«

»

May Day

6 Mai 2015

Hari buruh (May Day) awalnya ditetapkan pada Kongres Buruh Internasional yang berlangsung di Paris, Perancis pada bulan Juli 1889. Tanggal 1 Mei dipilih sebagai Hari Buruh untuk memperingati peristiwa yang terjadi pada tanggal 1 Mei 1886 di Amerika Serikat. Pada tanggal 1 Mei 1886 sekitar 400 ribu buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari.

Aksi ini berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 1 Mei. Peristiwa itu memicu bentrok antara demonstran dan aparat keamanan. Polisi Amerika kemudian menembaki para demonstran tersebut, sehingga ratusan orang tewas dan para pemimpinnya ditangkap kemudian dihukum mati. Sebelumnya, di berbagai negara juga terjadi pemogokan-pemogokan buruh serupa untuk menuntut perlakukan yang lebih adil dari para pemilik modal.

Peringatan Hari Buruh juga dilakukan di Indonesia sejak tahun 1920, namun di masa pemerintahan Presiden Soeharto kegiatan ini dilarang dan baru diperingati kembali sejak tahun 2009. Hari Buruh kemudian ditetapkan sebagai hari libur nasional di Indonesia sejak tahun 2014. Tahun ini merupakan tahun kedua Hari Buruh ditetapkan sebagai hari libur nasional di negara kita.

Peringatan Hari Buruh di Indonesia tahun 2015, seperti tahun-tahun sebelumnya dilakukan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Batam dan sejumlah kota lainnya. Peringatan May Day di Jakarta dipusatkan di Gelora Bung Karno, diikuti oleh puluhan ribu peserta. Untuk keamanan Kota Jakarta diturunkan sekitar 14 ribu polisi untuk berjaga-jaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Upara peringatan Hari Buruh tahun ini juga sama dengan tahun-tahun sebelumnya, berlangsung tertib dan aman, tidak ada tindakan-tindakan anarkis yang terjadi. Namun peristiwa menyedihkan sempat mewarnai upacara ini, yaitu dengan aksi bunuh diri yang dilakukan oleh seorang aktivis buruh. Ia melakukan aksi bunuh diri dengan membakar tubuhnya dan meloncat atap stadion yang ketinggiannya mencapai 100 meter.

Di Sumbar peringatan Hari Buruh tidak ditandai dengan demonstrasi dan turun ke jalan. Sehari sebelumnya, saya konfirmasikan dengan Kapolda tentang kegiatan Peringatan Hari Buruh di Sumbar. Kapolda memastikan bahwa berdasarkan informasi di lapangan, tidak ada aksi demonstrasi atau turun ke jalan dalam rangka peringatan Hari Buruh di Sumbar.

“Kalau begitu Pak Kapolda bisa tidur enak malam ini,” ujar saya bercanda. Maksudnya jika terjadi demo dan aksi turun ke jalan seperti yang terjadi di Jakarta atau kota-kota besar lainnya, tentu Kapolda beserta jajarannya tak bisa tinggal diam, harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk mengantisipasi segala peristiwa buruk yang mungkin bisa terjadi. Namun jika aman-aman saja, pihak kepolisian tidak perlu memperketat keamanan, bisa agak tenang.

Peristiwa ini sekaligus membuktikan bahwa jumlah buruh di Sumbar jauh lebih kecil jumlahnya di banding dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Ini juga berarti telah terjadi hubungan dan komunikasi yang cukup baik antara buruh, pengusaha dan pemerintah Sumbar. Meskipun terkadang muncul masalah, namun bisa dikomunikasikan dan diselesaikan dengan baik.

Selain itu, masyarakat Sumbar memang cenderung memilih bekerja sebagai pengusaha (enterpreneur) dibandingkan menjadi buruh. Karakter dan bakat masyarakat Sumbar yang cenderung menyukai bidang enterpreneur ini, merupakan sebuah potensi yang sangat baik untuk dikembangkan sebagai modal untuk menjadi daerah yang makmur dan bermartabat.

Jika kita lihat negara lain, Singapura misalnya, sebanyak 7 persen penduduknya adalah pengusaha, Malaysia 5 persen, Thailand 3 persen, Indonesia baru 1,65 persen penduduknya yang berprofesi sebagai pengusaha. Karena itu, untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Sumbar, sektor inilah yang harus dikembangkan. Upaya untuk menumbuhkan pengusaha-pengusaha baru.

Awalnya bisa dimulai dari usaha mikro dan kecil, lalu mengembangkan dan menfasilitasi mereka agar menjadi pengusaha menengah dan besar. Upaya ini harus kita lakukan dengan serius, dan suatu saat nanti di Sumbar muncul pengusaha-pengusaha baru dan tangguh yang otomatis akan membuka lapangan kerja baru. Hal ini sekaligus merupakan strategi paling tepat untuk mengatasi masalah pengangguran di Sumbar. (*)

Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar

Padang Ekspres 6 Mei 2015