Bila melaju di ruas Jalan Sudirman Padang tepatnya depan kantor Gubernur Sumbar, pastilah banyak orang bertanya-tanya kenapa belum juga rumah bagonjong itu diperbaiki. Tentu orang yang paling disorot jelaslah mengarah pada Gubernur Sumbar Irwan Prayitno. Terlebih lagi, orang nomor satu ini bakal mengakhir jabatannya selaku gubernur periode 2010-2015.
Sebetulnya, sah-sah saja orang berargumen terhadap kenyataan tersebut. Kenapa gedung itu tak juga direnovasi? Apakah gedung itu tak penting lagi? Atau, pertanyaan lainnya yang bernada negatif terhadap kinerja gubernur yang tengah menjabat.
Namun jelas sedikit orang yang tahu, kenapa itu terjadi. Ya, semuanya tak terlepas dari komitmen Irwan yang lebih mendahulukan membangun/memperbaiki rumah korban gempa dan membangun kantor yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik. Bila itu sudah selesai, barulah paling terakhir dibangun/diperbaiki kantor gubernur.
Bapak 10 anak ini bukannya tak menganggap penting perbaikan kantor gubernur. Namun hati kecilnya tak tega ketika dia bisa duduk di ruangan ber-AC dan berfasilitas lengkap, di sisi lain rakyatnya tinggal di tenda-tenda pengungsian. Atau, kinerja satuan kerja perangkat daerah (SKPD)-nya tak berjalan maksimal memberikan pelayanan kepada masyarakat, akibat gedungnya tak representatif.
Itulah sebabnya, Irwan mengurungkan niatnya memperbaiki kantor Gubernur. “Kalau saya mau, bisa saja yang dibangun duluan itu kantor gubernur. Tapi, bagi saya, pembangunan rumah masyarakat dan infrastruktur publik jauh lebih urgent dibandingkan membangun kantor pemerintahan. Sehingga, banyak SKPD yang berkantor di bedeng-bedeng, di rumah-rumah, serta bertumpuk-tumpuk pada satu ruangan pascagempa tersebut,†ujar suami Nevi Irwan Prayitno itu.
Beranjak dari komitmen inilah, Irwan sampai menjelang berakhir jabatannya selaku gubernur periode 2010-2015, berkantor di rumah dinas. Itulah sebabnya, segala aktivitas pemerintahan lebih banyak dijalankan Irwan dari rumah dinasnya. Mulai urusan surat menyurat, menerima tamu, rapat-rapat dan agenda-agenda penting lainnya.
Irwan sendiri mengaku enjoy-enjoy saja berkantor di rumah dinasnya. Biarpun begitu, dia sempat tertegun pula mendengar pertanyaan anaknya yang mempertanyakan di mana sebenarnya kantor ayahnya. Soalnya, sehari-hari mulai bangun tidur, beraktivitas (bila tak ada kunjungan ke luar, red), Irwan lebih banyak di rumah dinas tersebut
“Waktu itu, dia baru saja bertemu dengan wali kota Padang di ruang kerjanya. Dia melihat, kantor sang wali kota begitu bagus termasuk asesoris di dalamnya. Sedangkan ayahnya hanya berkantor di rumah. Namun setelah saya jelaskan, barulah dia memahami,†aku pria yang sudah menghasilkan 40-an buku dari berbagai bidang itu.
Sebetulnya, Irwan bukannya tak pernah ditawari kantor baru tepatnya di escape building (samping kantor gubenur, red). Malahan, waktu itu jajarannya sudah mempersiapkan ruang kantor plus segala perlengkapannya. Namun pas dirinya akan pindah ke ruangan itu, tanpa sengaja dia masuk ke aula di belakang kantor gubernur. Waktu itulah, dia melihat pemandangan tak biasa. Di sana masih banyak biro berkantor. Akibatnya, ruangan itu tak nyaman dijadikan kantor.
“Melihat kejadian itu, saya pun terenyuh dan mengurungkan niat berkantor di escape building. Hari itu juga, saya perintahkan staf untuk merenovasi ulang ruangan yang sejatinya dijadikan ruang kerja tadi, untuk digunakan sebagai tempat biro yang berkantor di aula pindah ke sana. Itulah sebabnya, sampai sekarang saya berkantor di rumah dinas,†ujarnya.
Kepala Dinas Prasarana Jalan dan Tata Permukiman (Prasjal Tarkim) Suprapto mengamini alasan atasannya itu. “Beliaulah minta untuk mendahulukan pembangunan rumah masyarakat dan infrastruktur publik terlebih dahulu. Sebetulnya bisa saja beliau minta kantor gubernur dibangun lebih dahulu, apalagi anggaran yang digelontorkan pascagempa itu memungkinkan untuk itu. Tapi, beliau tak ingin didahulukan,†sebutnya.
Kini menjelang berakhirnya masa jabatannya, barulah perbaikan kantor gubernur dimulai. Kini, gedung bersejarah itu tengah diretrofit (penguatan, red). Bila tak ada aral melintang, gubernur periode mendatang sudah bisa berkantor di rumah bagonjong tersebut. Siapa dia, tentu semuanya ditentukan masyarakat pada 9 Desember mendatang. (*)
Padang Ekspres, 13 Agustus 2015