«

»

Membangun Harapan di Tengah Pandemi

5 Mai 2021

Alhamdulillah, di tengah pandemi yang sudah melewati usia satu tahun kita masih diberikan nikmat dan kesempatan untuk menjalani kehidupan. Termasuk menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan yang mulia serta penuh keberkahan, rahmat dan ampunan. Pandemi yang masih terus berlangsung ini telah mengubah kehidupan kita dan masyarakat dunia secara drastis. Sehingga menyebabkan penurunan kualitas kehidupan karena adanya berbagai pembatasan dalam rangka menjaga kesehatan masyarakat secara umum. Berbagai kegiatan seperti mencari nafkah, belajar, dan ibadah harus mematuhi protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan virus.

Dalam kehidupan sosial, di antara kita mungkin sudah ada yang terkena covid. Baik tingkat ringan, sedang, maupun berat. Mungkin juga teman, keluarga atau saudara kita juga ada yang pernah terkena covid, bahkan meninggal karena covid. Covid menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Baik yang tidak mengakui adanya covid maupun yang menyadari adanya covid.

Di luar negeri, bahkan ada negara yang tadinya sudah turun jumlah yang terkena covid kemudian mengalami “tsunami covid” di mana terjadi lonjakan yang sangat besar dan berkali-kali lipat jumlah orang yang positif covid. Sehingga banyak yang meninggal akibat tidak tertangani oleh tim medis dan rumah sakit yang mengalami “over capacity”. Jika membandingkan kondisi tersebut dengan kondisi negara kita atau tempat tinggal kita, sudah sepatutnya kita banyak bersyukur dan bersabar karena di tempat kita hal tersebut tidak terjadi dan jangan sampai terjadi.

Allah Swt berfirman yang artinya, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 155)

Oleh karena itu, agar kita bisa tetap terus bisa menjalani kehidupan, baik dalam mencari nafkah, belajar, ibadah, dan lainnya harus mematuhi protokol kesehatan.  Yaitu dengan menerapkan 5M: 1. Mencuci tangan, 2. Memakai masker, 3. Menjaga jarak, 4. Mengurangi mobilitas (bepergian), dan 5. Menghindari kerumunan.

Di tengah menjalani ibadah puasa bulan Ramadan, selain menahan lapar dan haus serta amarah dan syahwat kita juga harus mematuhi protokol kesehatan. Berpuasa sambil mematuhi protokol kesehatan mungkin tidak menyenangkan. Tetapi itulah yang harus dilakukan agar bisa tetap bertahan hidup dalam menghadapi penyebaran virus. Melaksanakan 5M janganlah dianggap sebagai keterpaksaan, tetapi merupakan suatu kebutuhan agar bisa bertahan hidup.

Selain melakukan upaya maksimal, kita juga tetap mesti berdoa kepada Allah Swt agar pandemi bisa segera selesai dan kehidupan normal bisa dijalani kembali. Bulan Ramadan adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak doa-doa kita agar kita bisa kuat dan sabar menghadapi pandemi yang masih berlangsung serta memohon agar pandemi bisa segera selesai. Mungkin saja karena doa-doa yang kita panjatkan, hati dan pikiran terasa lapang dalam menjalani kehidupan di masa pandemi. Di mana di tempat lain banyak orang yang mengalami depresi dalam menghadapi pandemi. Anak-anak yang terpaksa harus belajar daring atau kombinasi PTM, dengan doa orang tuanya, ternyata bisa sukses mengikuti kegiatan pembelajaran dan sehat terhindar dari virus. Orang tua yang mengalami kesulitan mencari nafkah, dengan doa anak-anaknya diberikan kemudahan mendapatkan rezeki.

Bulan Ramadan adalah bulan untuk membangun harapan. Tanggal 9 Ramadan 1364 H, proklamasi kemerdekaan dibacakan oleh Sukarno-Hatta. UUD Negara Republik Indonesia 1945 yang disahkan pada bulan Ramadan dalam pembukaannya menyebutkan bahwa kemerdekaan adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Setelah proklamasi bangsa Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan seperti pertempuran heroik 10 November 1945 melawan sekutu, Agresi Belanda I 1947, pemberontakan PKI Madiun 1948, Agresi Belanda II 1948. Namun, proklamasi kemerdekaan tanggal 9 Ramadan 1364 H atau 17 Agustus 1945 telah membuka harapan baru dan semangat baru bagi bangsa Indonesia untuk menjalani kehidupan mereka ke depannya.

Pada 17 Ramadan tahun ke-2 Hijriyah di saat menjelang perang Badar Nabi Muhammad Saw berdoa kepada Allah Swt agar kaum muslimin diberikan kemenangan. Nabi menginginkan kemenangan karena jika kalah beliau khawatir Islam tidak bisa sampai kepada seluruh manusia. Allah Swt mengabulkan doa Nabi Saw dan Islam kini sudah sampai kepada diri kita.

Semoga demikian pula dengan pandemi yang kita hadapi saat ini. Mudah-mudahan doa-doa yang kita panjatkan selaku umat Islam dan bangsa Indonesia bisa menjadi pembuka jalan untuk menghadapi kehidupan yang lebih baik. Meskipun boleh jadi kita akan menghadapi berbagai tantangan dan cobaan yang belum kita ketahui. Akan tetapi dengan doa-doa kita, ibadah dan puasa kita, insya Allah kita diberikan kekuatan fisik, ketenangan pikiran, kesabaran dan kelapangan dalam menjalani kehidupan ke depannya.

Allah Swt tidak serta merta mengabulkan doa kita, tetapi juga melihat usaha kita. Semoga kita selain berdoa juga selalu berupaya mematuhi protokol kesehatan sehingga bisa mengurangi penyebaran virus Covid-19. Kita harus mengubah kondisi kita menjadi lebih baik dengan berupaya semaksimal mungkin. Baru Allah Swt akan berikan jalan keluar yang mungkin saja tidak pernah kita duga.

Allah berfirman dalam Alquran surat Ar-Ra’d ayat 11 yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. ***

Irwan Prayitno

Harian Padang Ekspres 5 Mei 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>