Banyak orang berpendapat bahwa profesi seÂbaÂgai Pegawai Negeri Sipil (PNS) bukan lagi proÂfesi yang menarik. Alasannya, gaji PNS (sesuai stanÂdar gaji secara nasional) reÂlatif keÂcil dibandingkan pengÂhasiÂlan seorang penguÂsaha. PeÂngemÂbangan karir di PNS lamÂbat dan tantangan peÂkerÂjaan juga relatif kecil, kaÂrena pekerjaan PNS cendeÂrung rutin sepanjang tahun.
ApaÂlagi beÂlakangan ini untuk jaÂdi guÂberÂnur, bupati, wali kota, atau menÂteri, tidak haÂrus meniti kaÂrir dari PNS seÂperÂti dulu. UnÂtuk jadi politisi, anggota DPRD atau DPR juga tidak harus dari PNS.
Namun faktanya ternyata banyak juga masÂyaÂraÂÂkat kita yang masih memilih dan mengiÂdamÂkan PNS sebagai profesi mereka.
Buktinya, berita peÂnguÂÂmuÂman penerimaan CPNS (calon PNS) merupakan berita yang seÂlalu dicari-cari dan ditunggu-tungÂgu. Setiap ada lowongan CPNS diÂbuÂka, belasan ribu atau bahÂÂkan puÂluhan ribu orang peÂlamar menÂdaftar. Padahal, jumÂlah yang diterima cuma sebagian kecil saja.
Akibatnya persaingan untuk menÂdapatkan posisi PNS semaÂkin ketat. Untuk lolos diterima jadi CPNS seperti lolos dari luÂbang jarum. Berbagai upaya pun diÂlakukan, baik berupa upaya poÂsitif maupun upaya negatif. Upaya positif dilakukan dengan mempersiapkan diri secara baik. MuÂlai dari menekuni kuliah, seÂhingÂga memperoleh indeks presÂÂÂÂtasi yang tinggi, sesuai deÂngan syarat minimal calon PNS. Bisa juga dengan melakukan perÂsiapan yang baik untuk meÂngiÂkuti ujian CPNS, baik dengan mempelajari soal-soal ujian dan mengÂgali informasi yang berhuÂbungan dengan ujian.
Cara-cara negatif banyak juga yang berusaha menemÂpuhÂnya. Misalnya kasak-kusuk menÂcari calo yang konon kataÂnya bisa membantu agar bisa lulus CPNS, atau mencari “orangkuat†yang juga bisa menolong/mem-bacÂking seseorang agar bisa diÂteÂrima jadi CPNS. Sejumlah uang pelicin atau materi dalam berbagai bentuk mereka siapkan demi melaksanakan hajat untuk bisa menjadi PNS.
Dalam masa kepemimpinan kami sebagai gubernur SumaÂtera Barat, tidak ada istilah calo atau uang pelicin. Semua tes diÂlaÂkuÂkan secara baik dan benar, tes diÂlakukan mengunakan meÂtoÂde terÂbaru dan terbaik yang teÂlÂah terÂÂbukti kehandalannya. Juga tiÂdak ada istilah koneksi atau faÂmili. Kalau memang tidak luÂlus dan tidak memenuhi syaÂrat, siapa pun dia, adik kandung sekali pun, tidak bisa menjadi CPNS.
Yang menarik, ada catatan oleh hampir semua kepala SKPD yang telah menerima dan memÂpeÂkerjakan CPNS baru hasil tes dan seleksi tersebut. â€Iyo pueh dan sanang kami mamakai mereka, Pak,†ujar sejumlah keÂpala SKPD. Menurut kepala-keÂpala SKPD, CPNS-CPNS baru terÂsebut nyaris tak ada cacatnya, siÂkap, kinerja dan kualitas inteÂlekÂtual mereka benar-benar bisa diandalkan.
Dalam perjalanan waktu dan peÂkerjaan sehari-hari, CPNS/PNS yang berkualitas dengan yang tidak berkualitas juga akan terÂlihat berbeda nyata. Mereka yang berkualitas akan segera nampak kinerja dan prestasinya seÂdangkan yang tidak juga akan teÂrÂlihat. Yang tidak berkualitas leÂbih banyak berleha-leha dan beÂrusaha membuang-buang wakÂtu, meÂreka akan tersisih deÂngan senÂdirinya. Ada atau tiÂdak mereÂka di kantor, sama saja.
Bukankah dengan memaÂkÂsaÂkan diri, apalagi dengan cara-caÂra yang tidak benar untuk menÂjadi PNS hanya akan memÂbuang-buang waktu, kesemÂpaÂtan dan uang saja? Negara pun jadi sia-sia menggaji orang yang tiÂdak berguna seumur hidup, bahÂkan sampai pensiun? HalalÂkah uang yang mereka terima dan mereka berikan kepada anak istrinya?
Karena itu menurut saya tidak adanya gunanya memakÂsaÂkan diri menjadi PNS dengan berÂbagai cara, apalagi mengÂguÂnakan uang pelicin dan cara-cara yang tidak terhormat lainÂnya. LuÂlus jadi CPNS, lalu jadi pecunÂdang, karir tak pernah beranjak naik, jadi mentimun bungkuk istilahnya, untuk apa? Lapangan kerja lain masih terbuka luas.
Mari kita jaga bersama agar seleksi CPNS tahun ini berjalan baik dan benar, tanpa calo, tanpa uang pelicin, juga tanpa beking-membeking. Tentu saja menjadi keÂwajiban dan tanggung jawab buÂpati/wali kota di daerah mÂaÂsing-masing mengawalnya. Insya Allah jika seleksi dilakuÂkan dengan baik dan benar, akan diÂpeloreh PNS yang baik dan beÂnar pula. Pada akhirnya, meÂreka nantinya akan menjadi aparat negara yang baik dan mampu menyelesaikan masaÂlah-masaÂlah negara dan meÂngaÂyomi masÂyarakat dengan baik pula.
Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Padang Ekspres, 16 November 2013