«

»

Karakter yang Merakyat

20 Agustus 2015

Selama menjadi Gubernur Sumbar, penampilan Irwan Prayitno terlihat tidak mencolok layaknya seorang pejabat penting. Tampil apa adanya, dengan ciri khas baju kemeja lengan pendek dan celana dasar. Sangat jarang memakai jas, kemeja lengan panjang dan dasi. Kini, Irwan Prayitno tidak lagi menjadi gubernur. Penampilannya tetap sama. Menggambarkan kepribadiannya yang sederhana dan merakyat.

SWARI ARFAN—Padang

Empat hari setelah tidak lagi menjabat sebagai Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno benar-benar menikmati hidup seperti orang biasa. Rabu (19/8) siang Irwan Prayitno terlihat santai di Komplek GOR H Agus Salim Padang. Seperti biasanya, hari itu, Irwan Prayitno tampil dengan ciri khas baju kemeja lengan pendek berwarna putih dan celana dasar.

Dirinya hendak berencana pergi ke KPU Sumbar, untuk memenuhi undangan menghadiri kegiatan sosialisasi tahapan Pilkada Sumbar. Sebelum berangkat, pria berkacamata itu menyempatkan makan siang di sebuah restoran di Komplek GOR H Agus Salim.

Mantan Gubernur Sumbar itu bertahan dengan kebiasaan lamanya, makan dengan menggunakan tangan kanan. Sendok dan garpu yang disediakan karyawan restoran di atas mejanya tidak disentuh. Irwan Prayitno terlihat makan cukup lahap siang itu. Menu sambal gulai sapadeh daging, dadar dan ikan balado dengan sup sayur toge di-santuang-nya, hingga tidak bersisa.

Pria tamatan S3 di Universiti Putra Malaysia (UPM) itu makan ditemani teman akrabnya Suwirman, Rinaldi dan Datuak. Sambil makan mereka bercerita tentang kenangan keakraban yang terjalin selama ini. “Masih ingat tidak Pak Suwirman. Kita saat di Jakarta, pergi ke Jalan Rawamangun. Makan di warteg. Setiap ke Jakarta, kita sering makan di sana. Padahal wartegnya di pinggir jalan, di belakang warteg ada drainase dan ada bak sampah di sampingnya,” ungkap Irwan Prayitno, kepada Suwirman.

“Iya pak. Kita sering juga ya makan di sana. Kenapa ya kita suka makan di sana?. Waktu sudah jadi gubernur, Pak Irwan masih juga sempat makan di warteg itu,” ungkap Suwirman lagi.

“Ya karena waktu kuliah dulu saya sering mampir di warteg itu makan. Teringat masa kuliah saja,” jawab Alumni Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) itu sambil tertawa.

Suwirman juga mengingatkan kembali memori Irwan Prayitno. Tidak hanya di warteg Rawamangun itu saja. Menurut Suwirman, bersama Irwan Prayitno juga sering makan di kedai nasi di bawah jembatan di Jalan Kramat Raya Jakarta, dan di dalam Pasar Benhil.

Tidak dipungkiri, salah satu kebiasaan seorang Irwan Prayitno suka makan di pinggir jalan. Tidak peduli, di kedai makanan manapun. Kebiasaan Pendiri Yayasan Pendidikan Adzkia itu, berlanjut hingga menjadi Gubernur Sumbar. Di Padang, Irwan Prayitno sering makan dan nongkrong di kedai makanan di Jalan Simpang Damar dan kedai-kedai makanan lainnya. Boleh dikatakan hampir seluruh kedai makanan di Kota Padang ini hampir dikunjunginya.

Selain di Padang, kebiasaan suami Nevi Zuairina itu, makan di kedai di pinggir jalan juga berlanjut saat berkunjung ke daerah, melaksanakan berbagai kegiatan dan program pemerintah. “Ya kalau lapar dan waktunya makan datang tidak bisa ditahan-tahan lagi. Di mana ada kedai nasi di pinggir jalan, ya mobil saya berhenti. Langsung singgah dan makan,” terang Irwan Prayitno.

Rinaldi yang selalu setia menemani berbagai kegiatan Irwan Prayitno saat menjadi gubernur mengungkapkan, cukup banyak pemilik kedai makanan yang disinggahi terkaget-kaget, saat Irwan Prayitno datang. “Saking tidak percayanya mereka, menanyakan, Bapak yang Gubernur itu ya? Tidak jarang juga banyak yang bersalaman, minta photo bareng,” ungkap Rinaldi.

Irwan Prayitno dengan kerendahan hatinya bersedia melayani mereka yang ingin bersalaman dan berphoto bareng. Selain kebiasaan singgah di kedai makanan di pinggir jalan. Kebiasaan Irwan Prayitno lainnya, baik sebelum dan saat menjabat sebagai Gubernur Sumbar, sering tidur di mesjid. Tidak sekedar tidur. Irwan Prayitno sering menghabiskan waktunya menunaikan iftikaf di mesjid.

Di Padang, Irwan Prayitno sering tidur di mesjid di rumah dinasnya. Bersama istri dan anaknya, melaksanakan itikaf setahun sekali waktu bulan ramadhan di mesjid itu. Selain itu, Irwan Prayitno juga sering menhabiskan malam mesjid yang berada di Taratak Paneh.

Kebiasaan Irwan Prayitno ini terus berlanjut saat dirinya melaksanakan tugas berkunjung ke daerah-daerah. Irwan Prayitno kadang lebih memilih menginap di mesjid kalau kemalaman. Dirinya pernah nginap di mesjid yang berada di Aur Birugo Bukittinggi, mesjid yang berada di Solok dan lainnya. “Ya, kalau kemalaman, tanggung rasanya nginap di hotel. Habis-habisin uang rakyat saja. Mending tidur di mesjid. Ya, saya ajak saja rombongan tidur di mesjid,” terang Irwan Prayitno.

Suwirman mengungkapkan, dirinya minimal sekali setahun sering diajak Irwan Prayitno iftikaf di mesjid. Karena sudah rutin, akhirnya jadi kebiasaan. “Kalau sudah kemalaman ikut rombongan gubernur. Kita sudah tahu rutenya. Pasti ke mesjid,” terang Suwirman.

Irwan Prayitno mengakui, kebiasaan yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari memang sudah menjadi karakter dan kepribadiannya yang tidak bisa dirubah. “Ya, bagaimana lagi. Sudah terbiasa seperti ini,” jawabnya singkat mengakhiri pembicaraan siang itu. (*)

Posmetro Padang, 20 Agustus 2015