PADANG-Di awal-awal masa jabatannya ketika masih menjadi Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno biasa menghadiri banyak kegiatan. Di setiap kegiatan, ia selalu didaulat untuk menyampaikan kata sambutan. Pernah, ketika memberikan kata sambutan dalam peresmian penanaman padi sebatang kelompok tani di Payakumbuh, ada kejadian unik.
Irwan memberikan sambutan dalam suasana berbaur dengan para petani di sebuah dangau di tengah sawah. Saat itu, hadir Walikota Payakumbuh, Riza Palevi. Para petani sudah akrab dengan sang walikota karena memang sering melihatnya. Giliran Irwan menyampaikan kata sambutan, ia langsung berbicara tentang pertanian. Irwan sangat fasih berbicara tentang pertanian. Seluk-beluk padi dikupasnya. Tak hanya soal bagaimana meningkatkan produksi, bagaimana pertanian dikelola dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan lihai dikupasnya. Selesai menyampaikan kata sambutan, seorang petani bercelutuk. “Yang tadi kepala dinas ya?”
Celutuk petani itu didengar oleh seorang staf yang kebetulan berada di dekatnya. “Itu Pak Gubernur. Kepala dinasnya, bapak yang kurus-kurus itu,” ujar staf sambil menunjuk Ir. Djoni yang duduk dekat Irwan.
Protokol sebenarnya telah memperkenalkan Irwan sebagai gubernur. Tapi, petani tadi masih terheran-heran. Keherannya sangat beralasan. Biasanya, hal-hal yang teknis menjadi makanannya kepala dinas untuk menjelaskan. Seorang gubernur cukup mengetahui yang umum-umum saja. Irwan bukannya hendak mengambil kata sambutan kepala dinas, tapi begitulah ia selalu ingin mengetahui segala hal dengan detail.
Usai acara peresmian penanaman padi sebatang, sejumlah pejabat yang menyertai sempat pula berkelakar dengan Irwan sambil berjalan di pematang sawah. “Pak Gubernur ini sebenarnya profesornya di bidang pertanian ya?” celutuk seorang pejabat.
Dengan nada santai, Irwan menjawab. “Tidak, saya profesor di bidang sumber daya manusia,” balas Irwan.
Begitulah Irwan Prayitno. Di setiap kegiatan, ia selalu menyampaikan kata sambutan tanpa teks. Bukan karena tak ada staf untuk membuatkan teks pidato, Irwan bahkan bisa membuat teks pidatonyo sendiri dengan baik. Ia dikenal sebagai penulis handal. Irwan gemar menulis artikel yang dipublikasinya di banyak media. Selain itu, ia telah menulis puluhan buku dengan beragam tema, mulai dari pengembangan sumber daya manusia yang memang keahlian utamanya, juga tema-tema psikologi, keluarga, pendidikan, hingga tema-tema agama. Tapi, kalau menunggu membacakan teks pidato dalam sambutannya, bisa-bisa acara yang dihadiri Irwan jadi berantakan. Setiap hari, ia mesti menghadiri banyak acara. Tak cukup satu-dua, bahkan bisa belasan sehari. Bayangkan, berapa teks pidato yang harus disiapkan.
Walaupun tanpa teks, pidato Irwan tak pernah biasa-biasa saja. Ia mampu dengan baik menjelaskan segala hal terkait dengan tema di setiap acara. Kalau itu acara bidang kesehatan, ia mampu menjelaskan persoalan kesehatan dengan baik, kalau bidang pendidikan, itu memang makanannya Irwan. Demikian juga dengan bidang-bidang lainnya. Hal itu menandakan kemampuan intelektual Irwan setara dengan gelar profesor yang disandangnya, sekaligus memperlihatkan bagaimana komitmennya untuk membenahi segala persoalan terkait dengan kebutuhan masyarakat banyak. Seorang kepala daerah tentunya mesti memahami dengan baik segala persoalan, tidak hanya mengandalkan para staf atau kepala dinasnya. Dengan demikian, ia mampu membuat kebijakan yang bisa menjawab akar permasalahan yang dihadapai masyarakat banyak.
Irwan menyebutkan, tak ada keengganannya membacakan teks dalam menyampaikan kata sambutan. Tapi, karena banyaknya kegiatan yang dihadiri membuatnya tak bisa mengandalkan teks pidato. Ia pun tak punya banyak waktu untuk menyiapkan sendiri teks pidatonya. “Saya terbiasa menyampaikan segala sesuatu secara terstruktur,” terang Irwan.
Kemampuan Irwan berbicara di podium memang tak diragukan lagi. Ia biasanya menyampaikan ide-idenya dengan baik di hadapan khalayak. Irwan adalah seorang dosen. Ia sudah terbiasa berbicara secara terstruktur dengan dalil-dalil yang bisa dipertanggungjawabkan. Irwan juga seorang trainer, dai, penceramah, kemampuan berbicaranya di depan publik memang sudah terasah.
Dengan berjibun kegiatan setiap hari yang menuntutnya untuk selalu memberikan kata sambutan, bagaimana Irwan menyiapkan bahan untuk sambutannya? Irwan biasanya menyiapkan materi sambutannya beberapa saat kegiatan di mulai. Hal itu dilakukan di dalam mobil yang mengantarnya menuju lokasi acara. Waktu-waktu yang masif di dalam mobil itulah Irwan menyiapkan materi sambutannya.
Di dalam mobil, Irwan hanya ditemani sopir dan seorang staf yang biasa membantu keperluannya yang lain. Tak ada staf khusus bersamanya untuk menyiapkan materi pidato. Jadi, Irwan menyiapkan sendiri bahan pidatonya. Kalau ada hal-hal yang kurang dipahami dan hal-hal yang belum diketahuinya, Irwan tak segan-segan bertanya kepada staf atau kepala dinas terkait. Dengan kemampuan intelektual dan wawasannya yang luas, Irwan tak segan-segan bertanya hal-hal yang mesti diketahuinya. Begitulah kerendahan hati seorang Irwan Prayitno.
Kemampuan memahami dan menyampaikan pokok pikiran tak hanya ditentukan oleh kemampuan intelektual. Irwan adalah sosok yang mau mendengarkan. Ia tak hanya menerima informasi dari kepala dinas, staf kecil pun didengarkannya. Bahkan, tak peduli informasi itu disampaikan oleh seseorang yang biasa-biasa saja, Irwan malah meminta orang untuk menjelaskan panjang
lebar. Misalnya, ketika meresmikan produk kopi asli Sumatera Barat dalam sebuah kegiatan, Irwan meminta seorang peracik kopi menjelaskan seluk-beluk kopi. “Ini kopinya tak pakai gula?” ujar Irwan bertanya.
Peracik kopi itu menjelaskan, kalau memakai gula, aroma asli kopi jadi tak terasa. Inti dari menikmati kopi adalah merasakan aromanya. “Baru tahu saya minum kopi itu tak pakai gula. Itu kan lebih sehat,” ujar Irwan lagi.
Tak hanya suka mendengarkan, Irwan juga sosok yang gigih untuk mempelajari banyak hal. Kegigihannya itu didukung oleh kebiasaannya yang suka membaca. Karena itulah, setiap yang disampaikan Irwan dalam kata sambutannya selalu mengena. 007
Singgalang, 18 Agustus 2015