Oleh Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Jakarta, Ibukota Repubik Indonesia, dikepung banjir. Nyaris seluruh wilayah kota tertutup genangan air. Aktivitas lumpuh, hiruk pikuk kota metropolitan itu terhenti sejenak. Arus transportasi terputus, kegiatan ekonomi mandeg, ribuan rumah terendam, puluhan ribu kendaraan tenggelam atau mengambang di air seperti mobil-mobilan yang hanyut di sungai.
Kerugian tercatat Rp20 triliun. Klaim asuransi kendaraan saja mencapai Rp3 triliun. Tak cuma harta, banjir juga menelan 20 korban jiwa. Ini merupakan banjir terbesar sepanjang sejarah kota Jakarta. Apakah kejadian tersebut hanya sampai di situ atau akan terulang lagi? Dalam rentang waktu yang cukup panjang atau dalam waktu dekat? Wallahualam. Namun peristiwa ini cukup mengkuatirkan, sehingga wacana untuk memindahkan ibukota negara mencuat ke permukaan.
Ancaman bahwa sejumlah kota-kota di dunia yang terletak di pinggir pantai akan tenggelam telah lama diprediksi. Peristiwa ini terjadi akibat pemanasan global dan kenaikan suhu bumi. Kenaikan suhu bumi menyebabkan sebagian es di Kutub Utara dan Selatan mencair, hal ini menyebabkan naiknya permukaan air laut. Kenaikan permukaan air laut ini menyebabkan kota-kota yang terletak berdekatan dengan pantai, terutama yang hanya memiliki ketinggian yang tak terlalu berbeda jauh dengan permukaan air laut. Permukaan laut berangsur-angsur naik ke daratan, hal ini bisa terlihat dengan makin dekatnya bibir pantai dengan daratan.
Di Jakarta kondisi ini makin diperparah dengan tingginya curah hujan dan masih ditambah lagi dengan kiriman air dari daerah Bogor dan sekitarnya. Akibatnya Jakarta dikepung air dari berbagai penjuru dan terjadilah banjir yang luar biasa tersebut.
Kenapa terjadi pemanasan bumi yang menyebabkan naiknya perimukaan air laut? Peristiwa ini berawal dari rusaknya lapisan ozon yang terdapat di lapisan atmosfir bumi. Secara alamiah ozon berfungsi melindungi bumi dari sinar ultraviolet yang berlebihan. Ozon berfungsi sebagai filter. Tuhan Maha Pencipta, tanpa ozon tak kan ada makhluk hidup yang mampu bertahan hidup di bumi. Bumi akan berubah menjadi kering kerontang.
Namun akibat sejumlah gas pencemar (polutan) yang dihasilkan akibat aktivitas manusia, lapisan ozon menjadi terganggu. Diantara gas pencemar tersebut adalah karbon monoksika (CO) yang dihasilkan oleh pembakaran kendaraan bermotor, mesin di pabrik-pabrik dan sejumlah gas lainnya seperti chlor flouro carbon (CFC). Gas polutan ini akan bersenyawa dengan ozon membentuk senyawa lain, sehingga lapisan ozon yang sebelumnya berfungsi melindungi bumi tidak lagi berfungsi seperti semula. Menurut penelitian para ahli, telah terdapat lubang besar pada lapisan ozon di atmosfir bumi, makin lama makin besar. Hal inilah yang menjadi penyebab utama pemanasan bumi.
Gas, partikel-partikel halus yang mengambang di udara serta zat-zat polutan lainnya yang bertumpuk di lapisan atmosfir, selain merusak ozon, juga menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Kumpulan polutan ini juga menumpuk di atmosfir, membentuk lapisan tersendiri. Efeknya mirip seperti kita berada dalam rumah kaca atau dalam mobil yang semua kaca jendelanya ditutup lalu dijemur di terik matahari. Cahaya matahari masuk ke dalam rumah kaca/mobil, panas matahari terkurung di sana, tidak bisa keluar. Akibatnya suhu dalam rumah kaca tersebut naik secara berlebihan. Inilah yang disebut dengan istilah “efek rumah kaca,†proses pemanasan bumi juga terjadi seperti itu. Semua peristiwa inilah yang pada akhirnya menyebabkan perubahan iklim (climate change).
Perbedaan suhu dan perbedaan tekanan udara menimbulkan pergerakan udara (angin). Atmosfir bumi memiliki perbedaan suhu yang cukup tinggi, yaitu antara daerah kutub dan daerah khatulistiwa. Dalam keadaan normal mekanisme pergerakan udara tersebut memiliki pola-pola tertentu dan rutin terjadi sepanjang tahun. Pola rutin inilah yang menyebabkan kita tahu kapan terjadi musim panas, musim hujan, musim salju dan seterusnya.
Namun akibat pemanasan global, mekanisme alamiah tadi tak lagi seperti semula, menjadi kacau. Arus angin tak lagi mengikuti pola semula. Akibat terjadi pola pemanasan bumi dan atmosfir yang kacau balau, arus angin juga menjadi kacau dan pola iklim juga menjadi berubah sehingga tak bisa lagi diramalkan. Musim hujan berganti dengan musim kemarau, daerah yang biasanya sering hujan berubah kering, atau terjadi musim yang ekstrim.
Kemarau menjadi sangat panjang atau sebaliknya hujan terjadi secara luar biasa. Untuk kasus Jakarta, seperti juga kota-kota lain di Indonesia, tidak hanya perubahan iklim yang menyebabkan bencana. Kerusakan hutan juga menyebabkan air tidak diserap ke dalam tanah, tapi menggenangi kota.
Sistem drainase yang tidak seimbang lagi menyebabkan air tidak tersalurkan dengan cepat ke sungai dan akhirnya ke laut. Ditambah lagi dengan kebiasan masyarakat membuang sampah ke sungai yang menyebabkan sungai tersumbat. Jika permukaan laut terus meninggi, nyaris sama tinggi dengan daratan, kemana lagi air tersebut akan dibuang?
Kejadian di Jakarta merupakan peringatan dan pelajaran yang sangat mahal bagi kita. Dengan demikian bisa disimpulkan, semua bencana dan kerusakan di muka bumi adalah akibat ulah dan perbuatan manusia. Seperti firman Allah QS 4: 79, Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (*)
Singgalang 25 Januari 2013