«

»

Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, Ninik Mamak Nagari Pauh IX

3 September 2015

LAGI – lagi kepenghuluan yang disandang Prof. DR. H Irwan Prayitno, Psi, MSc, Datuk Rajo Bandaro Basa dipersoalkan oleh sebagian pihak yang mengaku-ngaku pemilik sah penghulu suku Tanjung Tapian Ampang Kenagarian Pauh IX Kecamatan Kuranji. Menggelikan saja, kenapa kepenghuluan Irwan Prayitno selalu digugat ketika alek demokrasi Pemilihan Gubernur Sumatera Barat (Pilgub Sumbar) digelar.

Pada pilgub 2010, kasus yang sama juga dihembuskan. Orang yang mempermasalahkan juga sama. Seakan kasus ini punya nilai jual politis tersendiri. Tapi kita pun tak bisa memvonis bahwa tujuannya politis, namun karena selalu dimunculkan pada saat pilgub digelar dan Irwan Prayitno maju sebagai calon gubernur, tentu sah-sah saja orang menduga seperti itu.

Menarik juga menelusuri kasus ini. Untuk itu, penulis mencoba menemui pengurus Kerapatan Adat Nagari (KAN) Pauh IX. Salah satunya adalah Zulhendri Ismed Rajo Bungsu, Sekretaris KAN Pauh IX yang kebetulan juga Kapalo Paruik Penghulu Suku Tanjuang Pauh IX. Tujuan penulis bukan memperkeruh suasana, tetapi mencoba untuk menelusuri ke pangkal persoalan, yaitu ke paruik Tan Basa itu sendiri, yang katanya kepenghuluan Irwan Prayitno digugat dan diminta kembali oleh paruik Tan Basa ini.

Dengan penuh kehangatan, Selasa siang (2/9/2015), bertempat di salah satu saung yang dikelilingi pohon yang rindang, Zulhendri Ismed Rajo Bungsu menerima kedatangan penulis. Suasana keharuan pun terjadi antara kami, karena bagaimana pun, penulis sebagai anak pisang orang Tanjung mencoba mencari kebenaran kasus yang membelit kaum Suku Tanjung. Selain itu, memang beberapa waktu belakangan ini kami jarang bertemu.

Jika toh bertemu, paling pada acara dan kegiatan FKAN Pauh IX, dimana penulis adalah Wakil Ketua FKAN Pauh IX, dimana Zulhendri Ismed Rajo Bungsu menghadiri kegiatan tersebut dalam kapasitas pengurus KAN. Di media sosial pun, hubungan kami sempat memanas dalam beberapa diskusi yang kami ikuti. Saling sindir, saling memperlihatkan ego, tak terbantahkan lagi. Tapi bagaimana pun, hubungan kami adalah bako anak pisang, dan sebagai bako, Ia sering mengalah.

Apalagi jika membahas persoalan pilgub dan Irwan Prayitno yang maju lagi sebagai gubernur. Jauh hari, penulis termasuk orang yang acap mengkritik keras kebijakan dan apa yang dilakukan Irwan Prayitno semasa menjabat Gubernur Sumbar. Mulai dari baliho sampai kepada kebiasaan Irwan Prayitno yang bermain dram dan gitar yang menurut hemat penulis agak janggal dilakukan seorang datuk dan ulama. Dan Zulhendri Ismed Rajo Bungsu selalu dalam posisi membela Irwan Prayitno, karena bagaimana pun Irwan Prayitno adalah penghulu suku Tanjung.

Penulis pun mengutarakan maksud kedatangan menemuinya, yaitu ingin mengetahuai status kepenghuluan Irwan Prayitno. Mendengar itu, Zulhendri Ismed Rajo Bungsu sedikit terdiam. Mimik wajahnya memperlihatkan kesedihan, seakan ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Apatah lagi, penulis mengatakan sengaja mencarinya, karena persoalan muncul dari paruik Tan Basa, dimana Ia sendiri berada dalam paruik Tan Basa itu. Konon, Ia pernah ditawari untuk menjadi penghulu suku Tanjung dari paruik Tan Basa, tetapi Ia menolak dan mendahulukan Irwan Prayitno dari paruik Rajo Bandaro Basa yang dianggapnya lebih layak.

