«

»

Basamo Mangko Manjadi

17 Maret 2016

Pada tanggal 5 Maret 2016 lalu, saya melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Tanah Datar. Salah satu agenda saya di sana adalah, bersama Ketua DPRD Sumbar, Bupati dan Wakil Bupati Tanah Datar meresmikan sebuah jembatan yang bernama Jembatan Rajo Mantari yang berlokasi di Jorong Koto Panjang Nagari Tigo Jangko Kecamatan Lintau Buo. Yang menurut saya unik dan patut diapresiasi dan juga bisa ditiru adalah, adanya dukungan masyarakat setempat dan rantau terhadap pembebasan dan pembiayaan tanah serta dukungan sosial lainnya.

Panjang jembatan tersebut 60 meter. Dibangun dengan anggaran multiyears pemerintah kabupaten selama 2011-2015. Anggarannya sebesar Rp13,5 miliar. Sementara pembebasan tanah memakan biaya Rp250 juta yang merupakan hasil usaha masyarakat dan perantau. Saya dan peserta yang hadir sempat makan bajamba setelah selesai acara peresmian jembatan, bertempat di kantor Kerapatan Adat Nagari yang ternyata biaya pembangunannya berasal dari masyarakat dan perantau.

Dalam sambutan peresmian jembatan, Ketua Kerapatan Adat Nagari Tigo Jangko menyatakan bahwa jembatan yang ada selama ini adalah jembatan gantung. Dengan adanya jembatan baru diharapkan perekonomian masyarakat akan meningkat. Dan pemberian nama jembatan tersebut sudah merupakan hasil kesepakatan pembicaraan para niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai.

Saya melihat dan merasakan, ada nuansa kebersamaan yang kental antara pemerintah daerah kabupaten, masyarakat dan perantau (basamo) dalam membangun daerahnya sehingga bisa terwujud (manjadi) sebuah jembatan yang pengaruhnya cukup besar bagi perekonomian masyarakat setempat. Kebersamaan memang sering menghasilkan berbagai solusi bagi permasalahan hidup. Bahkan masalah sulit sekalipun bisa dicari solusinya ketika dihadapi secara bersama.

Di berbagai tempat di Sumbar, banyak contoh hasil kebersamaan antara masyarakat, perantau dan pemda. Di Nagari Sungaipuar, saya juga pernah meresmikan bangunan asrama putri yang pembangunannya dilakukan secara bersama oleh masyarakat dan perantau. Demikian juga di Nagari Koto Gadang Agam, berkat kebersamaan masyarakat dan perantau berhasil diwujudkan jalan lintas yang lebih bagus yang juga menjadi destinasi wisata yaitu ‘Great Wall of Koto Gadang’ atau Janjang Koto Gadang.  Selain itu, rumah gadang yang bagus, masjid-masjid dan mushola-mushola megah yang banyak tersebar di pelosok Sumbar juga salah satu bukti adanya kebersamaan masyarakat dengan perantau dalam membangun kampungnya. Dan masih banyak lagi yang tak bisa disebutkan satu persatu di sini.

Besarnya antusiasme perantau untuk membangun kampung halaman adalah salah satu karakter masyarakat Minang yang selain cinta juga tak lupa kampung halaman. ‘Satinggi-tinggi tabang bangau, baliaknyo ka kubangan juo’. Begitu bunyi pepatah Minang. Ini juga bisa dilihat ketika momen Hari Raya Idul Fitri, berbondong-bondong para perantau memenuhi serta mengunjungi kampung halaman mereka sehingga kemacetan terjadi di berbagai tempat di Sumbar.

Namun demikian, tanpa kebersamaan, hal yang sudah direncanakan belum tentu bisa dilakukan. Rencana yang disiapkan masyarakat tanpa dukungan perantau mungkin akan terkendala masalah pendanaan. Sebaliknya rencana perantau tanpa melibatkan masyarakat lokal mungkin bangunan yang sudah didirikan tidak terpakai.

Selain itu, ada fenomena lain yang juga perlu disikapi secara bijak. Bahwa masyarakat dan perantau punya kecenderungan untuk membangun kampung halamannya saja. Jarang didapati ada masyarakat atau perantau yang bersedia membantu pembangunan di luar kampungnya. Apalagi diarahkan untuk menyumbang ke tempat tertentu. Maka, yang perlu diapresiasi adalah antusiasme perantau dan masyarakat membangun kampung halamannya. Pemerintah tinggal memfasilitasi serta mendukung rencana-rencana pembangunan yang akan dilakukan oleh mereka.

Dalam Al Quran Allah SWT berfirman, “Bekerjasamalah kamu dalam hal kebaikan dan takwa, dan jangan sekali-kali bekerjasama dalam hal dosa dan permusuhan.” (QS. Al Maidah:2). Saya optimis, dengan antusias masyarakat, perantau, dan juga pemerintah, kebersamaan akan menjadi salah satu kunci sukses pembangunan di Sumbar. Seperti diungkapkan dalam pepatah Minang, ‘Basamo Mangko Manjadi’. ***

Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar

Padang Ekspres, 17 Maret 2016