjalani tes usap (swab) kemudian diketahui hasilnya negatif dan selesai masa karantina, baru bisa masuk ke asrama. Sehingga santri, guru dan orang yang di asrama adalah orang yang sehat dan negatif covid.
Selain itu, meski telah dikarantina dan dites swab hasilnya negatif, selama di asrama santri dan orang yang berada di asrama tetap memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Untuk menjaga santri tetap aman dari covid, maka orang tua untuk sementara waktu tidak bisa menemui anaknya secara fisik. Tapi masih bisa berkomunikasi secara daring melalui aplikasi zoom atau video call. Dengan melakukan hal seperti itu, maka proses pembelajaran di pesantren bisa terus berjalan dengan aman.
Harapan orang tua dan juga seluruh pemangku kepentingan, sekolah atau pendidikan berasrama tidak memunculkan klaster covid. Maka untuk tercipta hal demikian caranya adalah dengan disiplin melaksanakan protokol kesehatan.
Sekolah berasrama menjadi perhatian pemerintah karena dinilai sangat rentan terjadi penularan. Jika ada satu yang positif, maka yang lain akan cepat tertular. Jika ada yang positif tapi ternyata OTG (orang tanpa gejala), dan protokol kesehatan tidak diterapkan maka penularan akan berlangsung cepat tanpa diketahui. Tapi jika diterapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak, penularan bisa dicegah. Dan perlu ditambah dengan kontrol rutin dengan melakukan tes usap secara berkala.
Tidak semua sekolah berasrama yang mewajibkan santri atau siswa untuk tetap tinggal di asrama atau pesantren. Sebagian ditawarkan atau memilih untuk pembelajaran metode daring (online). Ini merupakan kebijakan yang baik sehingga di asrama atau pesantren tidak terjadi penumpukan yang menyebabkan kepadatan orang. Karena jika terjadi penumpukan, tidak bisa dilakukan tindakan menjaga jarak.
Semoga dengan adanya berbagai peristiwa penularan virus dan munculnya klaster, sekolah berasrama bisa semakin berbenah menghadapi Covid-19. Di antaranya adalah disiplin melaksanakan protokol kesehatan secara ketat. Karena ini merupakan keharusan agar kegiatan pembelajaran bisa terus berjalan. Selain itu juga mampu meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan pemangku kepentingan seperti Satgas Covid-19, Dinas Kesehatan, dan Dinas Pendidikan maupun instansi terkait lainnya.
Salah satu kelebihan sekolah berasrama adalah terbiasa menerapkan kedisiplinan. Maka dengan kedisiplinan yang dimiliki ini insya Allah mampu diterapkan dalam mematuhi protokol kesehatan. Sehingga ke depannya semakin sedikit sekolah berasrama yang tertular Covid-19 dan semakin banyak yang mampu berdisiplin menerapkan protokol kesehatan. ***
Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Harian Padang Ekspres 20 Januari 2021