Menjadi kepala daerah (gubernur, bupati/wali kota, red), pastilah bakal dihadapkan pada aktivitas nan padat. Itu pulalah yang dirasakan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno. Mulai pukul 04.00 sampai 00.00, bapak 10 anak ini sudah dijejali agenda berjubel. Menariknya sesibuk apa pun liau, rang Kuranji Padang ini pantang menolak permintaan tulisan untuk diterbitkan di media massa. Bagaimana bisa?
Jelang berakhirnya Ramadhan 1436 Hijriah lalu, Padang Ekspres meng-order menulis tulisan di kolom Teras Utama. Saat itu, waktunya memang sangat mepet akibat redaksi ditargetkan cetak cepat. Paling lambat tulisan masuk pukul 16.30, sedangkan saat itu jam sudah menunjukkan pukul 14.30. Sebetulnya memang riskan pula meminta beliau menulis dalam waktu mepet itu, terlebih lagi agenda beliau padat pula hari itu.
Dengan sedikit keberanian takut beliau menolak, Padang Ekspres pun menghubungi suami dari Nevi Irwan Prayitno itu lewat ponselnya. Tak lama, beliau pun mengangkat ponselnya. Setelah mengutarakan tujuan menghubungi beliau, ternyata gubernur yang sudah menulis lebih 40 buah buku itu, memberi jawaban yang melegakan.
“Sebetulnya agenda saya memang padat sekarang ini. Ini bersama Kapolda Sumbar Brigjen Pol Bambang Sri Herwanto mau meninjau aktivitas arus mudik di Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Tapi karena Padang Ekspres meminta, saya pun tentu tak bisa menolaknya. Nanti saya kirimkan setelah peninjauan ini,†sahut Irwan di balik ponselnya.
Sempat ketar-ketir, namun mendekati deadline Irwan pun kembali menghubungi guna mengabarkan bahwa tulisan tadi sudah selesai. “Sesuai permintaan, tulisan bertema peranan perantau membangun kampung sudah selesai. Sebentar saya emailkan dulu,†ucap pria pendiri Yayasan Pendidikan Islam Adzkia Padang itu.
Ya, begitulah sosok Irwan Prayitno. Sesibuk apa pun dirinya, bila ada permintaan untuk menulis tulisan di media massa, pastilah dia pantang menolak. Baginya, selama tulisan itu memuat pesan untuk kebaikan bagi masyarakat Sumbar, Irwan bakal meluangkan waktunya. Ini pulalah salah satu kelebihan Irwan selaku gubernur, bisa menulis biarpun waktunya serba mepet.
Menariknya, tulisan yang dihasilkannya itu menggunakan bahwa sederhana yang mudah dimengerti. Bahkan, isi tulisan itu nyaris tak ada mengkritik atau menyinggung perasaan orang lain. Kalau tetap mengkritik, biasanya hanya mengkritik kondisi lingkungan yang dialaminya dengan bahasa yang santun dan tidak menghakimi.
Selain itu, bahasa yang digunakan lebih aplikatif, membumi dan tidak teoritis. Semua ini tak terlepas dari ide penulisan itu lebih banyak berdasarkan pada realita sebenarnya yang dilihat, dirasakan dan dialaminya. Jadi, jangan harap tulisan yang dihasilkannya membuat persoalan baru pula di tengah masyarakat.
Kendati banyak orang menyinggung program-programnya dalam sejumlah tulisan yang dimuat di media massa, tak membuat Irwan terpancing. Kalaupun tetap mau ditanggapi, Irwan biasanya membuat tulisan pula yang isinya lebih banyak menjelaskan bagaimana sebetulnya program tersebut, termasuk landasan dasar, manfaat, dan lainnya.
Kepiawaian Irwan menulis seperti sekarang, ternyata tak terlepas dari kegemarannya menulis sejak duduk di bangku SMA 3 Padang. Waktu masih SMA, dirinya sering menulis apa pun tentang kehidupan yang dijalaninya sehari-hari. Termasuk, hal-hal baru yang ditemukannya. “Seperti saat saya pulang jalan-jalan waktu SMA, saya tulis apa saja pengalaman saya waktu jalan-jalan. Kadang-kadang karya tulisan yang dibuat saya tempel di majalah dinding sekolah,†ujar Irwan.
Ternyata, kebiasaan tersebut berlanjut hingga sekarang. Tidak hanya menulis artikel, dirinya juga membuat berbagai karya buku. Irwan mengaku, ada kepuasan bathin yang dirasakannya setelah menulis. Kepuasan bathin tersebut memunculkan sebuah perasaan bahagia dalam dirinya. “Bathin saya puas setelah menulis. Ada kebahagiaan yang muncul dalam diri, ketika melihat hasil karya saya,†terang Irwan.
Khusus menulis buku, menurut Irwan, dirinya pertama kali menulis buku saat menyelesaikan kuliah S-1 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1982-1988). Buku karya pertamanya berjudul “Anakku, Penyejuk Hatikuâ€. Buku tersebut memuat tentang ilmu bagaimana mendidik anak dari perspektif ilmu psikologi. Ide lahirnya buku itu berangkat dari pengalamannya sudah memiliki anak.
Lalu, memuat bagaimana pendidikan anak di PAUD. Buku karya pertamanya tersebut, setebal 700 halaman. Irwan tidak menyangka buku karya pertamanya yang dicetak tahun 1990 tersebut, laris manis. Bahkan, sudah lima kali cetakan dan habis terjual.
Selain buku Anakku, Penyejuk Hatiku, juga ada beberapa judul buku psikologi anak lainnya yang ditulis Irwan. Yakni, buku “Ajaklah Anak Bicaraâ€, “ Ketika Anak Marahâ€, “ 24 Jam Bersama Anakâ€, “Membangun Potensi Anak†dan “Tips Bergaul dengan Anakâ€. Tidak hanya menulis buku psikologi anak, Irwan juga menulis beberapa buku tentang pendidikan Islam, pendidikan masyarakat dan managemen SDM.
Hingga sekarang ini, tercatat sudah 40-an buku dihasilkan Irwan. Kalau tulisan/artikel, sejauh ini sudah mencapai 500 lebih karya. Hampir seluruh karya artikelnya telah dimuat di berbagai media cetak. “Mungkin sehabis menjadi gubernur Sumbar, saya bakal menulis buku juga. Tapi, tentu bukan dalam waktu dekat,†ujarnya. (*)
Padang Ekspres, 12 Agustus 2015