«

»

Hujan dan Banjir

16 Februari 2016

Hujan deras dengan intensitas tinggi diiringi angin kencang tanggal 5-8 Februari 2016 lalu yang terjadi di berbagai wilayah di Sumbar telah memicu banjir bandang, banjir dan juga longsor. Sedikitnya 200 rumah dan 100 hektare sawah terendam air, dan terjadi pemadaman listrik. Wilayah yang terparah berada di Kab. 50 Kota, Solok Selatan dan Pasaman.

 

Banjir dan longsor juga menyebabkan terputusnya jalan dan jembatan di beberapa wilayah sehingga arus kendaraan dan orang terhambat dan di beberapa tempat ada penduduk yang terkurung akibat ketiadaan akses.

 

Banyaknya infrastruktur yang rusak selain rumah dan sawah penduduk, diakibatkan banjir bandang yang datang mendadak dengan kecepatan tinggi. Di Sumbar, orang juga menyebutnya “lidah air”.

 

Berbeda dengan banjir yang biasa terjadi di Jakarta atau kota lainnya tidak menyebabkan kerusakan infrastruktur maupun bangunan penduduk yang parah.

 

Munculnya banjir bandang diawali dengan hujan deras yang terus menerus di daerah hulu sungai. Selain itu, bendungan alami di hulu sungai yang terbentuk dari batu-batuan gunung, tanah dan pohon-pohon kayu sudah tak kuat lagi menampung air yang ada sehingga bobol dan muncul lidah air. Demikian pula longsor yang disebabkan hujan deras terus menerus. Wilayah Sumbar yang penuh dengan bukit, gunung dan sering terjadi gempa menyebabkan kondisi tanah di beberapa wilayah cenderung labil dan mudah longsor.

 

Jika kita melihat ke belakang sejenak, sebelum terjadinya bencana, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan siaran pers. Disebutkan bahwa puncak musim hujan terjadi pada akhir Januari dan Februari 2016. Kemudian diprediksi potensi kemunculan La Nina yang dapat berdampak pada meningkatnya curah hujan, terutama di selatan Khatulistiwa. BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi peningkatan curah hujan yang dapat disertai angin kencang yang berpotensi mengakibatkan terjadinya banjir, tanah longsor, dan banjir bandang.

 

Berdasarkan siaran pers BMKG ini, maka dampak dari munculnya bencana banjir (terutama banjir bandang) dan longsor bisa diminimalisir, terutama korban jiwa. Berbeda dengan gempa dan tsunami yang tidak bisa diduga kapan munculnya sehingga sulit untuk memprediksi dampaknya. Terkait antisipasi bencana, sebelumnya sudah ada surat edaran dari Gubernur Sumbar yang meminta para Bupati dan Wali Kota untuk melakukan sosialisasi kepada penduduk untuk menjauhi bukit, gunung dan sungai yang berpotensi terjadi longsor dan banjir. Dan juga untuk melakukan pemeriksaan dan pembersihan secara periodik di hulu sungai guna mencegah terjadinya banjir bandang.

 

Pemerintah daerah bisa melakukan hal-hal yang dianggap perlu untuk mencegah korban jika terjadi bencana banjir bandang dan longsor. Di antaranya melarang rumah penduduk berada di bukit maupun gunung yang berpotensi longsor, melarang rumah penduduk berada di pinggir sungai, mencegah terjadinya penebangan liar, mencegah illegal loging, dan membersihkan hulu sungai dari batu dan kayu yang menumpuk akibat gempa maupun fenomena alam lainnya sehingga membentuk bendungan alami yang bisa membahayakan jika bobol.

 

Untuk ke depannya, tentu kita berharap ada antisipasi terhadap sungai-sungai yang diprediksi akan memunculkan banjir bandang. Sehingga tidak ada lagi korban jiwa dan kerusakan infrastruktur maupun bangunan milik penduduk bisa diminimalkan.

 

Musibah banjir bandang dan longsor yang terjadi lalu sungguh sangat memprihatinkan. Selaku Gubernur Sumbar saya turut menyampaikan duka cita kepada para korban, terutama korban yang meninggal akibat longsor. Semoga kita semua dikuatkan oleh Allah SWT dalam menghadapi bencana ini dan bagi pihak terkait juga bisa memikirkan berbagai antisipasi terhadap bencana yang masih bisa diprediksi kedatangannya.

 

Datangnya musibah ini mari kita hadapi dengan sabar. Semoga Allah membalas kesabaran dan ikhtiar kita dengan hal yang lebih baik lagi untuk kehidupan kita ke depannya. Dan marilah kita senantiasa menjaga lingkungan hidup kita dengan mentaati aturan-aturan yang sudah dibuat oleh pemerintah demi untuk keselamatan bersama.

 

Secara umum patut kita syukuri lingkungan hidup di Sumbar masih baik. Namun dengan banyaknya gunung, bukit dan sungai menghendaki kewaspadaan yang cukup tinggi jika cuaca ekstrim terjadi. ***

Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar

Padang Ekspres, 16 Februari 2016