Alhamdulillah, di sela kesibukan saya sebagai Gubernur, rutinitas olahraga tetap masih bisa saya jalankan. Bermain bulu tangkis dan latihan karate rutin saya lakukan untuk menjaga agar badan ini tetap sehat. Saya juga bersyukur bahwa beberapa waktu lalu bisa mengikuti ujian karate sabuk hitam Dan VI, dan dinyatakan lulus. Ini memang konsekuensi dari latihan rutin, akan ada masa untuk ‘naik kelas’. Namun bagi saya, yang terpenting adalah menjadikan olahraga sebagai bagian dari gaya hidup positif. Karena pada saat ini di tengah perkembangan kemajuan teknologi dan gaya hidup instan, justru semakin banyak orang yang mudah sakit, bahkan di usia muda banyak yang meninggal dunia. Salah satu penyebabnya jika dirunut adalah tidak menjadikan olahraga sebagai bagian dari gaya hidup positif.
Sebagian anak muda jaman sekarang, banyak yang hidup di tengah berbagai kemudahan dan juga kemapanan. Gaya hidup serba instan pun dipilih karena dianggap nyaman. Ditemani gadget bisa duduk berjam-jam. Untuk makan dan minum mereka tinggal membeli makanan cepat saji yang siap disantap. Kemudahan seperti ini menyebabkan mereka melupakan olahraga. Sehingga banyak orang muda yang tiba-tiba diserang penyakit, dari yang ringan hingga berbahaya.
Untuk itu, saya mengajak masyarakat, khususnya generasi muda untuk menjadikan olahraga sebagai bagian dari gaya hidupnya. Silakan pilih mana olahraga yang diminati. Karena pada dasarnya olahraga merupakan bahasa universal, tidak menjadi bagian dari ideologi. Seperti karate atau bulutangkis yang saya rutin lakukan, tidak terkait dengan ideologi. Meskipun karate berasal dari Cina atau Jepang, dan bulutangkis berasal dari Yunani dan Mesir, bukan berarti saya menyetujui ideologi yang ada di bangsa tersebut. Karena olahraga tersebut sebatas saya gemari saja sejak kecil.
Demikian pula dengan sepeda dan trabas yang juga kadang saya lakukan sesekali. Sepeda berasal dari Prancis dan trabas (motocross) berasal dari Inggris. Tidak ada sama sekali kaitannya dengan ideologi di negara asalnya. Sama halnya dengan sepak bola yang sudah menjadi olahraga rakyat, ternyata jika ditelisik berasal dari Cina. Saya yakin masyarakat penggemar sepak bola meminati olahraga ini karena kegemaran atau pilihan, bukan ideologi atau karena budaya.
Kesukaan orang terhadap suatu hal memang bagian dari fitrah manusia. Saya pun termasuk di dalamnya. Ketika ada yang bertanya mengapa saya tidak memilih bela diri yang berasal dari dalam negeri seperti silat, jawabannya karena memang sejak kecil saya menyukai karate. Namun bukan berarti saya abai terhadap olahraga silat. Ketika PON 2016 di Jawa Barat lalu saya langsung turun menyemangati para atlet silat Sumbar selama dua hari dalam final silat. Alhamdulillah atlet silat Sumbar berhasil menyumbangkan 2 emas, 2 perak, dan 2 perunggu. Dan dalam pertemuan berbagai aliran Silat Minang dan Pencak Sunda di Padang Panjang pada bulan November 2014 lalu saya pun menyempatkan hadir guna memberi dukungan moril kepada peserta. Begitu juga hadir di Padepokan tempat Ketua Umum PB IPSI, bapak Prabowo beberapa waktu lalu. Bahkan sering hadir pada acara silat di beberapa Sasaran di Kuranji. Dalam sebuah tulisan saya di surat kabar terkait acara silat tersebut, saya mengapresiasi kepala daerah dan sekolah yang menjadikan silat sebagai kegiatan ekstrakurikuler di wilayah dan sekolahnya, apalagi jika mampu mewajibkannya.
Kembali kepada pembicaraan tentang pentingnya olahraga, yang merupakan pemenuhan hak badan. Selama ini banyak yang melupakan hak badan tersebut seperti halnya makan dan minum yang juga merupakan hak badan yang mesti dipenuhi.
Olahraga semestinya dilakukan tidak hanya untuk prestasi saja. Tetapi jauh lebih penting olahraga untuk kesehatan, baik jiwa maupun raga. Olahraga adalah cara mudah menjaga kesehatan. Karena kesehatan akan terasa mahal ketika seseorang mengalami sakit. Dengan olahraga, tubuh senantiasa dijaga untuk selalu sehat. Dan dengan olahraga rutin, banyak manfaat positif bagi yang melakukannya. Badan sehat, jiwa sehat, dan pikiran pun sehat. Ini adalah manfaat yang bisa dirasakan dari berolahraga rutin.
Sebaliknya, jika kita malas berolaharaga meskipun merasa sehat, maka suatu saat daya tahan tubuh akan lemah dan mudah diserang penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh virus umumnya disebabkan daya tahan tubuh yang melemah. Dan daya tahan tubuh yang melemah disebabkan karena kurang atau jarang olahraga rutin.
Jangan tunggu sampai datangnya sakit, baru sadar pentingnya olaharaga. Tapi tetaplah berolahraga rutin, sehingga tubuh tetap sehat dan aktivitas pun bisa berjalan baik. Banyak hal yang bisa dilakukan ketika badan sehat. Namun sebaliknya, banyak kerugian yang dialami ketika badan sakit. ***
Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Singgalang, 14 November 2016