Padang, (Antara) Tanpa ada hambatan bagi Gubernur Irwan Prayitno untuk melihat kondisi riil masyarakat di daerah-daerah terpencil, tak bisa melalui jalur darat, menyisir sungai naik perahu pun dilakukan.
“Pemimpin Masuk kampung, kalua kampung” pantas juga julukan ini diberikan kepada IP.
Selama lima tahun IP menjadi gubernur Sumbar dihadapkan pada wilayah yang secara geografis dan topografis cukup beragam. Bahkan masih ada perkampungan yang tak ditempuh kendaraan roda empat atau harus menggunakan transportasi khusus dengan menyisir aliran sungai baru sampai ke perkampungan tersebut.
Bagi IP terlihat enjoy-enjoy saja menjalankan, banyak fakta yang sulit dipungkiri. Salah satunya lihat saja ketika IP kunjungan kerja ke daerah terisolir perbatasan Pasaman-Limapuluh Kota.
IP bersama rombongan bertolak menuju Nagari Silayang Kecamatan Mapat Tunggul Selatan, Kabupaten
Pasaman pada 8 Juli 2013. Perjalanan menuju perkampungan Silayang, bukan waktu yang singkat dan
melintasi jalan mulus.
Jalan yang ditempuh banyak ditemukan dalam kondisi rusak, roda dua pun sulit menempuhnya. Perjalanan yang cukup menyita waktu dan menguras tenaga itu, tak menyurutkan semangat IP melayani aspirasi yang disampaikan warga saat dialog.
Banyak hal yang dibincangkan dalam dialog sang pemimpin dengan masyarakat, mulai dari perbaikan infrastruktur, perbaikan tingkat produksi pertanian dan perkebunan serta sektor kesehatan.
Setelah dialog, perjalanan dilanjutkan menuju Galugua di wilayah Kabupaten Limapuluh Kota. Karena energi positif yang dimiliki IP membuat ia terlihat tanpa beban menaiki perahu warga yang selama ini jadi transportasi ke daerah tetangga tersebut.
Perahu yang dikemudikan seorang warga itu mulai menyisir aliran sungai Lolo. Jarak yang ditempuh dengan transportasi perahu dayung itu, bukan pula waktu yang singkat dan dekat. Setidaknya menghabiskan waktu satu jam perjalanan melintasi riak-riak air di sungai Lolo.
Ada pula pada beberapa titik aliran sungai yang riaknya cukup deras karena ada bebatuan besar pada pinggiran dan sebagian dalam aliran sungai. IP tetap tersenyum dengan duduk di tengah perahu terbuat dari papan itu.
Ia hanya didampingi beberapa staf di satu perahu sembari menikmati perjalan menuju hulu sungai. Ungkap IP waktu itu “Saya ingin merasakan apa yang dialami masyarakat selama ini akses transportasi melalui sungai dengan mesin tempel”.
Mantan aktivis itu menambahkan “Kalau kita ingin tahu permasalahan masyarakat, ya…harus mendatangi mereka. Lihat kondisi riilnya. Hal ini menjadi tekad saya dalam menjalankan amanah sebagai seorang kepala daerah.
Setelah sampai di tepian persinggahan, tak terlihat pula wajah lelah dari sang pemimpin itu. Malah menanyakan ke ajudannya, setelah disini jadwal kemana?. Ternyata setelah blusukan ke perkampungan plosok itu, masih ada beberapa agenda kunjungan yang sudah terjadwalkan dan harus dipenuhinya.
Tidak terdengar pula kata atau ucapan yang keluar dari mulut IP “batalkan saja”, malahan sebaliknya kondisikan kita menuju lokasi kegiatan tersebut. Sembari saat itu menegaskan ke ajudannya “pejabat yang sudah letih, bilang saja sama mereka, ndak apa-apa pulang duluan”.
Sikap atau tindakan yang diperlihatkan IP menunjukan kearifan dan bijaksananya dalam memahami keadaan para aparaturnya. IP seorang psikolog, tentu cepat mengenal kejiwaan seseorang.
Sebenarnya kalau ingin mengharuskan semua rombongan ikut ke lokasi kegiatan yang sudah terjadwal sesudah dari pelosok, tentulah ia bisa-bisa saja, karena seorang gubernur. Jelas tak akan ada yang benari membantah.
Namun, kenyataan hal-hal yang bersifat menekan ke bawahan itu tak terlihat pada IP. Sebagian rombongan karena sudah dapat sinyal itu, ada juga yang memanfaatkan titah bijak sang pemimpin. Mereka tidak ikut agenda berikutnya.
Memilih pulang duluan, mungkin memang kondisinya sudah lelah dan letih. Sang pejabat yang pulang duluan tersebut, keesokannya tak pula dipanggil atau ditegur. Membuktikan ungkapan yang keluar dari mulut mantan anggota DPR RI itu benar-benar tulus. Lagi-lagi IP pun bukan sosok pemimpin yang pemarah.
Kini IP berpasangan dengan NA maju sebagai calon Gubernur/Wakil Gubernur periode 2016-2021 ingin
mewujudkan impian masyarakat Sumbar yang sejahtera di masa mendatang.
Sekian banyak perkampungan pelosok yang dikunjunginya, tentu belum semuanya dapat dituntaskan kegiatan pembangunan dalam waktu lima tahun.
Apalagi di awal kepemimpinannya dihadapkan musibah, berkat kerja keras dan kuatnya jaringan sebagai mantan anggota parlemen tiga periode, sehingga rumah masyarakat yang terkena dampak bencana gempa bumi tuntas dibangun, gedung-gedung pemerintahan berdiri mega lagi dan sejumlah mega proyek sudah diletakan pondasi di akhir masa jabatannya.***
antarasumbar.com, 14 Agustus 2015