Zulhendri Ismed pun menjelaskan duduk persoalan yang sebanarnya. Ia mengatakan, di Nagari Pauh IX, suku Tanjuang disebut ampek (empat) buah paruik Salapan (delapan) Ninik dengan suku Sikumbang dengan ninik Datuk Sanggoni Dirajo. Yang dimaksud dengan ampek buah paruik adalah paruik Pangulu, Urang Tuo, Pandito dan Rang Basako. Demikian juga dengan suku Sikumbang, makanya disebut salapan ninik.

Pimpinan dari paruik itu yang menjadi mamak bajinih adat dan diketuai oleh penghulu. Sedangkan paruik penghulu di suku Tanjuang dibagi pula ampek ka dalam duo kalua. Duo kalua disebut dengan “gadang balega-cahayo batimbang,” yaitu kaum Dt. Tan Basa dengan dan Datuk Rangkayo Basa. Dan jika tidak ada yang muncul dari kaum nan duo itu, maka masuk ke dalam diambik duo lai paruik Manti (Rajo Bandaro sekarang Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa) atau paruik Puti (Datuk Malelo Basa).

Sedangkan penghulu yang pernah ada di Nagari Pauh IX setelah pemekaran Nagari Pauh Basa Nan Ampek Baleh (Pauh IX dan Pauh V). Di Pauh IX tahun 1821 Janggai Datuk Tan Basa, penghulu pertama suku Tanjung di Nagari Pauh IX. Kemudian dilanjutkan kemenakannya Jandela Datuk Tan Basa. Setelah itu balega dengan puro Datuk Rangkayo Basa, dilanjutkan H Jatin Datuk Rangkayo Basa dan kemudian dikembalikan ke Datuk Tan Basa yang bernama Jamar Datuk Tan Basa pada 1961.

Namun mengingat Jamar Datuk Tan Basa masih kecil maka dijalankan sementara oleh kakak satu ayah, kebetulan ibunya juga Tanjuang diparuik Manti (Rajo Bandaro) bernama Saumar Rajo Bandaro dengan gelar Saumar Datuk Rajo Bandaro Basa. Setelah itu, kembali dijalankan oleh Jamar Datuk Tan Basa. Diusia senjanya Jamar Datuk Tan Basa menyetujui dua calon Syamsudin Datuk Malelo Basa (paruik Puti) dan Firdaus Datuk Rangkayo Basa. Ini salah satu awal prahara di Nagari Pauh IX yang juga merembet ke suku lain. Jamar Datuk Tan Basa adalah Ketua KAN terlama di Nagari Pauh IX.

Dan ketika Firdaus Datuk Rangkayo Basa dan Syamsudin Datuk Malelo Basa meninggal dunia, maka terjadi kekosongan yang cukup lama jabatan penghulu suku Tanjung itu, yaitu dari tahun 1983-2004. Akhirnya pilihan jatuhkan kepada Irwan Prayitno Rajo Bandaro dengan melengkapi gelarnya menjadi Datuk Rajo Bandaro Basa pada tahun 2004.

Diangkatnya Irwan Prayitno Rajo Bandaro menjadi penghulu suku Tanjung dengan gelar Datuk Rajo Bandaro Basa dilakukan pada tahun 2004. Gala dilewakan, jamuan adat digelar. Dan Irwan Prayitno lah satu-satunya datuk yang dilewakan sekalikus menggelar pajamuan. Makanya, Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa bukan hanya sebatas penghulu suku Tanjung, tetapi juga Ninik Mamak Nagari. Demikian penjelasan Zulhendri Ismed Rajo Bungsu.

Setelah mendapat penjelasan panjang lebar dari Zulhendri Ismed Rajo Bungsu, dan azan ‘Asyar pun sudah masuk, maka pembicaraan antara kami dihentikan. Air wudhu diambil, sholat pun dilaksanakan.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua FKAN Pauh IX Kecamatan Kuranji Kota Padang

bentengsumbar.com, 3 September 2015

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>