Pada 13 Oktober 2018 lalu, dalam sebuah urusan pribadi ke Malaysia, saya sempat menyaksikan perayaan kemenangan Anwar Ibrahim pada malam waktu setempat. Ia baru saja memenangkan pemilu sela di Kota Port Dickson pada 13 Oktober 2018. Anwar berhasil meraih 71 persen suara di wilayah tersebut.
Dengan kemenangan ini, Anwar terpilih sebagai anggota parlemen. Dan pada fase berikutnya dalam dua tahun ke depan ia akan menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia seperti yang dijanjikan Mahathir Mohamad yang saat ini menjabat Perdana Menteri Malaysia. Aturan di Malaysia, syarat untuk menjadi Perdana Menteri adalah berasal dari anggota parlemen. Biasanya PM diangkat dari partai pemenang Pemilu. PKR (Partai Keadilan Rakyat), partainya Anwar Ibrahim memperoleh kursi terbanyak di Parlemen.
Anwar bisa mengikuti pemilu setelah dibebaskan oleh Raja Sultan Muhammad V dan merupakan permintaan dari Mahathir Mohamad sesuai dengan janjinya yang memenangi pemilu Malaysia (Pilihan Raya) ke-14.
Kemenangan Anwar dalam pemilu sela kali ini persentasenya lebih tinggi dari persentase kemenangan koalisi Pakatan Harapan (barisan oposisi) yang dipimpin Mahathir Mohamad sebesar 48%. Kali ini Anwar menang di daerah-daerah yang merupakan mayoritas muslim, mayoritas Cina dan mayoritas India.
Hal ini sangat menarik, karena sebagai politisi dan aktivis Islam ternyata Anwar mampu memunculkan nilai Islam yang universal dalam perjuangannya dan bisa diterima oleh masyarakat dari beragam kalangan, seperti Cina, India, yang juga berbeda agama maupun ideologi. Anwar Ibrahim bagi publik Indonesia sesungguhnya bukan nama yang asing. Terutama bagi para politisi, elit, dan aktivis Islam.
Anwar sempat dipenjara pada pemerintahan Mahathir karena tuduhan korupsi dan sodomi dengan masa hukuman yang cukup lama. Dan pada masa pemerintahan Najib ia juga kembali dipenjara. Namun Anwar tidak dendam kepada Mahathir dan Najib. Meskipun konon kabarnya Anwar sempat mengalami “penyiksaan” ketika di penjara. Dan itu terlihat dari kondisi fisiknya.
Ada satu hal yang bisa kita pelajari bersama dari sosok Anwar Ibrahim. Yaitu keteguhan dan kegigihannya dalam memperjuangkan visi misinya menjadikan Malaysia sebagai negeri yang madani. Anwar yang mendirikan Partai Keadilan Rakyat sejak 1999 hingga kini tetap teguh berjuang melalui partainya.
Pada 2008 bersama beberapa partai, Anwar secara de facto mendirikan dan memimpin koalisi Pakatan Rakyat yang merupakan barisan oposisi. Dan pada 2018 koalisi oposisi memiliki nama baru Pakatan Harapan yang dipimpin Anwar dan Mahathir Mohamad. Pada pemilu ke-12 Pakatan Rakyat mampu mengalahkan dua pertiga UMNO-Barisan Nasional, dan pada pemilu ke-13 Pakatan Rakyat mampu memperoleh suara 51% sehingga menjadi partai komponen terbesar di parlemen. Pada pemilu ke-14 Pakatan Harapan memenangi pemilu dengan kursi mayoritas di parlemen.
Pada 1998 di masa transisi Indonesia ingin mengubah diri menjadi negara yang demokratis dengan semangat reformasi, turut mempengaruhi Anwar menyuarakan reformasi di Malaysia. Anwar ingin memperjuangkan Malaysia yang madani dan bebas korupsi.
Anwar yang pada waktu itu menjabat Wakil Perdana Menteri Malaysia dianggap Mahathir melakukan penentangan sehingga Anwar dipecat sebagai Wakil PM. Dan kemudian dijebloskan ke penjara.
Ide-ide Anwar dalam mewujudukan Malaysia yang madani dan bebas korupsi bisa diterima oleh berbagai kalangan dari berbagai etnis dan agama. Anwar mampu menempatkan dirinya di tengah berbagai etnis dan agama yang ada di Malaysia. Anwar dipercaya oleh kalangan muslim, dan juga kalangan agama lain, serta oleh etnis Melayu, Cina, India dan lainnya.
Keteguhan sikap Anwar yang juga mampu menempatkan diri di tengah keragaman masyarakat Malaysia, serta kesabaran menjalani hidup di penjara, kini membuahkan hasil. Yaitu akan diangkatnya Anwar menjadi Perdana Menteri Malaysia. Kita masih menunggu detik-detik pengangkatan tersebut dalam beberapa waktu ke depan.
Selain sebagai politisi, Anwar adalah aktivis gerakan Islam ABIM (Angkatan Belia Islam Malaysia). Anwar adalah Presiden ABIM yang kedua, dilantik pada 1974. Jika di Malaysia ada ABIM, maka di Indonesia ada HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Maka tak heran, Anwar dikenal dekat dengan aktivis HMI seusianya seperti Fahmi Idris, Rahmat Ismail, serta banyak tokoh Islam lainnya di Indonesia.
Satu hal penting yang juga bisa dipelajari dari Anwar Ibrahim adalah konsistensi dan komitmen berjuang dengan integritas dan nilai-nilai universal. Serta tetap berada di partai yang sama dalam memperjuangkan visi misinya. Jika ia mau, mudah baginya untuk mendirikan partai baru atau pindah ke partai lain. Namun itu tidak dilakukan Anwar.
Melihat sosok Anwar Ibrahim yang perjuangannya penuh integritas, memiliki visi misi yang bisa diterima oleh berbagai kalangan, tetap berada di partai yang sama, dan melewati sebagian hidupnya di penjara dengan tetap kuat dan sabar berjuang, saya mengapresiasi Universitas Negeri Padang (UNP) yang akan menganugerahi Anwar gelar Doktor Honoris Causa pada minggu depan. UNP secara cermat telah melihat sosok Anwar patut mendapat sebuah kehormatan.
Insya Allah Saya beserta Fokompimda akan menyambut Anwar Ibrahim di BIM pada Sabtu sore tgl 27 Oktober dan malamnya diijamu makan malam di Aula Kantor Gubernur. Dan pada Minggu dilanjutkan dengan pemberian kuliah umum oleh Anwar Ibrahim di UNP. Malamnya diadakan pertemuan dengan seniman dan budayawan di Rumah Puisi Padang Panjang. Dan pada Senin insya Allah akan dianugerahkan gelar Doktor Honoris Causa kepada Dato’ Seri Anwar Ibrahim dari UNP.
Di tengah fenomena mudahnya orang berpindah partai, berpindah haluan dan ideologi demi kepentingan sesaat, politisi yang begitu pragmatis dan materialitis, Anwar Ibrahim justru memperlihatkan sosok politisi yang berbeda dari itu. Walau bujuk rayu dan ancaman setiap saat menghampiri. Beliau tetap menjadi oposisi dengan prinsipnya demi memperjuangkan visi misinya yang mampu diterima berbagai kalangan. Dan juga tetap menjaga integritas dirinya. ***
Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Singgalang, 26 Oktober 2018