«

»

Atraksi BNPB Menenteramkam

30 Juni 2012

Ribuan warga menyaksikan dengan penuh semangat atraksi petugas memadamkan api, menurunkan personel dari helikopter dan menyelamatkan korban dari reruntuhan beton di RTH Imam Bonjol, Padang, Jumat (29/6) siang.

Helikopter baru berwarna putih dengan merek mencolok BNB, melayang rendah di atas Padang. Pesawat itu membawa air dengan kantong besar yang digantung. Sementara ribuan warga yang menyaksikan atraksi itu, berdecak kagum. Di sisi lapangan, ratusan petugas BNPB, Polri, TNI, PMI, Basarnas berbaris rapi. Ratusan mobil berwarna oranye khas BNPB, diparkir sekeliling lapangan.

“Ko baru mantap mah, acok-acok selah,” kata Yanuar, seorang warga yang khusus datang menyaksikan atraksi itu.

Helikopter BNPB bekerja memadamkan api yang sengaja dinyalakan dengan ban bekas di tengah-tengah lapangan. Pesawat itu diperkirakan mampu membawa 400 liter air sekali angkut. Evakuasi terhadap korban yang terkena kobaran api pun selesai dalam 10 menit.

Sedang heli Basarnas dipakai untuk menurunkan personel. Latihan dan atraksi itu berlangsung sekitar satu setengah jam.

Demontrasi penggunaan alat yang mampu mendeteksi korban saat terjadi gempa dan juga alat untuk membantu evakuasi korban yang tertimpa reruntuhan saat gempa, juga menyita perhatian warga.

Aksi dua helikopter tersebut mampu menyita perhatian ratusan orang yang hadir termasuk Gubernur Irwan Prayitno. Demonstrasi tersebut juga mampu menumbuhkan kerjasama yang apik antar sesama badan yang bergerak dalam kebencanaan.

Memberi rasa aman
Latihan dan atraksi itu, merupakan upaya memberi rasa aman pada warga.
“Kalau satpam sering latihan di rumah kita, apa kita tidak merasa aman,” tanya Kepala BNPB Syamsul Maarif saat apel gabungan di RTH Imam Bonjol Jumat, (29/6).

Agenda apel gabungan dan rapat koordinasi adalah hal biasa. “Ini hanya agenda biasa yang kita lakukan tiap tahun,”sebutnya.

“Ketika setiap kita naik pesawat, pramugari selalu memperingatkan untuk mengenakan sabuk pengaman, apakah peringatan itu mengisyaratkan pesawat akan jatuh, tidak. Kira-kira seperti itu pulalah tujuan surat yang dikeluarkan Gubernur Sumbar, jika surat itu jadi masalah juga oleh sementara kalangan, “ timpal Deputi Logistik BNPB, Doddy Ruswandi terpisah.

“Sumbar merupakan daerah siaga bencana, makanya setiap personil yang bergerak di bidang kebencanaan harus cakap dan siap tempur. Dengan demontrasi ini maka kita dapat mengukur kemampuan personel yang ada,” ujar Syamsul Maarif.

Gubernur Irwan Prayitno menyebut demontrasi ini memang sengaja dipersiapkan untuk tanggap darurat. Personil-personil yang ada harus mampu memberikan kemampuan terbaik mereka dalam melakukan evakuasi ketika terjadi bencana.

Politik lokal
Banyak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang masuk dalam pusaran politik lokal. Karena perpecahan kepala daerah dan wakil kepala daerah kinerja BPBD tidak berjalan. Ada juga bantuan yang harusnya sudah sampai pada masyarakat, akhirnya tidak berjalan karena dilarang Sekdanya.
“Banyak juga BPBD yang dikaitkan dengan politik lokal, saya sangat tidak setuju dengan itu. BPBD itu harus menjadi misi kemanusiaan, jangan dijadikan komoditas politik,” harap Syamsul Maarif saat membuka Rapat Koordinasi seluruh kepala BPBD se Indonesia pada pagi harinya.

Diakuinya, di beberapa tempat ada BPBD dijadikan sebagai tempat orang buangan. Persepsi itu juga muncul akibat politik lokal. Bahkan, ada juga BPBD yang dibentuk hanya dengan mengharapkan uang dari pusat, sementara SDM-nya belum siap. Sehingga kepala BPBD-nya tidak ada yang tahu tupoksinya.

“Ada juga yang dibentuk hanya untuk ambil dana dari kita,”ungkapnya.
Meski begitu, banyak juga anggota BPBD yang mendapat pujian. Bahkan dari 80 persen BPBD yang ada di Indonesia, sudah memiliki orang-orang yang dapat diandalkan dan berkualitas.
“Kepada seluruh anggota BPBD diharapkan agar mampu menghilangkan persepsi tersebut dengan memberikan kinerja terbaik,” papar Syamsul Maarif.
Pada kesempatan itu, Syamsul Maarif juga menyinggung serapan anggaran seluruh BPBD. Sudah menjadi tradisi dari kementerian dan lembaga melaksanakan rakor untuk menyusun perencanaan pelaksanaan APBN.
Kata Syamsul selama ini penyerapan anggaran terhadap penanganan penanggulangan bencana sangat timpang. Penyerapan anggaran hanya tercapai di semua daerah antara 3-50 persen. Dana siap pakai penyerapannya sangat tinggi, namun penyerapan dana rehab rekon sangat rendah, begitu juga di Sumbar, khususnya Mentawai.
“Inilah yang akan kita evaluasi bersama,” tutupnya. (YOSE)

Singgalang 30 Juni 2012