IPSI Agam Targetkan Satu Perguruan Setiap Jorong
Agam, Padek—Keberadaan silat tradisional di Sumbar, khususnya di Kabupaten Agam mulai menemukan ritme. Hal itu ditandai dengan diresmikannya kepengurusan tiga perguruan tradisional di Nagari Kamangmudiak, Kecamatan Kamangmagek, Minggu (26/3). Seiring peresmian tersebut, di Kabupaten  Agam sudah terdaftar sebanyak 139 perguruan silat tradisional.
Sekkab Agam Martias Wanto yang juga Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Agam menyebutkan, keberadaan sasaran silat tradisional di Agam terus menunjukkan tren positif. Makanya melalui program satu jorong, satu perguruan yang telah digagas, diharapkan dapat mengaktifkan kembali sasaran silat tradisional di Agam yang telah vakum.
â€Kami terus mendorong lahirnya kembali sasaran silat tradisional di tiap jorong. Saat ini, IPSI Agam mencatat sebanyak 139 perguruan silat telah diresmikan dan aktif melakukan kaderisasi. Masing-masing perguruan memiliki murid berkisar antara 15 hingga 20 orang. Ke depan, ada beberapa iven untuk menampilkan keberagaman karya-karya di tiap perguruan. Ini akan disesuaikan dengan kalender kepariwisataan Disparpora Agam,†ujarnya.
Tahun 2017 ini, sambung Martias, pihaknya menjadikan pelajaran silat sebagai kurikulum wajib di tiap tingkatan sekolah dari SD hingga SLTA. â€Guru dari perguruan sekolah terdekat akan dilibatkan untuk mengajar di sekolah. Di samping itu, kami juga membuat satu paket hemat seminggu belajar silat. Targetnya, para perantau akan tergerak hatinya pulang kampung,†ujarnya.
Ketua Pelaksana Sumarak Tradisi Pandeka Nagari Kamangmudiak, Masril Tuanku Rajo menyebut, salah satu tujuan digelarnya upacara persmian kepengurusan silat kemarin (26/4) adalah untuk mengangkat dan mendorong diaktifkannya kembali silat tradisional di berbagai daerah lain. Menurutnya, sejarah mencatat silat tradisional sudah berandil besar dalam perjuangan melawan penjajah.
â€Silat tradisional dapat mengangkat harkat martabat tuo-tuo silek Minangkabau, serta mengingat dan memperkenalkan kepada generasi muda tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia,†tuturnya.
Masril menuturkan, sebelum TNI lahir, para pendekar dan raja di nusantara mempotensikan seluruh jawara dan pendekar mulai dari kependekaran yang dibangkitkan oleh tokoh pejuang perang Paderi tahun 1821 sampai tahun 1837. Tahap kedua dilanjutkan para tokoh pahlawan Perang Kamang yaitu Syekh Haji Abdul Manan beserta para panglimanya.
â€Keberadaan silat di kampung kami ini tidak pernah dicatat dalam sejarah pergerakan melawan penjajahan. Jika tidak kembali diperkenalkan kepada generasi muda, maka kami khawatir sejarah itu akan punah dan dilupakan,†bebernya.
Masril menilai, silat tradisional sebagai tiang budaya, yaitu melatih mental karakter dan menimbulkan jiwa kependekaranyang jujur, tangkas dan berwibawa, serta melahirkan tokoh masyarakat dan kader pemimpin bangsa.
â€Kami sebagai penggerak budaya pencak silat mengimbau seluruh komponen masyarakat dan pejabat  untuk menumbuhkan persilatan Minangkabau. Khusus kepada Pemkab Agam dan organisasi terkait, agar bersungguh-sungguh memperhatikan tumbuhnya kebudayaan dan pariwisata yang bisa dipasarkan untuk wisatawan ini,†harapnya.
Semarak tradisi pandeka nagari di Nagari Kamangmudiak ini juga ditandai dengan peresmian pengurus lembaga adat seni budaya Nagari Kamangmudiak, pengucapan kirab pendekar (sumpah pendekar, red) yang telah diakui dan disahkan para tokoh ulama dan kaum adat di Bukit Marapalam atau disebut juga Sumpah Sakti Bukit Marapalam.
Dua kepengurusan sasaran silat yang diresmikan yaitu, pengurus silat tradisional Tuanku Nan Renceh Kamangmudiak dan pengurus silat tradiaional Harimau Putih Tuangku nan Renceh Kamangmudik. Sekaligus, memperingati ulang tahun perguruan tradisional Ulak Cimano Pauh Kamangmudiak yang sudah berusia tiga tahun sejak bangkit dari kevakuman.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang hadir dalam peresmian itu menyebutkan, sebagian perguruan silat di Sumbar sudah punah, hilang tanpa ada penerus. Namun, pihaknya telah mendengar Nagari  Kamangmudiak terkenal dengan silat tradisionalnya yang terus berkembang.
â€Kami sangat mengapresiasi sekali. Mohon tuo-tuo silek agar terus mendidik dan melahirkan generasi  penerus,†harap Gubernur.
Asal silat, sambung Irwan, sudah banyak diakui oleh negara tetangga. Nah, agar tidak mudah diklaim oleh daerah lain, tentu sasaran silat tradisional khas Minangkabau harus dipupuk agar tetap terpelihara di  nagari-nagari.
Menurutnya, silat membentuk karakter, ilmu moral, norma, adat dan budaya, serta etika dan agama. Silat sering dikaitkan dengan surau. â€Dengan silat kita akan menjadi pribadi berkarakter yang kokoh untuk penerus pemimpin bangsa. Guru silat yang baik akan menjadikan muridnya menjadi baik,†pungkasnya.
Pada kesempatan tersebut, Irwan juga dianugrahi gelar kebesaran perguruan silat tradisional di Kamangmudiak dengan titel, Tuan Gadang Pandeka Rajo.
Padang ekspres, 27 Maret 2017