Oleh Irwan Prayitn0
Puasa merupakan kewajiban bagi umat Islam, juga umat sebelumnya. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa†(QS Al Baqarah: 183). Di balik kewajiban, terdapat berbagai hikmah yang besar puasa, di antaranya adalah untuk menyehatkan mental dan mengendalikan hawa nafsu.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?†(QS Al Jaatsiyah: 23)
Allah SWT telah meminta kita mengambil pelajaran dari orang-orang yang sudah mencapai tingkat mempertuhankan hawa nafsunya. Dan kita ketahui, bahwa akhir dari hal tersebut adalah kerusakan dan kehancuran di muka bumi.
Puasa melatih kita menahan hawa nafsu, baik makan, minum dan juga hubungan suami istri di siang hari. Upaya melatih menahan makan, minum dan berhubungan tersebut adalah dalam rangka menyehatkan mental. Di samping itu menahan emosi juga merupakan bagian dari ajaran puasa yang sangat berguna menyehatkan mental.
Dengan mengendalikan emosi, lapar, dan haus, maka tubuh kita akan disehatkan sehingga menyebabkan munculnya ketenangan dan juga kebahagiaan. Sementara memperturutkan hawa nafsu akan memunculkan kesengsaraan. Ini karena puasa merupakan bagian dari zikir kepada Allah SWT. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram†(QS Ar Ra’d: 28).
Sebagai contoh kecil, setiap hari kita diperlihatkan dengan perilaku pengendara yang memperturutkan hawa nafsunya serta tidak bisa mengendalikan emosi. Mereka ingin cepat, tak mau mengalah meskipun seharusnya berhenti sebentar, sehingga terjadilah kecelakaan. Ini adalah gambaran ketidaktenangan jiwa. Akibatnya, tidak hanya mereka yang akan resah, akan tetapi orang lain akan merasakan dampaknya.
Jika perintah agama dalam berpuasa dijalankan dengan benar dan menjadi kebiasaan, maka akan memberikan dampak positif bagi pelakunya. Dari segi kejiwaan, ia akan memperkuat rohani. Kemudian dari segi perilaku, ia akan memperbaiki akhlak pelakunya. Dari segi perbuatan, ia akan memperkuat amalan-amalan para pelakunya. Dan dari segi fisik, ia akan memperkuat tubuh karena ilmu kedokteran telah membuktikan banyaknya manfaat yang didapat dari berpuasa dan juga mengendalikan emosi.
Allah SWT menyatakan bahwa puasa akan lebih baik bagi kita jika kita mengetahuinya. “…dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.†Puasa dan upaya mengendalikan hawa nafsu serta menahan emosi selain menyehatkan mental kita, juga memberi ketenangan di lingkungan. Sebagai masyarakat agamis, kita meyakini bahwa banyaknya maksiat yang merupakan upaya memperturutkan hawa nafsu akan menimbulkan keresahan di masyarakat. Sehingga masyarakat akan memberantas kemaksiatan yang terjadi di tempat mereka. Masyarakat ingin lingkungannya tenang agar mental mereka dan keluarganya sehat. Momentum puasa merupakan saat yang tepat untuk menyehatkan mental kita jika dilakukan dengan benar sesuai ajaran agama. Selamat menunaikan ibadah puasa, 1433H. ***
Posmetro 20 Juli 2012