Sungguh luar biasa, Gubernur Irwan tidak hanya menekankan penting/strategis pengetahuan tentang peranan pajak dalam kehidupan peÂmerintahan dan pemÂbaÂnguÂnan, apalagi kesadaran untuk membayar pajak.
KETIKA ada undangan keÂpada sejumlah/100 pemÂbayar pajak terbesar dari KeÂpala Kantor Wilayah DirekÂtorat Jenderal Pajak (DJP) SuÂmaÂtera Barat dan Jambi MuÂhaÂmad Ismiransyah M Zain—yang baru diangkat/dilantik oleh Menteri Keuangan Agus Martowardojo pada jabatannya sejak Agustus 2012 lalu, Cucu Magek Dirih mengusahakan diri untuk hadir—lagi pula undangan dengan menÂyeÂbutÂkan nama/ada kesan supaya jaÂngan diwakilkan. Juga, ikut haÂdir dalam acara itu GuÂberÂnur Sumatera Barat Prof. Dr. H. Irwan Prayitno Dt. Rajo BanÂdaro Basa Psi. M.Sc. Di anÂtara sesama pembayar pajak di Padang, Cucu Magek Dirih meÂngenal sejumlah hadirin, khuÂsusÂnya dunsanak pengusaha dari kawasan Pondok (sebutan poÂpuler untuk China Town/peÂcinaan untuk kota Padang SuÂmaÂtera Barat)—salah dari satu berkah yang dirasakan Cucu Magek Dirih menghadiri acara.
Yang sangat menarik, selain Cucu Magek Dirih juga berÂkenalan dengan Kepala Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi yang baru—yang rupanya adalah orang Padang, adalah penamÂpilan Gubernur Irwan Prayitno yang seakan sekaligus menÂyamÂpaiÂkan sosialisasi perpajakan kepada hadirin. Sungguh luar biasa, Gubernur Irwan tidak hanya menekankan penting/strategis pengetahuan tentang peranan pajak dalam kehidupan peÂmerintahan dan pemÂbaÂnguÂnan, apalagi kesadaran untuk membayar pajak. Baik pajak pusat maupun pajak daerah. TerÂlebih lagi, walaupun berbicara tanpa teks, Gubernur Irwan terÂnyaÂta menguasai materi yang disampaikannya prihal perÂpaÂjakan tersebut. Panjang lebar GuÂbernur Irwan bicara, sudah meÂngÂambilalih materi presentasi/sosialisasi yang sebelumnya suÂdah disiapkan Kepala Kanwil DJP Muhamad Ismiransyah M Zain.
Gubernur Irwan Payitno, menguraikan besaran target penerimaan pajak pusat dan pajak daerah tahun 2012 dan rencana penerimaan tahun 2013 berikut angka-angkanya secara mendetail—secara skala nasional dan wilayah Provinsi Sumatera Barat. Yang bagi Cucu Magek Dirih amat menarik, gaya/cara dan pembahasaan penyampaian sosialisasi pengetahuan tentang keÂberadaan/peranan peÂneÂriÂmaan perpajakan membiayai pembangunan dan kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajiban pajaknya. Lunak, lemÂbut, tapi, tegas. Lunak dan lembut karena bagian dari upaya meÂngajak/membangun kesaÂdaran, dan tegas karena penting/straÂtegis penerimaan pajak memÂbiayai kegiatan pemerintahan dan program pembangunan deÂngan menyebut sejumlah conÂtoh—yang dikemukakannya adaÂlah pembangunan di Provinsi SumaÂtera Barat sendiri.
Secara bergurau—sebeÂtulnya justru serius, Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi/M Ismiransyah M Zain sendiri seÂbagai kepala Kanwil, justru meÂnurut Cucu Magek Dirih lebih baik â€bukan orang pajak†semata yang menyampaikan sosialisasi, yang membagi informasi/peÂngeÂtahuan tentang keberadaan/peranan perpajakan dalam pembangunan, dan membangun kesadaran membayar pajak/mengajak para pembayar pajak memenuhi kewajiban membayar pajak—termasuk mengetuk kesadaran pembayar pajak/calon pembayar pajak membayar pajak dengan jujur. Justru bilamana pihak DJP/Kanwil DJP mampu melibatkan prominent figures/tokoh populer yang terpandang dan dihormati untuk ikut melaÂkukan misi yang sama, hasilnya kemungkinan lebih efektif/berÂhasil? Sebagaimana halnya GuÂbernur Irwan Prayitno meÂlaÂkuÂkan/menjadi petugas pajak maÂlam itu.
