«

»

Optimisme Meneg BUMN

4 Juli 2012

Oleh Irwan Prayitno

Indonesia, menurut Meneg BUMN Dahlan Iskan, segera menjadi negara maju dan modern, seperti yang didambakan hampir oleh seluruh warga negara Indonesia, dalam tempo yang tak terlalu lama.
Hal itu bukan mimpi, tetapi sebuah fakta yang segera akan menjadi kenyataan. Sejumlah data telah mengindikasikan bahwa peristiwa itu akan terjadi. Tahun lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dari pertumbuhan ekonomi Belanda, negara yang dulu menjajah Indonesia selama tiga setengah abad. Dua tahun mendatang, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan telah melebihi pertumbuhan ekonomi negara Spanyol.
Jangan sebut lagi Malaysia merupakan penghasil kelapa sawit dan karet terbesar, karena posisi itu telah diambil oleh Indonesia. Kini, lebih 50 persen produk kebutuhan masyarakat Asia Tenggara dipasok dari Indonesia. Semen asal Indonesia, segera akan diberi nama “Semen Indonesia” merupakan semen terbaik di Asia Tenggara. Maskapai penerbangan Garuda merupakan yang terbaik di Asia Tenggara. Dari dulu hingga kini Indonesia masih merupakan sebuah negara besar dan kaya.
Bukti lain Indonesia segera akan menjadi negara maju dan modern adalah bertumbuhnya kelompok masyarakat ekonomi menengah ke atas secara menakjubkan. Supermarket tumbuh menjamur di mana-mana, omset penjualan kendaraan bermotor, rumah, apartemen mewah, dan maskapai penerbangan, terus melonjak drastis. Ini merupakan tanda kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan menengah ke atas terus bertumbuh, Indonesia selangkah lagi menjadi negara maju dan modern.
Hal ini menurut Menteri Dahlan Iskan tidak tersosialisasi secara baik di masyarakat. Informasi yang berkembang justru informasi negatif sehingga jika dikatakan maskapai Garuda terbaik di Asia Tenggara maka mereka balik bertanya, “Apa iya?’ dengan nada pesimis. Gelombang pesimis ini menjadi kendala besar untuk terus maju.
Perjalanan tumbuh menjadi negara maju dan modern, menurut meneg BUMN, memang selain menimbulkan dampak positif juga selalu diiringi oleh dampak negatif. Dampak negatif dari peristiwa itu yang harus diwaspadai adalah midle ecomonic trap (perangkap ekonomi kelas menengah). Misalnya, karena terjadi kenaikan pembelian kendaraan bermotor secara drastis, maka terjadi kemacetan dimana-mana. Ingin serba cepat dan serba instan telah menjadi gaya hidup mereka, dan sejumlah masalah lainnya.
Karena itu, agar Indonesia terus tumbuh dan mengalami percepatan menuju negara maju, semua kendala itu harus diminimalisir atau dihilangkan sama sekali. Efisiensi di berbagai sektor harus dilakukan agar tidak terjadi pemborosan dan biaya tinggi dan kita bbisa bersaing secara ekonomi dengan negara lain. Jika pemborosan terjadi akibat kepadatan lalulintas dan sistem tranportasi tidak benar, maka hal itu harus segera dibenahi. Baik dengan memperlebar jalan, menciptakan sistem transportasi massal yang nyaman, juga termasuk meningkatkan disiplin pengendara bermotor bahkan pembatasan jumlah kendaraan, jika memang dirasa perlu.
Jika inefisiensi terjadi akibat hambatan birokrasi, maka birokrasi harus segera direformasi, sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan. Jika selama ini kapal dari daerah lain tidak mau sandar di teluk bayur akibat hambatan birokrasi, misalnya, maka hal itu menurut menteri harus segera diperbaiki dan boleh lagi terjadi. Namun jika kendalanya terletak pada terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia, ditargetkan dua tahun mendatang menurut beliau hambatan itu harus ditiadakan dan hal itu tidak boleh terjadi lagi.
Harus kita akui, Sumatra Barat juga mengalami hal yang sama. Kelompok menengah ke atas tumbuh secara signifikan, disadari atau tidak, daerah ini segera akan menjadi daerah maju dan modern. Kita tentu semua menginginkan menjadi daerah yang maju dan modern, menuju masyarakat yang sejahtera, adil dan bermartabat.
Saya juga sepakat dengan Pak Dahlan Iskan, jika kita bekerja dengan sungguh-sungguh pasti kita mampu mengatasi segala masalah yang muncul tersebut. Semangat dan optimisme yang beliau perlihatkan, diiringi dengan kerja keras, kita juga pasti bisa. Man jadda wa jadda, siapa yang berungguh-sungguh pasti berhasil. (***)

Singgalang 4 Juli 2012