PADANG-Laki-laki itu berjalan bergegas. Ia seperti tak ingin melewatkan penampilan di pentas gedung teater utama Taman Budaya Sumatera Barat. Padahal, kursi penonton masih terlihat lengang. Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno lebih dahulu datang. Lelaki itu memang mempunyai minat yang besar terhadap seni dan budaya.
Rabu malam, (5/8) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat melaksanakan acara pelepasan kontingen untuk mengikuti Festival Seni Nasional di Jakarta yang dilaksanakan Kementrian Pendidikan. Dua kontingen yang dikirim mewakili Sumbar, yaitu grup musik tradisional Sandiko dan Teater Noktah pimpinan Syuhendri. Sebelum dilepas, kedua grup itu unjuk kebolehan.
Sandiko menampilkan pergelaran berjudul “Coga”. Alunan musik, lagu, bercampur gerak pencak silat terkomposisi dengan apik. Penonton bertepuk tangan, termasuk Irwan Prayitno. Ketika menyampaikan kata sambutan, Irwan ternyata sudah hafal dengan Sandiko. “Saya sudah melihat dua kali. Bagus, tak banyak yang harus diperbaiki,” ujar Irwan.
Giliran Teater Noktah yang tampil. Syuhendri membawa anak-anak Purus menampilkan lakon yang berjudul “Lari ke Bulan”. Walaupun anak-anak pantai yang baru mengenal teater, lakon anak-anak Purus begitu memukau. Dengarkan dialog mereka: “Pantai kita dikuasai hantu. Di mana-mana dikuasai hantu. Warung dikuasai hantu, di sekolah ada hantu, hantu IPA, bahasa Inggris hantu…” Dialog itu spontan membuat penonton tergelak tawa.
Penampilan anak-anak Noktah membuat Irwan terpesona. Anak-anak yang dibesarkan dalam kehidupan pantai yang terkenal keras itu justru mampu menampilkan sisi-sisi estetis dari dalam dirinya. “Ini hal yang positif untuk anak-anak kita. Seni dan budaya memberi nilai positif bagi anak, mengisi ruang dalam diri mereka, membangun rasa, kreativitas dan menyempurnakan fungsi otak kiri dan kanan,” ujar Irwan menyambut penampilan anak-anak Noktah.
Irwan memahami betul filosofis berkesenian. Baginya, berkesenian itu untuk mencerahkan diri dan masyarakat. Karena itu, ia tak menuntut utusan kesenian Sumbar ini mesti menang di festival. “Juara bukan hal yang utama. Yang terpenting berusaha untuk membawa hasil yang maksimal demi nama baik Sumatera Barat,” pesan Irwan.
Dunia berkesenian memang tak terpisahkan dari sosok Irwan Prayitno. Darah seni mengalir kental di dalam dirinya. Irwan pandai menabuh drum. Ia punya grup band sendiri bernama IPe Band. Tak hanya itu, Irwan juga pandai bernyanyi. Sudah dua album dibuatnya.
Bagi Irwan, berkesenian bukan hanya sekadar bernyanyi atau menabuh drum. “Seni itu untuk berdakwah,” ujarnya menjelaskan filosofinya dalam berkesenian.
Irwan mengaku, dirinya adalah tipe orang yang selalu ingin melakukan perbaikan untuk masyarakat. Dari dulu ia sudah berdakwah, terutama di masa-masa menjadi mahasiswa. Untuk tujuan dakwah itu, ia mendirikan Perguruan Islam Adzkia ketika baru tamat kuliah. Pendidikan adalah dakwahnya untuk memperbaiki generasi bangsa. Irwan juga menjadi penceramah, motivator dan penulis buku sebagai bentuk dakwahnya yang lain.
Sekarang, Irwan berdakwah dengan masuk ke dunia seni. “Lagu-lagu yang saya ciptakan bertema religi. Dari sana saya menyampaikan pesan kebaikan untuk anak-anak, para istri, ayah, masyarakat semuanya,” ujar Irwan.