MEMANG, paling tidak daÂlam pemahaman/perspektif CuÂcu Magek Dirih, tingkat keÂsaÂdaran dan kepatuhan pembayar pajak—juga calon pembayar pajak—barulah sampai sebatas â€kewajiban†(tanda petik untuk memberikan aksentuasi), dan belum dalam perspektif â€keÂsaÂdaran†tentang keberadaan/peran penerimaan pajak dalam penyelengaraan kegiatan peÂmeÂrintahan/pembangunan!? ArtiÂnya, penyampaian informasi/pengetahuan tentang pajak masih belum maksimal/belum efektif/mungkin belum sepenuh tepat—sebagaimana yang sudah diuÂpayakan/diusahakan Kanwil dan cabang DJP sejauh ini. SetiÂdaknya belum lagi maksimal dalam melibatkan local prominent figures dalam/ikut berperan menyampaikan informasi/peÂngeÂtahuan tentang keberadaan/peranan penerimaan pajak dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan program pemÂbangunan.
Saat berbicara langsung deÂngan Kepala Kanwil DJP SuÂmatera Barat dan Jambi M IsÂmiransyah M Zain/jajaran, Cucu Magek Dirih memperjelas keberadaan/peranan, cara/penÂdekatan, dan langkah Gubernur Irwan membagi informasi/peÂngetahuan tentang pajak/peÂnerimaan pajak. Yaitu dalam analogi mengaitkan besar nilai pajak yang diterima cabang/Kanwil DJP dengan nilai angÂgaran pembangunan—sungguh amat cerdas dan menyentak. Memang, realisasi pencapaian target penerimaan pajak DJP Sumatera Barat Jambi pada poÂsisi 17 dari 31 DJP—itu sudah terÂmasuk tertinggi secara nasional. Target penerimaan pajak PPN dan PPh Kanwil DJP Sumatera Barat Jambi Rp 5,362 triliun. Sumatera Barat Rp 2,78 triliun dan Jambi Rp 2,58 triliun. ReaÂlisasi pencapaian penerimaan pajak Sumatera Barat Jambi 2010 dan 2011, 97 persen, dan untuk tahun 2012 diharapkan 100 persen. Sampai September 73 persen dari taget p 5,362 triliun. Tahun 2013, target DJP Sumatera Barat Jambi naik 22 persen, menjadi Rp 6,542 triliun.
Secara nasional, sampai 15 Oktober 2012, realisasi peÂneÂrimaan pajak tahun 2012 baru 70,52 persen, atau baru Rp 624,Â164 triliun dari target. Realisasi penghasilan dari minyak/gas Rp 66,43 triliun dari target Rp 67,91 triliun. Realisasi dari penerimaan pajak penghasilan nonmigas mencapai 68,82 pesen dari target Rp 445,733 triliun. Dan realisasi penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) dan barang mewah sedikit lebih baik dibanding penerimaan PPh nonmigas. PeÂnerimaan PPN dan PPn BM seÂbesar Rp 241,04 triliun atau 71,73 persen dari target PBNP 2012, Rp 336,05 triliun. Perkembangan kinerja penerimaan pajak tahun 2012 tersebut cukup membuat gamang Menteri Keuangan Agus Martowardojo. Walau realisasi tahun 2012 demikian, taget tahun 2013 pula, justru naik signifikan.
Menurut Rancangan AngÂgaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2013, peÂmeÂrintah menargetkan penÂdapatan negara Rp 1.529,67 triliun naik 12,6 persen dari APBNP 2012. Belanja tahun 2013 naik 8,7 persen menjadi Rp 1.683,01 triliun. Peningkatan sumber pendapatan dan pengeluaran negara menyebabkan ada defisit anggaran 2013 Rp 153,34 triliun (1,65 persen) dari product domestic bruto (PDB) dibandingkan (2,23 Âpersen) dari PDB pada APBNP 2012. Dari nilai APBN 2013, target pendapatan pajak Rp 1.193 triliun atau naik 17,4 persen dibanÂdingkan penerimaan pajak tahun 2012, Rp 1.016,2 triliun. PenÂdaÂpatan PPh ditargetkan Rp 548,8 triliun, naik 13,9 pesen dibanding tahun 2012. Dalam kondisi dan perkembangan global, khusus krisis keuangan di Eropa, dan kinerja perkembangan peneÂrimaan tahun 2012, target peÂneÂrimaan Indonesia dalam APBN 2013 itu relatif berat.
