Langit terlihat mulai gelap. Siang akan berganti malam. Seketika saja, iring-iringan mobil rombongan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, yang berada di Danau di Ateh Alahan Panjang Kabupaten Solok, dalam perjalanan menuju Kabupaten Solok Selatan (Solsel), berhenti di sebuah kedai makanan, Senin (3/8).
SWARI ARFAN—Padang
Suara adzan magrib menggema di seluruh mesjid. Irwan Prayitno yang duduk santai di kedai itu, sebelum menunaikan shalat magrib, menengadahkan tangan membaca doa. Kemudian langsung minum air putih dan memesan semangkuk soto kepada pemilik kedai. Hari itu, Irwan Prayitno berbuka puasa, setelah selesai menunaikan ibadah puasa Senin dan Kamis.
Ibadah puasa Senin dan Kamis tidak pernah ditinggalkan pria yang pernah mengikuti Kursus Singkat Angkatan (KSA) XIII, Lemhannas RI itu. Puasa tersebut sudah menjadi kebiasaannya, sehingga semuanya dijalaninya dengan baik.
Tidak dipungkiri, saat menjalankan ibadah puasa Senin dan Kamis, dirinya juga sering menjalani tantangan yang sama seperti di Solok. Irwan Prayitno menceritakan, bagaimana beratnya perjalanannya ke Kabupaten Kepulauan Mentawai membuka pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). Dengan goncangan gelombang yang kuat, melintasi lautan lebih dari tiga jam di tengah laut, dirinya tetap menjalankan ibadah puasa.
Tantangan lainnya, saat dirinya harus menerima tamu pemerintahan, atau menjamu tamu Pemprov Sumbar pada makan siang. Namun, Irwan Prayitno tetap melaksanakan ibadah puasa sunat tersebut, sehingga tamu pun maklum. “Kalau kita niat ibadah ikhlas, pasti akan dilancarkan Allah SWT, karena saya meniatkannya puasa itu karena Allah SWT. Jadi walau ada orang makan di depan kita, memberikan sambutan dalam acara yang panasnya terik, Insya Allah puasa tetap jalan,” ujarnya.
POSMETRO begitu penasaran. Selain puasa Senin dan Kamis. Apa saja ibadah sunat lain yang dilakukan suami Hj. Nevi Zuairina itu. Irwan Prayitno menyebutkan, di pagi hari, setelah melaksanakan sholat subuh, dirinya memulai aktivitas dengan zikir ma’tsurat. Zikir setelah shalat subuh tersebut, tidak pernah ditinggalkannya.
“Dengan mengamalkan zikir tersebut, saya mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. Zikir ini juga dapat menjauhkan kita dari niat buruk orang terhadap kita,” sebut pria yang pernah menjadi Dosen Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Jakarta (MM UMJ) itu.
Tidak hanya zikir ma’tsurat. Masih banyak ibadah lainnya. Salah satunya shalat dhuha. Di tengah kesibukannya melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan Sumbar. Irwan Prayitno tidak pernah melalaikan kewajibannya menunaikan shalat dhuha, demi mendekatkan diri pada Allah SWT. Meski tidak jarang kadang mencuri waktu di sela agenda kerjanya mengurus masyarakat Sumbar yang sangat padat.
Shalat dhuha dilaksanakannya ketika aktivitasnya telah dimulai di pagi hari. Terkadang, ketika ada perjalanan ke luar daerah, Irwan Prayitno meminta sopirnya berhenti di jalan guna menunaikan shalat dhuha. Sehingga ibadahnya yang satu itu tetap dapat dijalankannya. “Kalau shalat dhuha saya juga selalu laksanakan. Bahkan sering saya minta sopir untuk singgah di jalan agar saya dapat menjalankan ibadah dhuha,”sebut pria tamatan S-3 Universiti Putra Malaysia, PhD Pendidikan Bidang Training Management itu.
Irwan Prayitno juga rutin menggelar shalat malam (tahajud). Shalat tahajud menjadi media baginya mengadu pada Allah SWT. Pada keheningan malam, semakin mendekatkannya dengan Allah SWT. Setelah melewati rutinitas siang yang padat, hiruk pikuk kehidupan siang Irwan Prayitno selalu menyediakan waktu untuk shalat malam sebelum istirahat, untuk memulai aktivitas di esok hari.
Irwan Prayitno juga selalu meluangkan waktu membaca Al Quran. Membaca Al Quran disiasatinya dengan meluangkan waktu dijeda pekerjaan. Selain itu, juga pada kegiatan-kegiatan memberikan ceramah agama pada masyarakat.
Sebenarnya kegiatan ibadahnya Irwan Prayitno sudah dijalaninya sejak lama. Tidak hanya ketika telah menjabat Gubernur Sumbar, keinginan itu lahir dalam dirinya untuk membentuk hidup lebih baik. Panutannya beribadah hanya satu, Rasullullah Muhammad SAW. “Saya memang sudah berniat ibadahnya saya tidak terabaikan dengan rutinitas yang begitu padat. Meski melayani masyarakat juga ibadah. Namun ibadah saya langsung dengan Allah SWT tetap utama,” ungkap Irwan Prayitno.
Diakui Irwan Prayitno, selama lima tahun menjadi gubernur, begitu besar manfaat yang diperolehnya. Ibadah yang dilakukannya selama ini, membuat dirinya mampu mengendalikan diri. “Dengan ibadah yang saya lakukan, saya mengontrol emosi. Bathin saya terasa tenang dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam bekerja,” terangnya.(**)
Posmetro Padang 5 Agustus 2015