«

»

IP Beristri Tangguh

13 Agustus 2015

Pepatah menyatakan “di belakang pria hebat terdapat wanita tangguh”. Maknanya adalah sukses yang diraih seorang suami tidak terlepas dari dukungan dan peran dari seorang istri. Begitu pula kiranya pada kehidupan sukses Prof Dr H Irwan Prayitno SPsi MSc. Keberhasilannya di dunia politik, akademik, bisnis dan keluarga tidak terlepas dari supporting penuh sang istri, Hj Nevi Zuairina.

Dari masa kuliah di Universitas Indonesia, Irwan Prayitno (IP) terbilang sangat sibuk. Waktunya tidak saja tersita oleh jadwal kuliah tetapi juga untuk dakwah, organisasi dan untuk menafkahi keluarga. Dibanding orang kebanyakan, IP dan Nevi membangun mahligai rumah tangga dalam usia muda. Mereka menikah di tahun 1985, IP berusia 22 tahun, sedangkan Nevi 20 tahun.

IP-Nevi pun banyak mendapatkan nikmat berupa titipan keturunan, yakni 10 anak. Putra dan putri mereka, yakini; Jundy Fadhlillah (L), Wafiatul Ahdi (P), Dhiya’u Syahidah (P), Anwar Jundy (L), Atika (P), Ibrahim (L), Shohwatul Ishlah (P), Farhana Irwan (P), Laili Tanzila (P), Taqiya Mafaza (P). Tentu bukan pekerjaan mudah bagi seorang suami dan istri bisa mendidik anak 10 orang dengan baik. Apalagi di tengah kesibukan IP yang luar biasa. Di sanalah kehebatan dan ketangguhan Nevi Zuairina, alumnus Jurusan Kimia FMIPA Universitas Indonesia.

Kesibukan IP selain mengurus dan bertanggung jawab atas keluarga dapat dibayangkan. Dia mesti menjalani kuliah S1 di Jurusan Psikologi UI, berdakwah, berorganisasi dan bekerja. Berikutnya ketika selesai kuliah tahun 1987, IP kembali ke Padang dan mendirikan Lembaga Pendidikan Adzkia. Pada tahun 1995 dia melanjutkan studi S2 dan S3 ke Universitas Putra Malaysia (UPM) dan memboyong istri dan lima anaknya. Saat itu kesibukannya makin tinggi. Kuliah, berdakwah, berorganisasi, berpartai politik, kegiatan sosial, mencari nahkah dan mengurus keluarga, semua sejalan. Ketangguhan dan kehebatan sang istri, Nevi semakin teruji.

Setelah menyelesaikan S3 di Malaysia di tahun 1999, IP terpilih menjadi anggota DPR dari Dapil Tanah Datar, Sumatera Barat dari Partai Keadilan (PK-saat ini bernama PKS). IP tiga periode menerima amanah sebagai anggota DPR RI (1999-2004, 2004-2009 dan 2009-2010). Selanjutnya menjadi Gubernur Sumatera Barat (2010-2015). Kendati sangat sibuk dengan agenda kegiatan sebagai Gubernur Sumbar, pengurus partai politik, penghulu atau datuak Suku Tanjung di Nagari Puah IX, pengurus cabang olahraga karate dan seabrek aktifitas lainnya, namun perhatian IP atas anaknya tetap terjaga.

IP yang bergelar Datuk Rajo Bandaro Basa (dilewakan 13 Februari 2005), memiliki komitmen yang tinggi dengan istrinya untuk tidak menyia-nyiakan pendidikan dan masa depan putra-putrinya.

“Memang dari dulu saya sudah pesan kepada Bapak agar jangan jauh dari anak-anak. walaupun sibuk. (Jangan) nanti menyesal di kemudian hari karena anak-anak adalah harta tak ternilai harganya. Kalau kita bertemu orang kan yang ditanya anaknya berapa, sekolah di mana, kerja di mana dan lain-lain,” kata Nevi, kepada Haluan Selasa (11/8).

Menurut Nevi, orang-orang tidak bertanya berapa mobil yang dipunya keluarga IP-Nevi atau berapa mereka punya rumah. “Jadi kami memiliki visi dan misi yang sama dalam membangun rumah tangga kami. Sehingga kami berjalan seiring tidak ada saling lawan arah,” ujar Nevi.

Nevi juga mengakui, bahwa punya banyak anak, menjadi sebuah tantangan besar. Sepuluh orang anak yang dilahirkan, ia anggap sebagai anugerah sekaligus tantangan dunia-akhirat. “Ini rezeki buat kami, punya anak sepuluh. Kita harus menjalankan amanah ini dengan baik karena jumlah itu sudah ada di depan mata kita,” ujar Nevi, sebagaimana yang dikutip dari Republika.

Di tengah kesibukan suami yang menjadi orang nomor satu di Sumatra Barat, juga kesibukannya sebagai ibu pejabat, ia tak ingin kehilangan peran dalam mendidik anak. Ia ingin anak-anaknya mendapatkan pendidikan langsung darinya. Sesibuk apa pun dia dan suami berkarier di ruang publik, mereka adalah orang tua yang juga punya amanah mendidik dan membesarkan anak-anak mereka.

“Saya terus terang saja kepada Pak Gubernur, kebetulan beliau seorang psikolog. Saya bilang, dalam mendidik anak ini saya tidak mau sendiri. Karena jumlah anak ini banyak, tentu saya tak bisa sendiri,” paparnya.

Ia ingin ada kerja sama yang solid antara dia dan suami dalam mendidik anak. Apalagi pada zaman globalisasi saat ini yang membuat kenakalan remaja semakin meningkat. “Ketika masih kecil-kecil mungkin masih gampang. Tetapi ketika mereka sudah kuliah, kita mulai khawatir. Zaman sekarang dengan teknologi informasi, pergaulan muda-mudi, dan perkembangan zaman yang cepat sekali, ini tentu membuat kita khawatir,” ujarnya.

Kehadiran orang tua yang ber peran mendampingi anak- anaknya sangat penting. Ia meng aku, tanpa peran suami, ia tak akan mungkin me nangani pendidikan anak seorang diri. “Saya ingin, saya dan suami bersama-sama merawat anak. Misalkan, bapak juga ikut menyuapi anak-anak makan. Pekerjaan seperti itu, kalau dalam agama kita kan dinilai ibadah,” kisahnya.

Nevi dan suaminya mengaku, dalam mendidik anak banyak terinspirasi dari model keluarga Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sebagai seorang Nabi yang punya tanggung jawab kepada umatnya, Beliau SAW tak lantas mengabaikan pendidikan anak dalam keluarga. “Dalam hadis kan disebutkan, seorang bapak yang punya anak perempuan tiga orang saja, kemudian mendidiknya dengan baik sehingga salehah. Maka itu, semua menjadi penghalangnya dari neraka,” paparnya.

Nevi yang lahir di Jakarta, 20 Desember 1965, juga punya seabrek organisasi yang tentunya menuntut dia pandai-pandai membagi waktu. Jabatan Nevi antara lain; Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Sumbar, Ketua Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial Provinsi Sumbar, Ketua Dekranasda Provinsi Sumbar, Ketua Forum PAUD Provinsi Sumbar, Ketua P2TP2A Provinsi Sumbar, Ketua FORIKAN Provinsi Sumbar, Ketua Forum Silaturahmi Majelis Ta’lim Provinsi Sumbar, Ketua Yayasan Kanker Indonesia Cabang Provinsi Sumbar, Ketua Persatuan Istri Pemprov dan Muspida Provinsi Sumbar. (h/erz/dbsb)

Haluan, 13 Agustus 2015