«

»

Jarang Pakai Benggo, Abaikan Simbol-simbol

18 Agustus 2015

BOLEH jadi bagi sebagian kepala daerah memakai benggo menjadi sebuah kebanggaan. Saking bangganya terhadap simbol kepala daerah itu, tak sedikit kepala daerah mengubah ukuran benggo itu tak sesuai ketentuan. Atau malah selalu memakainya ke mana pun pergi, siang ataupun malam.

Namun, tak begitu bagi Irwan Prayitno selama menjadi gubernur Sumbar. Boleh dikatakan, bapak 10 anak ini teramat jarang memakai benggo tersebut. Baginya apalah arti sebuah simbol, bila semua itu malah membuat  dirinya berjarak dengan masyarakat.

“Bila simbol-simbol itu membuat saya menjauh dari masyarakat yang saya pimpin, tentu lebih baik simbol-simbol itu dilepas,” sebut pria yang baru saja melepas jabatan gubernurnya itu dalam salah satu kesempatan. Kini, dia bersama keluarganya tinggal di rumah istrinya di kawasan Kotolalang, Lubukkilangan, Padang.

Bukan tanpa tantangan bagi Irwan membuat keputusan seperti itu. Beberapa kalangan yang mengagungkan simbol, kerap mengkritiknya. Ada yang menyebut Irwan tak mengerti aturan, kurang tertiblah atau lainnya. Namun begitulah Irwan, bila itu dinilainya sudah benar dan sesuai ketentuan, pastilah Irwan komit menjalankannya.

Ternyata keputusan Irwan, ternyata tidaklah salah. Putra Kuranji Padang ini terlihat lebih leluasa menjalankan tugasnya, terutama bertemu masyarakat. Tanpa disemati simbol-simbol, masyarakat pun leluasa berdekatan dengan Irwan. Tak hanya menyapa, namun tak sedikit pula berfoto-foto selfie dan lainnya.

Tak jarang dalam kunjungannya, Irwan leluasa berbincang-bincang dengan masyarakat, menggendong bayi atau lainnya. Ini pulalah yang membuatnya banyak mendapat simpati dari masyarakat. Seakan tak ada batas antara kepala daerah dengan masyarakatnya.

“Memang seperti inilah gubernur seharusnya. Tak banyak aturan dan berbaur dengan masyarakat,” sebut seorang warga dalam salah satu kunjungan Irwan ke daerah. Menanggapi itu, Irwan hanya tersenyum. “Tarimo kasih amak-amak dan apak-amak sadonyo, yo saperti ikolah ambo biasonyo (Terima kasih ibu-ibu dan bapak-bapak semuanya, ya seperti inilah saya biasanya),” sebuat Irwan.

Menariknya, dalam kunjungan ke lapangan, Irwan juga biasa berbaur dengan para staf. Ketika hendak beristirahat makan, Irwan tak memandang tempat makan itu mesti berkelas. Ia bisa makan di warung sederhana. Ketika makan, ia biasa mengajak pengawal, staf, serta warga duduk semeja. Irwan pun biasa makan nasi bungkus di lapangan.

Yongki Salmeno, teman dekat Irwan, mengakui bahwa kedekatan Irwan dengan masyarakat tidaklah dibuat-buat. Itu semua, menurut Yongki, tak terlepas dari gaya Irwan dari dulu-dulunya yang tidak mengagung-agungkan simbol.  Itu jugalah yang membuat sahabat-sahabatnya dekat dengan dirinya.

“Bagi beliau persahabatan dan tali silaturahmi sesuatu yang teramat mahal, ketimbang sebuah simbol. Kepribadian seperti ini bukanlah dibuat-buatnya, tapi sudah ada jauh sebelum dirinya menjadi gubernur,” aku Yongki.

Pernah seseorang meminta Irwan mengubah gayanya, namun Irwan punya jawaban sendiri. “Jangan paksa saya mengubah gaya hidup saya, karena bagi saya fasilitas jabatan apa pun adalah sunah, kewenangan justru suatu kewajiban bagi saya,” katanya.

Tak jarang Irwan menggunakan mobil pribadinya untuk melaksanakn tugas. Bahkan, untuk menjemput tamu Pemprov Sumbar dari Jakarta, Irwan masih menggunakan mobil pribadinya, bukan mobil dinas. Kondisi itu juga berlaku dengan sang istri Nevi Irwan Prayitno.