Oleh Irwan Prayitno
Sejarah telah banyak memÂbuktikan, bahwa cita-cita besar bisa dimulai dari hal-hal kecil. Kami pun dulu tak pernah bermimpi bisa memÂbangun Yayasan Adzkia seÂperti yang ada saat ini. AdzÂkia bermula dari sebuah kursus bimbingan belajar kecil di sebuah lokal kontrakan di Komplek PGAI Jati Padang.
Saat itu tahun 1988, saya sendiri waktu itu baru saja menyelesaikan studi di FaÂkultas Psikologi Universitas Indonesia. Dari segi finansial, boleh dikatakan kami tak punya apa-apa. Namun berÂsama sejumlah kawan, berÂmodalkan tekad untuk maju, kami mendirikan Kursus Bimbingan Belajar (Bimbel) yang kami beri nama Adzkia. Uang yang ada di kantong kami kumpulkan, ternyata hanya cukup untuk mencetak 1 rim brosur. Dengan modal sebanyak itulah Adzkia kami mulai.
Awalnya tak banyak yang melirik pada bimbel yang kami adakan. Saingan yang ada saat itu cukup banyak. Namun kami tetap meÂlangÂkah. Di tahun-tahun awal, penghasilan yang kami peroleh hanya cukup untuk menutup biaya kontrakan tempat kurÂsus dan biaya operasional. Namun berkat kegigihan dan kerja keras kami, peminat bimbel Azkia makin banyak dan terus bertambah. Selain karena rajin berpromosi, sistem belajar dan mengajar kami kembangkan secara serius sehingga alumnus Adzkia terkenal banyak dan sukses diterima di berbagai perguruan tinggi favorit.
Alhamdulillah, kerja keras tersebut membuahkan hasil. KurÂsus bimbel Adzkia menÂdapat tempat di hati maÂsyarakat, jumlah peminatnya terus bertambah dan berÂtambah. Lokasi tempat kurÂsus pun dilakukan dibeberapa tempat, karena lokasi yang lama tidak mampu lagi meÂnampung peminat yang terus bertambah. Jumlah peserta bimbel Adzkia mencapai puncak dengan jumlah murid 3.000 orang. Sebuah prestasi yang sulit ditandingi hingga saat ini.
Kami yakin bahwa peÂrubahan adalah hukum alam yang abadi. Dengan niat untuk berdakwah dan mensyiarkan Agama Islam, kami mulai mendirikan Play Group Adzkia pada tahun 1992. Pendidikan agama harus dimulai sejak dini. Saat itulah mulai terfikir konsep pendidikan berÂkaÂrakter. Untuk menjawab tanÂtangan ke depan, murid tidak cukup hanya memiliki ilmu, tapi juga harus memiliki karakter. Konsep inilah yang kemudian membedakan AdzÂkia dengan lembaga penÂdidikan lain.
Karena itu di Adzkia dikembangkan metoda-metoda dan materi-materi pembeÂlajaran khusus yang bertuÂjuan untuk membangun kaÂrakter anak didik. Di Adzkia diajarkan hafalan ayat AlÂquran, salat, tata-tertib serta akhlak. Adzkia menerapkan sistem full day school. Adzkia pula yang pertama kali meÂngajarkan anak didik waÂnitanya memakai jilbab. Ilmu psikologi yang saya timba di bangku kuliah, saya manÂfaatkan untuk membangun karakter anak didik Adzkia.
Pada awalnya konsep penÂdidikan dan terlihat berbeda dari biasanya ini mendapat tanggapan pro dan kontra dari masyarakat. Tapi setelah mereka melihat bahwa luÂlusan Adzkia memang berÂbeda akhlak, budi pekerti dan karakternya, mereka tidak mempersoalkan lagi perbedaan konsep pendidikan tadi.
Seperti fenomena yang terjadi pada bimbel, Play Group Adzkia juga mendapat tempat di hati masyarakat. Jumlah peserta Play Group/TK Adzkia juga mendapat tempat di hati masyarakat. Jumlah peserta Play Group/TK terus bertambah dengan pesat dari tahun ke tahun. Lokasi tempat pendidikan Play Group/TK juga harus ditambah di beberapa tempat, karena fasilitas yang ada tak mampu lagi menampung peminat yang terus berÂtambah.
Sekali lagi, Alhamdulillah Adzkia terus mengembangkan sayap sesuai dengan tuntutan kebutuhan, termasuk keiÂnginan masyarakat. Kini , bermula dari bimbel, Adzkia telah memiliki Play Group/TK, Sekolah Dasar (SD), SMP, SMA/SMK dan Perguruan Tinggi. Pendidikan berkarakter yang ditanamkan di Yayasan Adzkia memang tampak haÂsilnya dan membekas pada anak didik alumni Adzkia. Mereka tidak hanya unggul dalam mutu pelajaran, tapi juga berakhlak yang tercermin dalam sikap mereka sehari-hari.
Sampai saat ini Adzkia masih dipercaya masyarakat, tak peduli dari golongan mana pun mereka berasal. Juga tidak pernah dipermasaÂlahkan dari partai manapun keluarga orangtua mereka berasal. Apakah keluarga mereka berasal dari Partai Golkar, PDI Perjuangan, Demokrat, PAN atau PPP, semua ada di sini dan tidak ada perÂlakuan berbeda terhadap mereka. Hal inilah yang memÂbuat Adzkia tetap diminati masyarakat, dari latar beÂlakang apapun mereka, hingga saat ini. Kepedulian Adzkia adalah menyampaikan konsep pendidikan berkarakter, agar diperoleh alumni yang cerdas dan berakhlak mulia. AlÂhamdulillah sejak Adzkia lahir hingga saat ini tidak ada yang menggugat bahwa AdzÂkia mengarahkan peserta didiknya ke partai tertentu. Karena memang hal itu tidak pernah dilakukan.
Adzkia yang saya sebagai pendirinya, tidak ada upaya mempengaruhi murid Adzkia ke parpol tertentu. Tetapi Adzkia mengarahkan muÂridnya agar berakhlak, hafal Alquran, ibadah rajin, dll. Pendidikan harus objektif dan terpadu. Pendidikan karakter adalah suatu keniscayaan bagi dunia pendidikan. PenÂdekatan kognitif saja tidak cukup, tapi juga harus berÂdasarkan pengamalan dan kesadaran. Adzkia sudah memulainya semenjak awal tahun 90 an. Keberhasilan pendidikan karakter juga ditentukan oleh karakter gurunya. Tidak mungkin terÂcapai sebuah pendidikan karakter yang gurunya mengÂhasut murid, menfitnah dan menjelek-jelekkan sesama.
Pendidikan karakter buÂkanlah hal baru, begitu banyak sekolah/madrasah yang telah mengamalkannya , termasuk pesantren. Pendekatan penÂdidikan karakter di sekolah/madrasah/pesantren tersebut memiliki metode yang sama yaitu membiasakan murid dengan karakter baik, memÂbiasakan murid melakÂsaÂnakan ibadah bahkan dicatat ibadahnya dan ditargetkan agar semuanya terbiasa dan menjadi budaya bagi siswa. Metode ini bukan milik kelomÂpok tertentu, tetapi milik kita semua. Apalagi metode pemÂbiasan ini bukanlah milik parpol tertentu.
Semoda pendidikan kaÂrakter di Sumbar tersebar di seluruh sekolah/madrasah dan guru senantiasa berupaya meningkatkan dirinya untuk berkarakter baik, selain tunÂtutan kita terhadap anak-anak murid agar berkarakter baik pula. Wallahu’alam.
Haluan 16 Mei 2012