Untuk Provinsi Sumatera Barat sendiri, penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (PKB-BBNKB), untuk tahun 2012 ditargetkan Rp 661,2 miliar, dan sampai akhir Agustus 2012 realisasi tercapai Rp 395,2 miliar, atau baru 59 persen—seharusnya sampai Juli sudah 66 persen. Sebetulnya sampai Agustus 2012 ditargetkan 19.954 unit pajak kendaraan bermotor baru yang terealisasi hanya 10.576 unit. Potensi penerimaan ditargetkan Rp 6,55 miliar yang terealisasi hanya Rp 4,17 miliar atau 63,63 persen. Dan, BBNKB kendaraan baru ditargetkan 19.954 unit, yang terealisasi 10.576 unit kenÂdaÂraan. Realisasi penerimaan Rp 27,6 miliar dari target Rp 41,4 miliar. Jika dilihat target Januari-Agustus 2012 dari dua jenis penerimaan, senilai Rp 520,5 miliar yang terealisasi sebesar Rp 290,2 miliar, 55,75 persen.
KARENA itu, apa disamÂpaiÂkan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno Dt Rajo Bandaro Basa ketika berbicara pada perÂtemuan dan ramah-tamah 100 pembayar pajak terbesar di Hotel Pangeran Padang lalu, sama hal kegamangan Menteri KeÂuaÂngan Agus Martowardojo, keÂmuÂngkinan berangkat dari concern beliau tehadap kinerja peÂneÂriÂmaan pajak daerah SuÂmatera Barat sendiri. Kelihatannya, GuÂberÂnur Irwan amat bersungguh-sungguh untuk mengajak semua pihak di sini menyadari keterÂkaitan langsung antara wajib pajak dan penerimaan pajak serta penyelenggaraan pemerintahan/program pembangunan. Bahkan tak hanya masalah penerimaan pajak daerah, juga penerimaan pajak pusat. Sebab, Sumatera Barat termasuk provinsi—berÂsama 19 kabupaten/kota, meÂneÂrima dana APBN yang lebih besar daripada nilai pajak yang dibeÂrikan sebagai penerimaan APBN.
Karena itu pula, ketika berÂbicara dengan Kepala Kanwil DJP Sumatera Barat Jambi M IsÂmiransyah M Zain, Cucu Magek Dirih menyampaikan keÂmuÂngÂkinan kalaborasi Kanwil DJP Sumatera Barat Jambi deÂngan pemda provinsi dan pemda kaÂbuÂpaten/kota se-Provinsi Sumatera Barat semakin diperjelas forÂmulanya. Misalnya, pihak Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi mem-break down target peneÂrimaan pajak tidak hanya meÂnurut skala provinsi, tapi, juga skala kabupaten/kota—bahkan skala kecamatan. Berapa nilai semua pendapatan pajak satu kecamatan dan atau tiap kaÂbupaten/kota, misalnya, dan pemerintah daerah dapat memÂbuat analogi berapa pula nilai dari anggaran pembangunan periode tahun berjalan yang sama untuk kecamatan dan atau untuk kabupaten/kota yang berangÂkutan: apa lebih besar penÂdaÂpatan pajak atau lebih besar dana pembangunan?
Dalam perspektif/rencana strategis demikian, Kanwil DJP dan juga Badan Pengelola KeuÂaÂngan Daerah provinsi dan kaÂbupaten/kota se-Provinsi SuÂmatera Barat bekerja sama deÂngan mengajak pula sejumlah potensi ketokohan di tingkat bawah (kecamatan dan nagari/kelurahan): seperti alim-ulama/ninik-mamak/cadiak-pandai/bundolanduang dan potensi proÂminent figures lainnya untuk membagi informasi/peÂngeÂtaÂhuan tentang pajak, posisi/peÂranan penerimaan pajak dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pemÂbaÂnguÂnan, dan dalam memÂbangun kesadaran tentang membayar pajak. Dalam keberadaan posisi/peranan penerimaan pajak dalam APBN dan juga APBD provinsi/kabupaten/kota, maka kondisi maksimal demikian mutlak diÂbangun/dikondisikan/dilakÂsaÂnaÂkan. Dalam hal demikian, meÂnurut Cucu Magek Dirih, GuÂbernur Irwan Prayitno menÂjadi pioneer! (*)
H. Sutan Zaili Asril
Wartawan Senior
Padang Ekspres 5 November 2012