
Evaluasi Penanganan dan Bantuan bagi Korban Kebakaran Pasa Ateh Bukittinggi, di Gubernuran hari ini 2 November 2017.
Padang, Singgalang
Pemerintah akan membangun tempat relokasi pedagang korban kebakaran Pasa Ateh Bukittinggi. Pembangunan relokasi itu akan menggunakan dana himpunan dari berbagai BUMN, lembaga dan pemprov.
Pemerintah akan tetap menempatkan pedagang pada Jalan Perintis, berjarak sekitar 300 meter dari Pasar Ateh yang terbakar. Pembangunan lokasi penampungan diperkirakan membutuhkan anggaran mencapai Rp13 miliar. Kebutuhan anggaran untuk membangun lokasi penampungan pedagang diupayakan secara keroyokan melalui sumbangan dari berbagai pihak, mengingat tidak tersedianya anggaran dari pemerintah daerah.
Anggaran dimaksud tidak bisa dipenuhi melalui APBD Bukittinggi, yang hanya memiliki anggaran tidak tetap senilai Rp1,8 miliar. Dengan demikian, sangat diperlukan suntikan bantuan dari pihak lain. “Anggaran daerah tidak mungkin membiayai, karena memang tidak tersedia. Pembangunan lokasi penampungan pedagang dilakukan dengan keroyokan. BUMN/BUMD melalui CSR-nya, lalu Baznas, atau perantau bisa juga,†ungkap Gubernur Irwan Prayitno usai rapat koordinasi penanganan musibah kebakaran Pasar Ateh dengan Pemerintah Kota Bukittinggi di ruang rapat gubernuran, Padang, Kamis (2/ 11).
Irwan Prayitno menyebutkan, saat ini telah ada bantuan mengalir, yakni dari Baznas provinsi dan kabupaten/kota senilai Rp1 miliar, PT Semen Padang berencana membantu Rp500 juta, Bank Nagari Rp100 juta, dan pemerintah provinsi Rp250 juta.
Wali Kota Ramlan Nurmatias mengatakan, relokasi untuk pedagang Pasar Ateh harus cepat dilakukan, agar pedagang tidak terlalu lama menanggung kerugian. Pembangunan tempat penampungan telah disepakati di Jalan Perintis, karena di lokasi lain tidak memungkinkan.
“Ada yang ingin di kawasan Jam Gadang. Tapi itu tidak memungkinkan, karena justru menimbulkan kesemrawutan. Lahan yang cocok hanya di Jalan Perintis. Kami disitu nantinya juga akan bentuk terminal bayangan agar konsumen mudah kesitu. Ada fasilitas lain, seperti toilet, agar pengunjung nyaman,†paparnya.
Nurmatias sangat berharap bantuan dari berbagai pihak guna mempercepat realisasi lokasi penampungan. Jika dana untuk pembangunan relokasi terkumpul, maka pembangunan dilakukan secepatnya, diperkirakan membutuhkan waktu 5 bulan.
“Tidak hanya relokasi, agar mengairahkan kembali pedagang untuk kembali berjualan, perbankan telah menyediakan pinjaman lunak dengan bunga hanya enam persen,†tuturnya.
Sementara kontruksi bangunan relokasi direncanakan akan menggunakan tiang baja, atap baja ringan, pintu besi. Kemudian lantainya semen dan dinding menggunakan material GRC tebal 9. Dengan kontruksi seperti itu diharapam dagangan pedagang tetap aman.
Pasar Ateh sebagai sentra penjualan songket dan bordir terbesar di Sumatera Barat, terbakar pada Senin 30 Oktober 2017. Bangunan tiga lantai dimaksud terbakar, dengan kondisi, lantai III hangus 100 persen, lantai II 95 persen dan lantai I 50 persen. Total toko dan kios yang terbakar mencapai 1.190 unit.
Koperasi Akibat kebakaran, sekitar Rp2 miliar iuran koperasi akan menunggak dari tiga koperasi yang ada di Pasa Ateh. Karena usaha yang dibangun dengan sistem kosinyasi tidak dapat berjalan lagi.
Dari tiga koperasi yang ada, yakni KSP Lumbung Pusako, KSU Restu P2KL dan KSU Cahaya Hati. Anggotanya ada ratusan orang, pada umumnya memiliki konsinyasi dengan pelaku UMKM.
“Sekarang barang yang mereka tempatkan di Pasa Ateh tersebut sudah terbakar, apalagi modalnya habis. Ini sudah jelas menunggak,†sebut Kepala Dinas Koperasi Sumbar, Zirma Yusri.
Dinas Koperasi akan menghimpun dana social dari koperasi yang ada di Sumbar. Dengan dana itu dapat membantu anggota koperasi yang mengalami kerugian di Pasa Ateh.
Singgalang, 3 November 2017