Dalam kalimat syahadat terdapat beberapa bagian yang sering menjadi pembahasan. Antara lain kalimat “Laa” yang berarti menafikan secara langsung konsep dan ciri-ciri ketuhanan yang ada di atas alam kecuali konsep Allah SWT dengan segala kesempurnaannya. Penafian (penolakan) tersebut untuk membersihkan akidah dari syubhat ketuhanan. Tujuannya ialah menegaskan bahwa segala arti dan hakikat ketuhanan itu hanyalah ada pada Allah. Dari sini bangunan akidah menjadi jelas bagi seorang mukmin.
Dengan mengucapkan kalimat syahadat maka kita memahami dan bersikap bahwa tidak ada Pencipta kecuali Allah saja, tiada Pemberi rezeki selain Allah, tiada Pemilik selain Allah, tiada Kerajaan selain untuk Allah, tiada Pembuat hukum selain Allah, tiada Pemerintah selain Allah, tiada Pemimpin selain Allah, tiada yang Dicintai selain Allah, tiada yang Ditakuti selain Allah, tiada yang Diharapkan selain Allah, tiada yang Memberi manfaat atau mudharat selain Allah, tiada yang Menghidupkan atau Mematikan selain Allah, tiada yang Mengabulkan permohonan selain Allah, tiada yang Melindungi selain Allah, tiada Wakil selain Allah, tiada Daya dan kekuatan selain dari Allah, tiada yang Diagungkan selain Allah dan tiada yang Dimohonkan pertolongannya selain Allah.
Ungkapan demikian merupakan konsekuensi pengamalan laa ilaaha illaa Allaah, yang diaplikasikan ke dalam seluruh sektor kehidupan, apakah di dalam masjid atau di luar masjid, di rumah atau di luar rumah, di tempat bekerja atau di luar tempat kerja. Pada dasarnya sikap demikian dilakukan selam 24 jam penuh dari bangun tidur hingga tidur kembali. Apabila hal demikian dilakukan maka akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
Sumber: Buku Kepribadian Muslim