PADANG – Janggut (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia: janggut 1/jang·gut / n 1 bulu yg tumbuh di dagu; jenggot: – nya panjang sampai ke perut; 2 dagu: sewaktu jatuh — nya berdarah;spt — pulang ke dagu, pb sudah pd tempatnya) acap orang mengasosiasikan semua kader partai PKS adalah berjanggut.
Irwan Prayitno, pria dari Taratak Paneh itu dari sejak muda memang tidak berjanggut, tapi ia PKS. Bahkan menjadi salah satu dari beberapa orang penting di tingkat DPP PKS. Sampai menikah dengan Nevi, Irwan tak memiara janggut.
“Sudah tidak berjanggut, masih saja kadang dituduh pengikut Taliban. Tapi silahkan lah apapun anggapannya, tetapi sekali lagi saya katakan bahwa saya tidak berjanggut dan memelihara janggut. Tapi saya kader PKS, itu benar,†kata Irwan Prayitno, Datuk Rajo Bandaro Basa, ketika ditanya soal kenapa ia tak berkanggut sebagaimana banyak kader PKS yang lain memiara janggut.
Menurut Irwan, ini soal rasa saja. “Berjanggut itu baik saja, tapi jika saya berjanggut mungkin tidak pas untuk saya,†katanya.
Joke sekitar janggut sering muncul ketika seorang pejabat pemiara janggut akan memilih pembantunya yang berjanggut pula. Yang berkumis memilih pembantu berkumis. Yang tidak berkumis dan tak berjanggut memilih pembantu yang kelimis. Itulah sebabnya, di zaman Pak Harto, tak ada banyak pejabat berkumis. Konon jika ada pejabat di sekeliling Pak Harto berkumis tebal alamat tidak akan lama jabatannya.
Tapi Irwan balik bertanya: “Coba cari staf di sekeliling saya yang berjanggut, tidak ada kan? Kalau pun ada, pasti itu bukan orang PKS. Sebab tak mungkin saya memasukkan orang partai ke kantor gubernur,†begitu rupanya Irwan menjelaskan korelasi antara janggut dengan isu yang menuduhnya hanya mengumpulkan orang PKS di sekelilingnya.
Banyak orang menuduh dirinya hanya mementingkan orang-orang partainya saja, tapi sekali lagi Irwan membantahnya. “Yang jelas orang partai tak boleh dipakai jadi pejabat di kantor gubernur, atau persisnya PNS tidak boleh jadi anggota partai politik. Karena itu mustahil saya ‘menyimpan’ orang PKS di kantor gubernur,†kata Irwan blak-blakan soal janggut dan PKS itu kemarin tatkala bersilaturahmi dengan para pimpinan SKPD dan kalangan pers di Bungus, Padang.
Sejauh ini, Irwan hanya menggunakan orangnya, hanya untuk staf pribadi. “Sejauh ini, saya hanya pakai satu orang yang disebut ‘orang saya’ yakni Sdr. Rinaldi, itu untuk mengurusi segala keperluan pribadi saya. Saya tidak mau masalah pribadi saya diuruskan pula oleh negara dengan memakai staf pribadi yang pegawai negeri,†katanya.
Kembali ke soal janggut tadi, bagi Irwan itu hanyalah fashion. Ada orang yang memelihara janggut, ada yang tidak. Dan janggut pastilah tidak ada hubungan dengan ideologi dan aliran. “Jadi saya heran juga kalau ada yang mengatakan saya adalah Taliban. Taliban kok main band, bernyanyi lagu rock bahkan heavy metal dan menggunakan motor trail, hehehe,†katanya.
Meski ia cap diterpa isu yang mengatakan bahwa dia mementingkan partainya di kantor gubernur. Irwan hanya bereaksi dengan senyum kecil saja. “Biar saja, dan kalau perlu tanya satu persatu yang mana kepala SKPD itu yang kader PKS. Kalau ada buktinya, usut saja dan berikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. Selama lima tahun menjadi gubernur, saya hanya menonjobkan pejabat eselon II paling banyak dua kali. Apakah karena dia tidak sejalan dengan saya yang orang PKS? Tidak, yang non job murni karena kesalahannya sendiri. Jadi saya tidak memiliki kesukaan mengangkat seseorang atau memberhentikan seseorang karena saya tidak suka kepadanya, tidak karena ia bukan kader saya atau kader saya, tidak karena ia membantu saya atau tidak membantu saya. Saya memiliki latar belakang keilmuan yang berhubungan dengan human resource, jadi saya paham lah soal itu. Bukankah semua pejabat yang ada di kantor gubernur sekarang adalah orang-orang yang dulu diserahterimakan dari Pak Marlis Rahman kepada saya lima tahun silam? Tidak ada yang saya bawa dari luar,†kata Irwan.(**)
Metro Andalas, 14 Agustus 2015