BAGIAN DARI PROYEK 15 DANAU BESAR DI INDONESIA
Guna menjaga persediaan air bersih di masa depan, pemerintah merevitalisasi dua danau di Sumatera Barat, Singkarak dan Maninjau. Ini bagian dari pemulihan 15 danau kritis di Indonesia.
Kedua danau tersebut saat ini sudah ada tanda-tanda kerusakan sumber air. Ketika hujan, misalnya, air tidak tertampung, kala kemarau permukaan air turun drastis. Maninjau, juga dibelit persoalan lain, yaitu sisa pakan ikan keramba. Untung hari-hari terakhir mulai dibersihkan.
“Anggaran untuk pengelolaan sumbar daya air dengan fisik sangat besar, jika dilakukan secara fisik saja, dana kurang. Untuk itu langkah yang tepat adalah dengan merevitalisasi daerah aliran sungai (DAS), situ dan danau,†sebut Staf Ahli Kementerian PUPR Bidang Teknologi Industri dan Lingkungan Khalawi pada Pembinaan Revitalisasi Gerakan Nasional – Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA) di Hotel Mercure, Rabu (27/4).
Tidak disebutkan berapa dana revitalisasi untuk kedua danau itu. Namun sebagai gambaran pernyataan Kepala Balai Sungai Wilayah Sulawesi 2, Valiansyah untuk proyek revitalisasi danau Limboto di sana, menelan anggaran Rp700 miliar yang bersumber dari Kementerian Pekerjaan Umum.
Di Indonesia, danau-danau besar yang akan direvitalisasi tersebut Toba, Singkarak, Maninjau dan Kerinci di Sumatera. Kemudian Danau Rawa Pening di Jawa, Danau Sentarum dan Danau Semayang di Kalimantan. Danau Tempe, Poso, Limboto, Tondano dan Matano di Sulawesi, Danau Batur di Bali, serta Danau Sentani di Papua.
Menurutnya sebanyak 506 sungai di Sumbar memiliki potensi sebagai lumbung air. Namun, juga dapat menimbulkan bencana di saat musim hujan. Oleh sebab itu perlu koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menyelamatkan kualitas dan kuantitas air.
Khalawi menambahkan di tingkat nasional telah disepakati sasaran lokasi revitalisasi GN-KPA yaitu pemulihan 15 danau, 15 Daerah Aliran Sungai (DAS), prioritas dari 108 DAS kritis, 44 Bendungan, 100 Embung, 100 Situ.
“Air harus diselamatkan, karena sungai sangat banyak dan merupakan potensi lumbung air. Tetapi juga sebagai bencana jika hujan terjadi. Inti perlu diselamatkan kuantitas maupun kualitas air, sehingga anak cucu mendapatkan air dan tidak kekurangan untuk masa depan, serta makhluk hidup. Peningkatan populasi penduduk sangat signifikan menurunkan kualitas dan kuantitas air. Karena kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat menjadi eksploitasi terhadap ekosistem air,†terangnya.
Gubernur Irwan Prayitno mengatakan pelaksanaan GN-KPA di Sumbar telah dimulai sejak 2008 dengan kegiatan, penghijauan hulu Batang Kuranji, sosialisasi GN-KPA, penghijauan di situ Mega Melit, Simawang, Tanah Datar, penghijauan di SMA N 16 Padang. Pembuatan Biopori di SMA N 5 Padang dan SMA 12 Padang. Dilanjutkan 2014 dengan pembentukan Tim GN-KPA provinsi.
“Tentunya kegiatan yang telah dilaksanakan masih belum sempurna, oleh sebab itu perlu diadakan kegiatan revitalisasi ini,†tambah Irwan Prayitno. Ia menambahkan, dari 15 danau prioritas, terdapat dua danau di Sumbar yang akan direvitalisasi. Dari 108 DAS kritis terdapat 2 DAS yakni DAS Anai, dan DAS Kuranji.
“Semoga dengan adanya Mou 8 kementerian dan penajaman program revitalisasi GN-KPA 2016-2020 dapat mencegah kekurangan ketersedian air serta menjaga dan melestarikan sumber air untuk kehidupan masyarakat,†pungkasnya.
Sementara, Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera V, Adek Rizaldi mengatakan pelaksanan revitalisasi tersebut melalui kegiatan penghijauan. Dengan itu DAS dan daerah serapan air akan terjaga.
“Nanti kita akan libatkan kelompok masyarakat, serta memberikan sosialisasi terhadap masyarakat terhadap penting pemeliharaan DAS dan daerah serapan,†ujarnya. (104/107)
Singgalang, 28 April 2016