«

»

Serapan Anggaran Penanggulangan Bencana Rendah

30 Juni 2012

PADANG, HALUAN — Penyerapan anggaran pe­nanggulangan bencana dinilai masih sangat timpang. Penyerapan dana siap pakai sangat tinggi. Namun penyerapan dana rehabilitasi dan rekonstruksi justru sangat rendah. Demikian juga halnya di Sumbar, khususnya di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Masalah ketimpangan penyerapan anggaran tersebut dikemukakan Kepala BNPB Syamsul Maarif, saat memimpin Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BNPB,  Jumat (29/6) pagi, di Padang. Agenda utamanya, membahas percepatan penang­gulangan bencana dan proses penyerapan dana rehabilitasi dan rekonstruksi serta penguatan aspek manajerial pengawasan dan pengendalian penang­gulangan bencana.

Diungkapkan, serapan anggaran untuk semua daerah hanya sekitar 30 sampai 50 persen. Penyebabnya antara lain karena dinamika politik lokal, keinginan masyarakat yang berbeda-beda, dan persoalan lainnya.

“Misalnya di Mentawai, dana untuk rehab rekon sudah tersedia. Namun kemauan masyarakat berbeda. Sebagian ingin memakai pola pokmas sedangkan sebagian lain ingin kontraktual. Alham­dulillah, sekarang sudah disepakati kontraktual, sehingga diharapkan ke depan penyerapan anggaran menjadi lebih maksimal,” urai purnawirawan mayor jenderal  ini di hadapan peserta Rakernas BPBD se-Indonesia.

Syamsul Maarif berharap, seluruh elemen yang terlibat dalam penanganan bencana agar kembali pada filosofi adat yang diwariskan nenek moyang yang mempunyai nilai tinggi. Jangan pernah sekali pun memikirkan keuntungan dan kepentingan pribadi.

Ditambahkan, penanganan ben­cana itu dapat dilihat dari dua sisi mata uang. Di satu sisi mem­per­kuat rasa solidaritas dan me­nguji solidaritas itu. Namun, di sisi lainnya juga mengoyak solidari­tas, sehingga menimbulkan saling tuding dan saling curiga di tengah masya­rakat.

Karena itu,  seluruh Kepala BPBD wajib memberikan laporan pertanggungjawaban setelah mene­rima bantuan penanggulangan bencana. Bagi Kepala BPBD yang tidak tahu berterimakasih, akan direkomendasikan kepada gubernur untuk diganti.

“Ketika ada bencana, mereka cepat meminta bantuan pendanaan. Tetapi kita juga harapkan laporan­nya juga cepat disampaikan dan terukur. Artinya, seluruh aparatur BNPB, selain sigap menangani bencana juga harus sigap dalam mengelola keuangan. Bagai­mana­pun juga yang digu­nakan itu adalah uang negara yang harus dipertang­gungjawabkan, walau pun hanya satu bungkus mie instant,” tegasnya.

BPBD Harus Berbenah

Selain itu, BPBD di masing-masing daerah di Indonesia harus berbenah diri. Pasalnya, banyak anggapan yang menyebutkan bahwa BPBD itu sebagai tempat orang buangan.

Syamsul Maarif tidak memban­tahnya. Namun menurutnya, hal ini memang pernah terjadi pada awal-awal berdirinya BPBD. Bah­kan banyak kalangan menilai, bahwa orang-orang yang ada di dalamnya, tidak becus dalam mengurusi kebencanaan.

Kini sedikit demi sedikit sudah ba­nyak perbaikan. Pujian mulai me­ngalir untuk anggota BPBD. Sekitar 80 persen anggotanya dapat dian­dalkan dan berkualitas. Tetapi itu be­lum cukup, kinerja harus terus di­ting­katkan hingga menjadi yang terbaik.

Sementara itu, Gubernur Sum­bar Irwan Prayitno mengatakan, sebagai daerah rawan yang disebut etalase bencana, tentu Sumbar membu­tuhkan banyak dana untuk mitigasi bencana. Karena itu diharapkan provinsi lain jangan cemburu, jika bantuan BNPB banyak masuk ke Sumbar baik untuk penanggulangan bencana maupun rehab rekon.

“Untuk semua itu, atas nama masyarakat Sumatera Barat, kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kepedulian yang diberi­kan pemerintah pusat melalui BNPB. Ke depan, kami masih berharap lebih banyak lagi, karena ge­dung perkantoran belum semua­n­ya da­pat dibangun baik di provinsi ma­u­pun di kabupaten/kota,” ucap Irwan.

Apel Siaga Bencana

Jumat petang, BNPB menggelar Gladi Lapang Apel Siaga Penang­gulangan Bencana, di Lapangan Imam Bonjol Padang. Kegiatan tersebut diikuti sekitar 560 personil BPBD se-Indonesia dan aparat TNI/Polri.

Usai apel siaga, 2 helikopter milik BNPB dan Basarnas meng­gelar atraksi udara pemadaman kebakaran dan proses evakuasi medis. Disimulasikan, terjadi kebakaran hutan dan lahan pada daerah terisolasi. Upaya pema­daman tidak dapat dilakukan melalui jalan darat, tetapi harus melalui udara.

Sebuah helikopter milik BNPB terbang mengangkut tabung berisi 500 liter air. Setelah berputar di langit Kota Padang, helikopter tersebut menjatuhkan air yang diangkutnya pada api yang berkobar dari ban yang dibakar di lapangan Imam Bonjol.

Sebuah helikopter lainnya, memperagakan aksi terjun payung personil BNPB untuk membantu korban yang butuh perawatan intensif. Kemudian korban diangkut dengan helikopter ke rumah sakit.

Masyarakat Kota Padang  ber­jubel memenuhi pinggiran lapangan Imam Bonjol, menyaksikan atraksi tersebut. Tepuk tangan pun ber­gemuruh saat helikopter berhasil memadamkan api. Begitu pula ketika beberapa personil BNPB terjun payung memberikan per­tolongan medis.

Pelaksanaan Rakornas BNPB  di Sumbar, bertepatan dengan momen pemberian gelar sangsako adat Yang Dipatuan Rajo Maulana Paga Alam untuk Kepala BNPB  Syamsul Maarif dan Puti Reno Anggun Suri untuk istrinya Hj Nanik Kadariyani. Puncak acara malewakan gala tersebut bakal berlangsung Sabtu (30/6) ini di Istano Pagaruyung. (h/vie)

Haluan 30 Juni 2012