Irwan sudah membuat dua album religi. Album kedua di-launching pada bulan Ramadhan lalu. Album kedua itu berjudul Cinta Sesama. Cinta sesama bergenre pop religi. Lagu-lagu dalam album ini bercerita tentang banyak hal, mulai dari mengagungkan Tuhan, menyantuni fakir miskin, kehidupan dalam keluarga hingga hubungan bermasyarakat. Lihat saja judul-judul lagu dalam album Cinta Sesama ini. Ada lagu Santuni Fakir Miskin, Takdir Illahi, Kawan Sejati, Muliakan Anak, Sayangi Anak Yatim, Kau Istriku, Ayahku, Kepada-Mu, Anakku Penyejuk Hatiku dan Allah Ta’alla.
Syair-syair lagu yang diciptakan Irwan sungguh menyentuh kalbu. Kawan sejati, tempat curahan hati, kawan sejati, tempat menggapai sukses, Allah merahmati dan menyayangi, Allah menyatukan dan menguatkan… Ini kutipan lagu “Kawan Sejati”.
Hei anak kau masih kanak-kanak, kau punya banyak kelemahan, masih kecil dan belum mandiri, fisik lemah dan belum matang… Kalau ini, penggalan lagu “Muliakanlah Anak”. Lagu ini dicipta Irwan sebagai tanda kasih untuk putra-putrinya. Lagu yang memberi inspirasi bagi para orang tua, bagaimana membesarkan anak-anak. Anak adalah curahan kasih sayang, begitu Irwan berpesan dalam lagunya.
Di antara lagu-lagu Irwan, yang paling terkenal adalah “Kau Istriku”. Lagu ini jadi hits dalam album perdana yang berjudul Cinta Sejati. Dibuat sendiri oleh Irwan, lagu “Kau Istriku” adalah kata-kata romantis untuk sang istri, Hj. Nevi Zuairina. Ketika itu, sang istri sedang pergi umroh ke Tanah Suci. Galau hati Irwan ditinggal pergi. Sebagai pelipur rindu, maka dikarangnyalah lagu.
Irwan lewat lagu juga bercerita tentang kecintaan kepada ayah. Sosok sang ayah yang sangat berpengaruh kepada dirinya. Selain itu, Irwan sendiri adalah ayah dari sepuluh anak. Ia menjadi sosok terbaik untuk anak-anaknya. Kisah ini diharapkan bisa menginspirasi ayah-ayah lainya.
Irwan berkisah tentang kecintaan kepada anak-anak, kepada ibu, dan kepada sesama. Di atas semuanya, cinta kepada Allah yang paling utama. Allah Ta’alla, begitu lagu ciptaan Irwan yang mengambarkan kecintaan kepada Allah, Sang Maha Pencipta segala cinta.
Irwan menyebutkan, karya yang diciptakannya ini lahir dari keinginan untuk memanfaatkan seni musik sebagai media dakwah dalam memberikan informasi dan mengajak masyarakat untuk hidup lebih baik secara islami. Selain itu, karya-karyanya ini juga untuk memberikan inspirasi dan motivasi bagi kalangan generasi muda untuk berpikir maju dan kreatif dalam mengembangkan potensi diri. “Selagi kita berusaha dengan sungguh-sungguh semua keinginan insyaallah berhasil. Manjadda Wajadda ,” ujar Irwan.
Kecintaan Irwan terhadap dunia seni terimplementasi dalam kebijakannya memimpin Sumatera Barat. Komitmennya dalam membangun dunia seni dan budaya sangatlah besar. Hal itu salah satunya diwujudkan dengan membangun gedung pusat kebudayaan yang segera terealisasi. Irwan juga mendukung berbagai kegiatan berkesenian dan berkebudayaan. Tak sekadar mendukung, ia terlibat langsung dalam kegiatan seni dan kebudayaan itu.
Kalau ada kesempatan, Irwan pasti akan menyaksikan pergelaran seni dan budaya. Tak puas sekadar menyaksikan, Irwan siap menyumbangkan bakat seninya. Seperti, malam itu, ketika grup Sandiko dan Teater Noktah selesai dengan penampilannya. Pengunjung bercelutuk mengharapkan sang gubernur untuk menyumbangkan suara emas dengan diiringi musik gendang dan talempong. “Nanti, saya masih ada acara…” sapa Irwan. Kebetulan malam itu agendanya sangat padat. 007
Singgalang, 10 Agustus 2015