«

»

Like and Dislike

14 Agustus 2015

“Membangun daerah itu, bisa dibilang mudah, bisa juga dikatakan tidak mudah. Dibilang susah juga tidak susah. Itu tergantung kita memandang saja,” ujar Irwan Prayitno, Kamis (13/8) sore. 

Muharman, Padang 

Dua hari lagi, masa jabatannya sebagai Gubernur Sumbar berakhir. Irwan Prayitno sudah berpamitan dengan pegawai dan bersilaturahmi dengan Kepala SKPD serta wartawan di Padang.

“Melalui kegiatan ini silaturahmi ini, saya menyampaikan permohonan maaf atas kebijakan yang saya lakukan, selama 5 tahun menjabat, ada sikap yang dilakukan telah membuat SKPD ataupun wartawan tersinggung,” sebut Irwan Prayitno, di Mess Pemda Provinsi Sumbar, di Bukik Lampu, Bungus Teluk Kabung.

Tentunya banyak situasi penting yang telah dilewatkan bersama, bagaimana upaya yang dilakukan bersama-sama dalam kerangka membangun Sumbar.

Menurutnya, berbagai hal telah dilakukan selama 5 tahun belakangan ini, di antaranya upaya meningkatkan kesejahteraan melalui program-program yang dijalankan SKPD, di bidang kesehatan dan pendidikan, begitu juga dalam membangun infrastruktur.

“Jika hanya mengandalkan PAD yang ada pada masing-masing daerah, tentunya pembangunan Sumbar ini akan sulit, perlu dukungan APBD Provinsi dan APBN. Dengan itulah pembangunan banyak infrastruktur di Sumbar dilakukan,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, pada awal ia menjabat Gubernur Sumbar, kondisi Sumbar masih porak-poranda akibat gempa yang menguncang 30 September 2009 dan itu membuat 7 kabupaten/kota rusak parah. Rumah penduduk, kantor pemerintah, swasta, dan fasilitas umum rusak parah.

“Hingga Agustus 2010, belum masuk rehab-rekon, hanya ada dana gawat darurat yang dikucurkan pemerintah. Banyak pihak yang mempertanyakan Saya waktu itu, bagaimana cara Saya bisa membangun Sumbar. Apalagi jika melihat dengan kondisi kantor SKPD yang kebanyakan berkantor darurat dan serba keterbatasan fasilitas kerja,” ungkapnya.

Menurutnya, setelah dilantik menjadi Gubernur Sumbar, ia langsung memohon Kepala BNPB Syamsul Maarif untuk turunkan dana rehab-rekon ke Sumbar. Itu harus dilakukannya.

“Tak hanya menyegerakan agar masyarakat mendapatkan tempat tinggalnya yang rusak akibat gempa. Pembenahan terhadap bangunan kantor-kantor penting dilakukan, di antaranya mendahulukan membangun gedung Kejati dan RSUP M Djamil daripada Kantor Gubernur,” ujarnya.

Ia menambahkan, dalam melakukan pembangunan itu didahulukan menyelesaikan mana yang sebelumnya telah dibangun. Balairung yang sebelumnya hanya tiang, kemudian dibangun. Begitu juga dengan Masjid Raya Sumbar yang saat ini telah bisa digunakan, juga dibangun secara berangsur-angsur.

“Melanjutkan pembangunan Jembatan Kelok 9 yang sebelumnya masih terbengkalai, sekarang dapat digunakan. Melakukan lobi ke banyak pihak, sehingga akhirnya pembangunan dapat selesai dan mampu digunakan dalam mengurai kemacetan Sumbar-Riau,” paparnya.

Selain itu, Jalan Sicincin Malalak juga dibangun, jembatan-jembatan yang rusak diperbaiki. Mungkin ada sekitar dari 30 jembatan yang kita bangun dalam 5 tahun ini. Begitu juga irigasi yang sangat penting dalam pengairan lahan pertanian masyarakat, itu selalu menjadi prioritasnya.

Lima tahun ini, ia bersama wakilnya Muslim Kasim, membuat berbagai program yang berpihak pada masyarakat Sumbar. Begitupula melanjutkan pekerjaan gubernur sebelumnya. Sebab semua program yang dibuat berjenjang. Artinya tidak tuntas oleh gubernur sebelumnya, maka dilanjutkan pemimpin terpilih kemudian.

“Memimpin itu bisa disebut sebagai pekerjaan sulit, bisa juga mudah. Tergantung seseorang menyikapinya Jika dipersusah maka jadi susah. Jika tidak, maka segalanya berjalan dengan mudah,”  ungkapnya lagi.

Dalam memimpin Sumbar, ia korbankan waktu untuk urusan keluarga. Semua dilakukan untuk kemajuan Sumbar. Ketika masa jabatannya habis, maka Irwan mengaku kembali pada kehidupan normal. Meski demikian, karena diberi amanah oleh partai, dia kembali mencalonkan diri sebagai kepala daerah incumbent. Semua tidak lepas atas permintaan partai dan masyarakat.

Namun ketika nasib tidak berpihak padanya, ia akan kembali ke rutinitasnya. “Setelah ini saya akan kembali pada kehidupan normal. Mengantarkan anak-anak  sekolah, kembali mengajar dan melakukan aktifitas yang dilakukannya sebelum menjadi Gubernur. Sebab selama ini waktu saya habiskan untuk urusan pemerintah,” terangnya.

Dalam pertemuan tersebut, Irwan Prayitno juga mengungkapkan kalau tidak ada orang-orang PKS yang mengelilinginya selama dia memimpin Sumbar. Itu disampaikan karena banyak informasi yang tersiar kalau dia memberi jabatan pada orang separtai dengannya.

“Lima tahun saya memimpin. Saya bekerja siang malam untuk kemajuan daerah ini. Tapi ada saja yang mengomentari kinerja saya. Saya dikatakan memakai orang-orang PKS dalam bekerja. Padahal itu tidak benar,” sebut Irwan.

Ungkapan tidak adanya orang PKS di sekitarnya, dijelaskan Irwan, dengan menyebut nama-nama kepala dinas. Sebab kebanyakan dari mereka adalah orang-orang pada zaman gubernur sebelumnya. Sebut saja, Kepala Dinas Pertanian, Fajaruddin, Kepala Bapedalda, Asrizal Asnan, Kepala Badan Arsip dan Perpusatkaan, Alwis, Kadis Kesehatan Sumbar, Rosnini Savitri dan kepala SKPD lain.

“Dalam memimpin saya tidak menggunakan istilah like and dislike tapi lebih pada kemampuan para kepala dinas. Jadi apa yang disebarkan tentang saya yang dikelilingi orang PKS jelas tidak berdasar dan tidak benar,” pungkasnya. (***)

Rakyat Sumbar, 14 Agustus 2016