Padang, Singgalang
Meski jelang Ramadhan dan Lebaran, permintaan terhadap komoditi pangan cenderung meningkat, di Sumbar tak perlu khawatir. Soalnya ketersediaan pangan aman dan tetap tersedia. Bahkan mayoritas komoditi pangan tersebut mengalami surplus produksi.
“Ketimbang kebutuhan, ketersediaan bahan pangan di Sumbar masih lebih banyak. Perkembangan tiap bulan sejak Januari hingga kini, ketersediaan pangan lebih banyak dari kebutuhan,†kata Gubernur Irwan Prayitno, kemarin di di Padang.
Kendati begitu, tidak ditampik pada momen ter- sebut, terjadi kenaikan harga yang persentase kenaikannya kecil. Kondisi ini sepertinya sudah menjadi trend tiap tahun saat memasuki Ramadan dan Lebaran, termasuk hari besar lainnya.
Makanya, Pemprov bersama kabupaten/kota dan instansi terkait jelang Ramadhan rutin melakukan rapat koordinasi untuk menyikapinya agar harga tetap relatif stabil dan tidak mengalami lonjakan yang mengakibatkan masyarakat khawatir.
“Kita berharap warga Sumbar, terutama umat Islam yang melaksanakan ibadah selama Ramadhan, tidak terusik pula oleh gonjang-ganjing soal ketersediaan komoditi pangan maupun harganya. Padahal kenyataan di lapangan komoditi pangan tersebut surplus,†terangnya.
Ditambahkan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumbar, Besli, komoditi beras, cabe merah dan bawang merah ikut mempengaruhi terjadinya inflasi sehingga mengakibatkan harga naik. Namun di lapangan, ketersediaan komoditi tersebut, aman di Sumbar. Bahkan mengalami surplus.
Misalnya beras, kata Besli, pada Januari ketersediaan 123.878 ton, konsumsi 46.053 ton dan surplus 77.825 ton. Pada Februari surplus 91.221 ton. Saat hadapi Ramadhan dan Lebaran nanti, surplus beras mencapai 75.826 ton (Juni) dan 71.207 ton (Juli).
Surplusnya beras tidak terlepas dari upaya Pemprov melahitkan berbagai terobosan untuk peningkatan produksi padi. Apalagi untuk padi, Sumbar ditetapkan sebagai salah satu dari provinsi penyangga produksi padi nasional untuk mendukung swasembada pangan yang diharapkan terwujud pada 2017.
Berbagai fasilitasi pendukung disediakan untuk merealisasikannya, antara lain perbaikan jaringan irigasi, pompanisasi, pembuatan embung dan cetak sawah baru yang akan meningkatkan luas tambah tanam dan Indeks Pertanaman (IP) sawah.
Pencetakan sawah baru juga diarahkan untuk menambah luas baku lahan sawah. Areal tersebut selama ini tidak diolah atau tidak berproduksi, namun harus clear dan clean yaitu tidak berada pada kawasan hutan, tanah cocok untuk tanaman padi, tidak bersengketa, ada sumber air, petani dan petugas.
“Di Sumbar, telah dilakukan percetakan sawah baru sejak 2006 sampai 2015 seluas 5.714 hektare. Sedangkan ini melalui Kementerian Pertanian dialokasikan kegiatan cetak sawah baru seluas 1.058 hektare yang tersebar pada 8 kabupaten,“ terang Besli.
Menurut dia, percetakan sawah baru ini diharapkan dapat mengimbangi makin berkurangnya sawah karena alih fungsi lahan maupun alih fungsi komoditi yang terjadi sehingga tingkat produksi padi tetap bisa dipertahankan bahkan meningkat.
Selain itu, berdasarkan hasil olahan data sasaran 2016 dari dinas/instansi terkait, didapatkan prognosa ketersediaan pangan dalam menghadapi HBKN 2016 selain beras, seperti kacang tanah. Saat hadapi Ramadhan dan Lebaran, ketersediaan memadai, surplus 503 ton (Juni) dan 486 ton (Juli).
Begitu pula untuk bawang merah, surplus 3.346 ton (Juni) dan 3.663 ton (Juli), cabe surplus 2.728 ton (Juni) dan 3.155 ton (Juli).
Hal senada juga dibenarkan Kepala Badan Ketahanan Pangan Sumbar, Efendi. Katanya untuk komoditi beras, kacang tanah, bawang merah, cabe, daging sapi, telur ayam rasa, gula pasir dan minyak goreng, secara umum, ketersediaan lebih banyak dari kebutuhan, termasuk saat kebutuhan meningkat pada Ramadhan dan Lebaran.
Hal itu diungkapkannya saat pertemuan koordinasi dan apresiasi ketersediaan pangan dalam rangka Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN), pekan lalu di Padang.
“Permintaan cukup drastis melonjak saat hadapi Ramadhan dan Lebaran, diperkirakan terjadi pada bawang merah dan gula. Meski, tetap berada di bawah angka ketersediaan, namun secara umum, kabupaten/kota sepakat untuk melakukan langkah antisipasi, melalui operasi pasar gula maupun subsidi pangan,†katanya.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar, Bimo Epyanto, dalam koordinasi ketersediaan pangan dalam rangka HBKN itu, juga menyebutkan berdasarkan kejadian tahun sebelum-sebelumnya, inflasi yang terjadi di Sumbar melebihi nasional pada periode Ramadhan dan Lebaran, akibat gonjang-ganjingnya sejumlah komoditi.
Misalnya, pada Juni, Juli dan Agustus 2015 di Sumbar, inflasinya 0,79 persen, 1,26 persen dan 0,4 persen, secara nasional hanya 0,54 persen, 0,93 persen dan 0,39 persen. Begitu juga pada tiga bulan yang sama pada 2013 dan 2014, secara umum inflasi Sumbar melebihi nasional.
“Oleh karena itu, selama Ramadhan hingga Lebaran, komoditi yang mesti diwaspadai agar tidak berdampak pada inflasi di sektor pertanian adalah beras, bawang merah. Peternakan, telur ayam ras, daging ayam ras. Termasuk faktor distribusinya,†kata dia. (015)
Singgalang, 4 Juni 2016