Nama Irwan Prayitno cukup berpengaruh di Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Karena dirinya tidak hanya menjabat sebagai Ketua MPP PKS tetapi juga sebagai Majelis Dewan Syuro PKS. Namun, selama lima tahun menjabat sebagai Gubernur Sumbar, jabatan Irwan Prayitno justru dicopot sebagai Ketua MPP PKS. Dirinya sama sekali tidak lagi mengurus partai. Setiap detik, menit, jam dan hari-hari yang dilaluinya sebagai gubernur, lebih banyak dihabiskan untuk melaksanakan program pembangunan Sumbar.
SWARI ARFAN—Padang
“Seluruh wartawan di Kantor Gubernur selalu rutin mengikuti aktifitas saya sebagai Gubernur Sumbar. Bahkan, aktifitas selama ini saya posting ke facebook. Kapan waktu yang saya jalani pernah saya manfaatkan untuk mengurus partai. Saya tegaskan tidak pernah,” ungkap Irwan Prayitno, kepada wartawan, Selasa (18/8).
Apa yang diungkapkan pria kelahiran 20 Desember 1963 itu, meluruskan berbagai tudingan miring terhadap dirinya selama ini. Informasi yang berkembang itu, dirinya selama menjabat sebagai Gubernur Sumbar lebih banyak menghabiskan waktunya mengurus partai.
Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Komisi VIII DPR-RI selama lima tahun itu menegaskan, salah seorang kader PKS yang juga merupakan Majelis Dewan Syuro Hilmi Aminuddi pernah menyatakan, PKS siap mewakafkan kepada masyarakat, siapa pun kadernya yang menjadi kepala daerah atau menteri.
Karena itu, setiap kader PKS yang menjadi kepala daerah, jangan lagi waktunya digunakan untuk mengurus partai, tetapi dirinya harus fokus untuk melaksanakan program pembangunan dan mengurus kepentingan masyarakat.
Apa yang disampaikan Majelis Dewan Syuro PKS itu, menurut Irwan Prayitno dilaksanakan seluruh kader PKS di seluruh Indonesia. Termasuk dirinya. Irwan Prayitno mencontohkan, Hidayat Nur Wahid, saat menjabat Ketua MPR langsung mengundurkan diri sebagai Presiden PKS.
Begitu juga, Presiden PKS lainnya, Tifatul Sembiring. Saat itu, Tifatul Sembiring menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika, di era pemerintahan SBY, juga harus meninggalkan jabatannya sebagai Presiden PKS waktu itu. Juga ada kader PKS Ahmad Heryawan yang telah menjadi Gubernur Jawa Barat (Jabar), tidak lagi menjabat sebagai Ketua DPW PKS Jabar.
Sebagai orang yang berasal kader PKS, apakah Irwan Prayitno juga memanfaatkan jabatannya sebagai Gubernur Sumbar, mendudukan kader-kader atau orang-orang dekat PKS pada jabatan strategis tertentu di lingkungan Pemprov Sumbar?.
Suami Nevi Zuairina itu mengakui, dirinya memang pernah mendengar tudingan tersebut. Namun, Irwan Prayitno menegaskan, dirinya sama sekali tidak pernah mengganti beberapa SKPD di Pemprov Sumbar dengan orang-orang kader-kader PKS atau dekat dengan PKS. “Silahkan sebutkan, siapa saja nama Kepala SKPD yang saya isi dengan kader PKS. Tidak ada sama sekali,” tegas Irwan Prayitno.
Pendiri Yayasan Pendidikan Adzkia itu menegaskan, dirinya hanya menempatkan orang-orang yang betul-betul bekerja dengan optimal di pemerintahan yang dipimpinnya. Semuanya diukur berdasarkan kinerja. Sebagai orang yang pakar dalam ilmu psikologi dan SDM, Irwan Prayitno tahu benar siapa yang pantas ditempatkan pada posisinya sebagai pejabat, berdasarkan potensi SDM yang dimilikinya.
Bahkan, selama lima tahun menjabat sebagai Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno justru mempertahankan pejabat-pejabat yang menjabat di era kepemimpinan gubernur sebelumnya. Hal ini dilakukan demi sebuah kekompakan dan semangat kebersamaan dalam bekerja melaksanakan program dan kegiatan pembangunan.
Begitu juga dalam melaksanakan berbagai program dan kegiatan pembangunan. Banyak yang menuding dirinya, hanya melaksanakan program dan kegiatan untuk kepentingan PKS saja. Lagi lagi, Irwan Prayitno menantang, siapapun untuk silahkan melihat ke lapangan. “Apakah pernah program-program pembangunan yang dilaksanakannya hanya diperuntukan untuk kader-kader PKS. Silahkan buktikan. Sampai sekarang tudingan itu belum terbukti,” terangnya.
Meskipun banyak tudingan negative terhadap dirinya, Irwan Prayitno justru menjadi seorang yang pemaaf dan nyaris tidak pernah marah. Tidak dipungkirinya, sebagai Gubernur Sumbar banyak sekali ujian dan hambatan. Banyak hal-hal dan kejadian yang sebenarnya memancing emosi. Namun beliau tetap tenang. “Marah bukanlah solusi, apakah dengan marah-marah persoalan jadi selesai, apa bukan sebaliknya?” ungkap Ayah 10 anak dan Kakek tiga cucu itu.(**)
Posmetro Padang, 19 Agustus 2015